Wed 7-May-2025

47 Pembakaran Masjid Al-Aqsha Kemanakah Liga Arab dan OKI?

Kamis 25-Agustus-2016

Seharusnya kejahatan Israel membakar masjid Al-Aqsha tahun1969 menjadi kasus Palestina Arab menjadi gagasan kepentingan bersama umatterkait masjid suci tersebut dan kota Al-Quds serta bahaya yang mengancamnya. Seharusnyasejak 1979 itu Arab dan umat Islam mulai membangun strategi jelas menghadapi &ldquoapi&rdquoyang mulai membakar masjid Al-Aqsha.

Seharusnya Arab secara khusus rezim-rezim resminyamenjadikan masjid Al-Aqsha isu sentral dalam politik internasional. Selama inijustru Arab mengandalkan kepada forum dan masyarakat internasional (PBB)sehingga Al-Quds dan Al-Aqsha masih terus menjadi target dan pelanggaranterhadap hak umat Islam terutama Palestina.

Penjahat Michael Danies Rohan berkewarganegaraan Australiayang membakar Masjid Al-Aqsha tidaklah melakukannya sendirian kalau tidak adadukungan logistic dari pasukan penjajah. Israel sendiri yang kemudian sengajamembiarkan Al-Aqsha dan tidak memadamkan masjid dan memberikan peluang kepdapelaku kejahatan perlindungan hukum sehingga kabur dari sanksi. Pada saat yangsama Israel juga memutus saluran air di masjid Al-Aqsha. Mobil pemadam kebakarandari kota Al-Quds sendiri sengaja dibuat tidak beroperasi sehingga mobilpemadam kebakaran didatangkan dari Hebron dan Ramallah. Publik dunia Arab keluarturun ke jalan memprotes dalam bentuk unjuk rasa mengecam kejahatan ini. Namun rezim-rezimArab saat itu seakan tidur nyenyak dan bahkan berusaha menutupi pemandanganpublik Arab terhadap kejahatan itu. Maka warga Palestina di Al-Quds bergelombangturun ke jalan dengan telanjang dada dan kemampuan diri sendiri membentukrantai manusia menjadi jalur aliran air untuk memadamkan kebakaran di Al-Aqshaagar tak menjalar menghabiskan masjid.

Sejak menjajah Al-Quds tahun 1967 Israel tak pernah sekalipunmelewatkan waktu kecuali terus memprovokasi dan memompa jantung umat Islamdengan melecehkan dan menistakan masjid Al-Aqsha. Sayang rezim-rezim Arabjustru menutup peristiwa kekerasan Israel di Al-Aqsha dan Al-Quds dari publikArab. Contohnya hal tersebut sangat banyak.

Untuk mengingatkan saja imbas dari kejahatan pembakaranmasjid Al-Aqsha itu dibentuk OKI (Organisasi Konferensi Islam) yangberanggotakan negara-negara Islam. Kini organisasi itu sudah berusia 47 tahunseharusnya kita melihat hasil dari OKI di lapangan realitas dengan menjagaAl-Quds dan Al-Aqsha. Justru proyek yahudisasi Al-Aqsha dan Al-Quds makinmenjadi-jadi. Prestasi terbaiknya hanya sebatas menjadi lembaga sosial bukanorganisasi sistematis yang bisa mengakhiri penjajahan Israel dan menjagaAl-Aqsha dari yahudisasi.

Tindakan Israel di Al-Aqha dan Al-Quds adalah realisasiagenda jelas yakni proyek ideologi terkait dengan peristiwa akhir jaman sesuaidengan pandangan penganut ideology tersebut. Mereka membawa agenda zionis internasional.Kita tahu akan kemana Israel membawa Al-Aqsha dan Al-Quds. Akan tetapterpenting bagaimana membendung menggagalkan proyek zionisme di Palestina sebelumbicara menghadangnya di level internasional. Namun saya kita juga akhir situasiregional sangat sulit. Apakah masuk akal kita beralasan membiarkan Al-Aqshadengan alasan situasi regional? Ini semua terjadi karena terlalu lamamembiarkannya.

Padahal simpati dan perasaan publik Arab dan Islam terhadapAl-Quds amat sangat kuat. Namun sayang itu tidak dimanfaatkan untukmembelanya. Jadi yang sesungguhnya dipertanyakan adalah siapa yangbertanggungjawab atas tindakan memalingkan publik Arab dan islam dari Al-Aqsha?

Masjid al-Aqsha itu sekarang berada di relung perasaan danhati kita. Namun ia dalam bahaya. Tapi mana tindakan ril dari Palestina Arabdan dunia Islam? &nbsp(at/pip)

*Lawyer pengamat khusus urusan Al-Quds

Short Url:

Coppied