Sat 10-May-2025

Aleg Al-Quds Garamnya Bumi Ini

Senin 16-Agustus-2010

Samirah Jalayiqah

Garam itu tak rusak tertancap di ruang sanubari dan fikiranku. Keyakinan ini terus bertambah sayapun senantiasa bergantung padanya dari dendam hitam orang-orang bodoh di gerbang Al-Quds. Mereka adalah para wakil Al-Quds yang menghadapi setrategi devortasi serta pengusiran mereka dari Baitul Maqdis dan sekelilingnya.

Disinilah mereka duduk dan di sinilah mereka berdiri mereka berbuka dan mereka berpuasa. Di sinilah areal yang sempit tempat tidurnya para aleg Al-Quds sejak 43 hari yang lalu. Tepatnya di kantor palang merah internasional di wilayah Syaikh Al-Jarrah. Disanalah mereka membentuk gambaran dari sebuah Negara kecil. Sebuah Negara yang dibatasi dinding kecil sebagai setasiun pengharapan serta semangat setegar gunung.

Seseorang tidak memiliki apa-apa saat seseorang mendengar suara mereka lewat telepon. Mereka hanya termenung memeluk kedua lututnya menantang arogansi Zionis. Mereka tidak bosan berjuang. Teguh dalam pendirian di pundaknya terdapat beban Al-Qud mengikat tangan dan kaki mereka dengan rantainya. Di matanya tersirat kemenangannya.

Perjuangan yang mana yang bisa membebaskan ikatanya dan mengajarkan seni bertahan. Di serambi Al-Quds matanya berkeliling tak terpejam. Tak kehabisan harapan yang dipenuhi keimanan.

Wahai kaum muslimin !!

Aib bagi kalian melewatkan nasib aleg Al-Quds dari ingatan kalian. Sebagaimana kalian melewatkan Al-Aqsha. Aib bagi kalian diam sementara suara mereka bangkit menggetarkan nurani. Aib bagi kalian tidak juga bangun dan tidak mendengarkan gemerincing rantai pengikat mereka ketika telinga-telinga tidak mendengarnya membangkitkan erangan hingga memekakan telinga orang-orang yang sudah mati di kuburan.

Mereka adalah garamnya negeri ini. Merekalah yang menggaraminya. Jika tidak ada garam maka rusaklah negeri tersebut. Bagaimana mungkin kalian meninggalkanya dan tidak segera mengunjunginya atau tidak melelehkan air mata tat kala air mata mereka tumpah.

Wahai para Al-Quds engkaulah para pemimpin bangsa Arab dan non Arab. Kalianlah yang melindungi kemuliaan tempat suci kami. Kalianlah yang memegang pesan nenek moyang kami. Tidak masuk logika bila meninggalkan kalian sebagai pewaris kemuliaan tekad.

Wahai para pemimpin ummat mereka tetap tinggal bagaikan karang teguh bagikan gunung zaitun di atas bara api mereka berjalan. Kaki mereka berjalan di atas lembaran api semakin lama semakin. Lima puluh hari atau kurang dari lima puluh tahun. Tidak pernah berubah keyakinan mereka tetap dalam berjuang. Setelah ini apa yang kalian akan lakukan.??. (asy)

Short Url:

Coppied