Tue 6-May-2025

Angin Baru Terjang Dunia Arab

Rabu 12-Desember-2007

Fahmi Huwaidi

Asy-Syarq Al-Ausath

Banyak indikasi menunjukkan bahwa kawasan Timur Tengah sedang menghadapi situasi baru. Situasi yang berbeda dengan situasi stagnan sebelumnya. Penulis belum ingin bicara soal “jalan keluar” yang mungkin tidak terjadi dalam waktu dekat. Menurut penulis kita sedang berada di sebuah situasi yang mengandung banyak indikasi yang terangkum dalam empat hal:

1. Laporan badan intelijen Amerika CIA yang menyatakan bahwa Iran sudah menghentikan program militer nuklirnya sejak empat tahun lalu. Artinya kekhawatiran terhadap proyek Iran sudah tidak ada. Memang benar laporan ini tidak mengubah pandangan Amerika Serikat terhadap Iran sebagai ancaman yang harus dienyahkan. Namun sudah pasti sikap pemerintah George W. Bush akan sulit di depan Kongres dan publik jika ingin melancarkan operasi militer ke Iran. Bahkan setelah laporan ini keluar Amerika Serikat menghadapi kesulitan dalam mendorong PBB mengeluarkan resolusi peningkatan sanksi terhadap Iran. Ini yang diungkapkan oleh delegasi Amerika di PBB Zalmay Khalel Zaad.

Minimal laporan ini menghentikan upaya eskalasi militer Amerika ke Iran. Bahkan bisa jadi Bush akan menyerahkan masalah Iran kepada penggantinya kelak apalagi banyak kritikan keras dari militer Amerika dan elit politik agar tragedi Irak jangan dipindahkan ke Iran.

Ada bocoran informasi Amerika yang menyatakan bahwa presiden Bush mengetahui bahaya langkah sudah diambil kemudian diralat soal invasi militer.

Terlepas apakah CIA lepas tanggungjawab di depan publik hingga tidak terulang kesalahan di Iran atau Presiden Bush ingin melegalisasi (perubahan) sikapnya dengan kejutan laporan CIA. Buktinya laporan tersebut diumumkan kepada publik dan mendapatkan respon dari banyak kalangan. Sehingga kekhawatiran perang atas Iran sudah habis. Jika ini benar ada pertanyaan lain dari sisi ini bagaimana gaung hal ini di Iran baik internak atau internasional? Maksud penulis apa yang terjadi akan dianggap menguntungkan presiden Ahmadi Nejad dan timnya serta kelompok pendukungnya. Kemudian apa pengaruhnya terhadap masa depan hubungan Iran dan Amerika? Apakah gencatan senjata sementara ini akan menciptakan lubang pada tembok pemisah hubungan sehingga ada kesepahaman antara Amerika dan Iran yang dibutuhkan keduanya untuk menenangkan kondisi di Irak dan Afganistan atau untuk meminimalisir tajamnya sanksi terhadap Iran?

Ada pertanyaan yang sangat penting bagaimana sikap Israel dalam kondisi seperti ini? Sebab Israel adalah pihak sentral yang paling merasa terganggu dengan proyek nuklir Iran. Apakah ia tetap ngtoto melakukan invasi militer bukan saja untuk menggagalkan proyek nuklir dan dominasi di kawasan namun juga untuk mengembalikan wibawa yang hilang akibat kalah dengan Hizbullah tahun lalu?

2. Terurainya benang kusut Libanon dimana pihak-pihak yang berseteru menemukan kesepakatan. Benar bahwa benang itu kusut itu tidak terurai seluruhnya. Sebab kegaduhan masih berlangsung soal jabatan Perdana Menteri dan sejumlah masalah politik lainnya seperti soal undang-undang Pemilu. Yang kita cermati adalah bahwa proyek Amerika Serikat di Libanon memiliki tujuan pasti yaitu mengalahkan satu pihak atas pihak lainnya yang ujung-ujungnya adalah melucuti senjata Hizbullah dan memutus jalan kesepahaman dengan Suriah. Dari sana kemudian melumpuhkan peran Iran di kawasan. Pada saat yang sama membangun jembatan antara Israel dan Libanon untuk meluaskan wilayah “kelompok moderat” di dunia Arab yang memihak kepada Israel dalam menghadapi Iran. Semua itu tidak akan terwujud sebab perubahan inti belum terjadi. Yakni salah satu pihak di Libanon belum dikalahkan oleh pihak lain. Namun pihak-pihak di Libanon menyepakati tema kepresidenan. Kita tidak menyebut siapa yang menang dalam perang ini namun bisa kita bilang bahwa dua pihak di Libanon itu belum kalah dan gambling utama – Amerika Serikat dan Israel – untuk mengembargo Hizbullah dan menghancurkannya belum terjadi. Yang beruntung di sini masih Libanon.

3. Mengaktifkan peta Amman dan Damaskus yang sudah terputus sejak lama. Ini terwujud dalam kunjungan Raja Jordania Abdullah ke Damaskus sebelum digelar konferensi Annapolis. Kemudian kunjungan Menlu Suriah ke Amman pekan ini dan pertemuannya dengan PM Jordania. Minimal ini yang tanpa di permukaan. Aktifnya kembali hubungan ini paling tidak akan melepaskan lingkaran embargo politik atas Suriah. Juga menghilang kesan bahwa di Suriah muncul bulat sabit Syiah. Bahkan hal ini akan membuka Suriah untuk berperan dalam masalah Palestina – Libanon. Bisa jadi Suriah akan memberikan peran kesepakatan antar Libanon soal sosok Presiden dimana ia memiliki hubungan baik dengan Mesir dan Arab Saudi dalam kesepakatan ini.

4. Kunjungan ke Riyadl pekan ini oleh delegasi gerakan Hamas yang dipimpin oleh Khalid Misyal ketua biro politiknya. Kunjungan yang sebenarnya ditunda sejak tiga bulan lalu. Meski kontak tidak terputus antara elit Hamas dan kerajaan Arab Saudi namun setelah peristiwa di Gaza pertengahan Juni lalu menimbulkan penurunan hubungan atara Hamas dan Fatah dinilai sebagai kesepakatan yang yang dipimpin oleh Raja Abdullah bin Abdul Aziz. Dalam tataran ilmiah pimpinan Hamas dan Riyadl masih terbangun untuk memberikan penjelasan masalah yang terjadi dan membaca masa depan. Kita tidak mempermasalahkan hasil pertemuan ini namun kami bisa menyebut bahwa sudah terbangun kontak antara kedua pihak. Kita tidak bisa menyebut bahwa pertemuan itu untuk menyiapkan dialog kembali antara Fatah dan Hamas.

Peristiwa-peristiwa ini di atas memberikan indikasi positif di dunia Arab menjelang tahun baru 2008 sebab sejumlah rencana jahat ke kawasan Timteng gagal dilakukan. (bn-bsyr)

Short Url:

Coppied