Mon 5-May-2025

Anomali Membingungkan di Tanah Jajahan

Senin 19-November-2007

Fahmi Huwaidi

Pada 2 November “Israel” memberikan izin kepada 300 personel keamaman Palestina untuk masuk Nablus (ibukota Intifadhah) untuk menguji kemampuan mereka melucuti personel perlawanan dan memaksa mereka menandatangani dihentikannya operasi militer terhadap “Israel”. harian Al-Hayat menyebutkan sebagian kelompok Fatah masih enggan menyerah senjatanya sebab mereka ingin melawan “Israel”. ini salah satu hambatan pemerintah Fayyadl menunaikan tugas penerapan Peta Jalan perundingan.

Di hari yang sama (2/11) harian Yediot Aharonot menyatakan “Israel” membentuk satuan pasukan baru. Tugas pasukan ini adalah memantau semua yayasan sipil milik Hamas di Tepi Barat. Tujuannyanya untuk dihancurkan dan diajukan ke pengadilan karena tuduhan terorisme. Harian ini menyatakan bahaya Hamas bukan pada senjatanya saja namun yayasan sosialnya pendidikan dan kesehatan serta media massa. Elikis Vishaman pengamat militer “Israel” menyebut yayasan dan perangkat milik Hamas merupakan …. Sebagai ancaman terbesar yang dihadapi “Israel” dan pemerintah Palestina di Ramallah.

Hal ini membutuhkan kerjasama dan koordinasi antara keamanan “Israel” dan aparat Abbas untuk mengejar kader Hamas dan Jihad Islami di Tepi Barat.

Latar belakangan ini membantu kita untuk memahami dan menafsirkan laporan yang dilansir oleh Al-Aharam edisi (09/11) soal proyek yang disiapkan oleh delegasi Palestina di PBB agar mengeluarkan keputusan yang tidak didukung oleh kelompok negara-negara Arab dimana mereka menyerukan agar Hamas dianggap semua milisi di luar hukum.

Bersamaan dengan upaya mencekik Jalur Gaza dan membersihkan Tepi Barat dari unsur perlawanan Palestina ditambah negara Arab yang diam seribu bahasa terhadap kasus di Palestina sejumlah elit ekstrim “Israel” ingin melakukan penarikan parsial dari kampung-kampung Palestina di sebelah timur Al-Quds jika sudah menyepakati perjanjian damai dengan Palestina. Seruan ini hanya merupakan bom asap untuk menutupi hakikat peristiwa yang sesungguhnya. Sebab bukan saja masalah Al-Quds di mata “Israel” sudah ditutup. Namun yang dimaksud Al-Quds timur dan perkampungan Arab adalah kamp-kamp desa-desa baldah yang dimasukkan “Israel” ke dalam wilayah Al-Quds setelah tahun 1967. pada saat yang sama asap yang mereka buat itu untuk memalingkan dari keputusan “Israel” untuk memasukkan 1129 hektar wilayah empat desa Palestina yang terletak di sekitar Al-Quds (Abudes Sawahirah timur Albani Musa dan Al-Khon Ahmar). Tujuannya untuk membangun permukiman “Israel” dalam rangka mewujudkan Al-Quds Raya dan membangun 3500 unit perumahan baru. Sehingga “Israel” bisa mengubah geografi wilayah dan menghubungkan antara permukiman Maale Adumim Raya dan Al-Quds. Jika pembangunan tembok rasial “Israel” sudah rampung maka negara zionis akan menguasai separuh dari keseluruhan wilayah Tepi Barat dengan membuang hak lebih adri 200.000 warga Palestina.

Semua itu terjadi pada saat “Israel” bersiap ikut dalam konferensi Anna Polis yang konon untuk menggulirkan perdamaian. Ini yang mengingatkan kepada penulis tentang ucapan Manahem Begin mantan PM “Israel” ketika ia ditanya soal rahasia dirinya menghormati Ehud Olmert meski membelot dirinya dan mendukung Cam David “Saya kagum dengan tipuan dan kelicikannya (Ehud). Pada saat yang sama ia mengatakan dua hal yang kontrakdiksi pada saat yang bersamaan.” Namun yang membuat penulis bingung adalah ketika Abu Mazen ditanya oleh delegasi harian Washigton Post soal pendapatnya tentang Olmert. Abu Mazen menjawab”Saya kagum dengan konsistensinya dan kebersihannya!!!!!”

Pekan depan kita berusaha lebih memahami hikayat di atas. (bn-bsyr)

Short Url:

Coppied