Mon 5-May-2025

Rafah Kota Yang Tenggelam dalam Kehancuran dan Mencari Kehidupan

Jumat 24-Januari-2025

Rafah kota yang selama ini menyandang predikat ketabahan dan keindahan kini kembali menjadi wajah korban perang dan kehancuran.

Pengeboman yang dilakukan Israel mengubah lingkungan yang sedang berkembang menjadi tumpukan puing meninggalkan jalan-jalan kosong kecuali kenangan orang-orang yang tinggal di sana.

Dengan setiap kejadian kehancuran muncul pertanyaan dari penduduknya yang menderita: Bagaimana mungkin sebuah kota yang begitu penuh dengan kehidupan&nbspberubah menjadi reruntuhan ini? Apakah awan membawa judul lain dan kenangan mereka yang kehilangan segalanya?

Kota yang hancur tanpa kebutuhan hidup

Situasi di Rafah melampaui gambaran apa pun. Kota yang dulunya menampung ribuan keluarga kini menjadi tempat yang tidak layak untuk ditinggali.

Seluruh aspek kehidupan hancur total mulai dari jaringan air dan listrik hingga infrastruktur dasar.

Pemandangan di lapangan mengindikasikan sebuah bencana kemanusiaan ketika keluarga-keluarga yang selamat menjadi tunawisma mencari keamanan dan stabilitas di tengah lautan kehancuran.

Walikota Rafah Ahmed Al-Sufi secara resmi menyatakan bahwa Rafah adalah kota yang dilanda bencana. Tingkat kerusakan melebihi kemampuan lembaga lokal mana pun untuk mengatasinya. Kota ini tidak lagi memiliki layanan dasar minimum pada saat penduduknya mengalami kekurangan air makanan dan tempat tinggal yang parah.

Cerita dari bawah reruntuhan

Di lingkungan yang dulunya penuh dengan kehidupan pemandangan menceritakan kisah yang melampaui kata-kata.

Di tempat yang dulunya merupakan rumah sebuah keluarga besar para penyintas berdiri di tengah reruntuhan berusaha mencari jejak kenangan mereka yang terkubur di bawah bebatuan.

Umm Muhammad Abu Shaira salah satu korban selamat kehilangan rumahnya di lingkungan Tal Sultan dan hidup tunawisma bersama kelima anaknya.

Perasaan takut di mata anak-anaknya tak kalah menyakitkan dengan kehilangan segala miliknya.

Haji Ibrahim Al-Dabash yang tinggal selama beberapa dekade di kota tersebut menggambarkan kejadian tersebut seolah-olah itu adalah kiamat. Bangunan-bangunan yang dianggap sebagai landmark kota sudah tidak ada lagi dan jalanan yang selalu dipenuhi gelak tawa berubah menjadi kesunyian berat yang membawa bau kehancuran dan kematian.

Panggilan mendesak menyelamatkan yang bisa diselamatkan

Krisis di Rafah memerlukan reaksi mendesak dari komunitas internasional. Kebutuhan penduduk melebihi imajinasi apa pun mulai dari tempat tinggal dan makanan hingga penyediaan air bersih dan layanan medis dasar.

Pemerintah kota meminta lembaga-lembaga internasional untuk bergerak cepat memulai rencana darurat komprehensif yang bertujuan untuk membangun kembali kota tersebut dan mengobati luka mendalam akibat perang.

Bertahan meski hancur

Terlepas dari semua yang terjadi di Rafah masyarakatnya masih berpegang teguh pada harapan. Koresponden kami melaporkan bahwa pemuda kota tersebut bekerja keras untuk menghilangkan puing-puing dan membantu mereka yang terkena dampak dalam upaya memulihkan sebagian kecil kehidupan di kota mereka.

Di tengah kegelapan ini ada keyakinan bersama bahwa Rafah akan bangkit kembali seperti yang selalu terjadi sepanjang sejarahnya yang panjang.

Rafah saat ini bukan sekadar kota yang hancur melainkan kisah perjuangan sebuah bangsa yang menolak kematian dengan kehidupan. Setiap batu yang hancur dan setiap jalan yang hancur menceritakan kisah penderitaan namun juga membawa pesan perjuangan bertahan. Rafah akan kembali seperti semula sebuah inkubator harapan dan kehidupan meski segala upaya untuk menghapus keberadaannya. (at/pip)

Tautan Pendek:

Copied