Sat 10-May-2025

58 Tahun Pasca Naksa Proyek Zionis Pecah Belah Arab Sukses

Selasa 9-Juni-2015

Dr. Yusuf Makki

Naksa Juni 1967 bukan saja sejarah Arab yang lewat begitu saja dan bukan pula sekadar kekalahan militer Arab melawan Israel. Implikasi kekalahan dan mundurnya proyek kebangkitan Arab yang terjadi setelahnya masih berimbas hingga hari ini. Kebrutalan kolonialisme dan zionisme atas bangsa Arab sampai saat ini tidak bisa dipungkiri. Perlawanan pemikiran kita struktur politik dan social dalam menghadapi proyek zionisme pun tak bisa dipungkiri.

Tujuan resmi perang Israel dari Naksa kala itu adalah menghabisi perlawanan Palestina terhadap proyek penjajahan mengendalikan gagasan persatuan Arab. Bangsa-bangsa Arab kala itu meneken perjanjian bersama antara Suriah dan Mesir kemudian diikuti oleh Yordania beberapa hari sebelum perang Juni. Sebelum persatuan Arab menguat dan membebaskan Palestina militer Arab harus dikalahkan.

Ya Israel menggelar perang Juni dalam rangka membendung persatuan Arab. Perang Israel ini bukan lagi tiba-tiba. PM Israel kala itu Leivi Eshkol mengancam akan menjajah Damaskus jika Suriah tak berhenti mendukung gerakan Fatah (yang kala itu masih menjadi gerakan perlawanan). Ketika ancaman diwujudkan Israel menjajah dataran tinggi Golan (Suriah) Mesir mereaksi dengan meneken perjanjian pembelaan terhadap Arab bersama dengan Damaskus dan menutup selat Tiran dan menyebar pasukannya di sepanjang perbatasan Mesir dengan Israel menempatkan pasukannya di Sharm El-Saikh.

Sekali lagi perang ini bukan dadakan bagi bagi Israel. Dalam memo mantan PM Israel Mosha Shart ditegaskan setelah kekalahan perang segitiga atas Mesir langsung pejabat penting Israel sepakat menggelar perang penjajahan atas pasukan-pasukan Arab 10 tahun sekali. Menurut Israel zionis dipastikan menang karena pasukan-pasukan Arab itu tidak memiliki kemampuan mengembangkan diri jarang berlatih pengalaman menggunakan senjata dan peralatan tempurnya lemah dan segala keterampilan untuk menang.

Dan tepat itu yang terjadi dalam pertempuran kita dengan mereka.

Yang miris adalah kesadaran Arab atas bahaya proyek zionisme ini sudah benar-benar hilang. Target perang Israel atas Arab adalah perlawanan dan persatuan yang sesungguhnya rukun dari eksistensi Arab seluruhnya. Untuk menghadapi proyek zionisme tak mungkin tanpa menguatkan perlawanan dan perjanjian pembelaan Arab bersama menjadi realisasi.

Dari perang Juni ini bisa disimpulkan mustahil menghadapi zionis tanpa adanya tekad dalam jiwa yang berangkat dari perubahan utuh dari sistem berfikir kita dan methode kerja. Itu pun sangat sulit diwujudkan di tengah kondisi realitas Arab saat ini. Pemikiran itu merupakan hasil dari perubahan politik dan sosial besar-besaran.

Selama ini Arab menghadang proyek zionis dengan tradisi dan metode berfikir lama sembari meremehkan hak-hak prinsipil mereka sendiri. Akibatnya watak konflik justru berubah dari konflik eksistensi peradaban menjadi konflik atas wilayah.

Jika masing-masing negara Arab berfikir hanya kepentingan wilayahnya sendiri maka wilayah Arab yang dijajah oleh zionis tidak akan kembali. Itulah yang dimaksud hak Arab selalu menjadi harga murah dalam setiap perundingan.

Dalam peringatan Naksa saat ini bangsa Arab mengalami situasi berbahaya dalam sejarah modern mereka. Zionis bertujuan memecah belah bangsa Arab dan itu berhasil baik berlatar belakang sekte atau kesukuan atau lainnya. Peta-peta Arab justru dikendalikan oleh Amerika sejak beberapa dekade. Selama ini bangsa Arab pun belum bisa mewujudkan keadilan sosial tak mampu membangun jati dirinya tak bisa melakukan pembangunan yang independen tak memiliki independensi politik dan tak memiliki hubungan kebangsaan Arab bersama dan pembelaan bersama.

Proyek pecah belah bermula dari invasi Irak proses politik yang didasarkan pembagian antar kelompok dan pihak minoritas menenggelamkan Irak dalam perang saudara. Kemudian proyek pecah belah merembet ke Sudan.

Disusul kemudia selama empat tahun terakhir konspirasi memecah belah Libia Suriah dan Yaman dan daftar negara yang menjadi target pecah belah akan berlanjut. Di tengah ancaman SISI belakangan ini di Irak Suriah Libanon Mesir Libia Aljazair Yaman dan menembus Jazirah Arab akankah masih ada harapan bangsa Arab bersatu? (ElhaleejEmirat/at/infopalestina.com)

Short Url:

Coppied