Sebuah laporan hak asasi manusia yangdikeluarkan oleh Pusat Hak Asasi Manusia Palestina menyoroti tragedi anak-anakPalestina akibat genosida Israel.
Laporan tersebut diberi judul &ldquoSebuah Generasiyang Terhapus: Anak-anak Gaza dalam Tungku Genosida&rdquo dan berfokus padakejahatan genosida yang sistematis terencana oleh Israel terhadap anak-anak diJalur Gaza mencakup pembunuhan kekerasan fisik dan psikologis yang serius danpencabulan terhadap anak-anak di Jalur Gaza. Bahkan semua itu terjadi di tengahtidak adanya akuntabilitas internasional dan peran dukungan Barat serta tidakadanya tindakan internasional dalam kelanjutan kejahatan terhadap mereka.
Pengacara Raji Sourani Direktur Pusat HakAsasi Manusia Palestina menggambarkan kejahatan genosida terhadap anak-anakdengan mengatakan &ldquoSerangan pendudukan Israel menargetkan pembunuhan berencanaterhadap anak-anak dengan menargetkan daerah pemukiman penduduk dan pusatpenampungan pengungsi sehingga anak-anak menjadi bagian sasaran terbesar daripembunuhan karena jumlahnya mencapai sekitar 17 ribu anak hingga saat ini.&rdquo
Menurut Sourani pasukan pendudukan Israel jugamengadopsi kebijakan kelaparan dengan merampas makanan dan air bagi mereka dankeluarga mereka dan penderitaan mereka terutama dialami oleh anak-anak danwanita hamil.
Kehancuran rumah yang meluas menyebabkansekitar dua juta orang mengungsi dari Jalur Gaza membuat mereka kehilangantempat tinggal di musim dingin dan teriknya musim panas. Rumah sakit jugahancur pengobatan dan vaksinasi dihalangi sekolah-sekolah dihancurkan dan prosewspendidikan dihalangi. Semua ini adalah bagian dari kebijakan sistematis dan terencanayang diperluas yang menjadikan Israel dan tentara pendudukannya tidakdiragukan lagi sebagai tentara yang paling terpuruk secara moral di duniamusuh anak-anak nomor satu di tingkat internasional dan bukti yang meyakinkanmengenai praktik kejahatan yang mereka lakukan genosida dalam statemen dantindakan nyata menurut Sourani.
Setelah 7 Oktober 2023 anak-anak Jalur Gazamerupakan korban langsung dari kejahatan genosida yang dilakukan olehpendudukan Israel dengan kebrutalan yang belum pernah terjadi sebelumnya.Membunuh anak-anak menimbulkan kerugian fisik dan psikologis yang serius padamereka dan menjadikan mereka kondisi hidup yang keras sehingga menghancurkanhidup mereka tidak dapat dianggap hanya sebagai efek samping dari seranganmiliter generasi.
Membunuh Anak-anak
Menurut laporan tersebut sejak 7 Oktober 2023anak-anak Gaza telah menjadi korban langsung kejahatan genosida dimulai dengantindakan &ldquopembunuhan&rdquo yang dilakukan oleh pasukan pendudukan Israel dengankebrutalan yang disengaja dan dengan tujuan yang jelas untuk menargetkan merekasebagai bagian dari kejahatan genosida ini. Pernyataan para pemimpin Israeldengan jelas mengkonfirmasi tren ini karena Perdana Menteri pemerintahpendudukan Benjamin Netanyahu merujuk pada kisah Alkitab tentang kehancuranorang Amalek di tangan Israel dalam pesan yang ia tujukan kepada tentaraIsrael komandan dan para pejabatnya sambil berkata &ldquoSekarang pergilahserang orang Amalek dan rampas semua milik mereka. Jangan kasihan kepada siapapun bunuhlah laki-laki dan perempuan anak-anak dan bayi lembu dan dombaunta dan keledai.&rdquo
Sejak awal serangan Israel lebih dari 17.000anak telah gugur tewas di Jalur Gaza dengan rata-rata satu anak setiap sepuluhmenit. Statistik ini tidak mencakup kematian akibat penyakit kelaparan danepidemi.
Dokumentasi Pusat HAM Palestina mengenaitindakan pembunuhan dalam kesaksian pembunuhan terhadap anak-anak yangbeberapa di antaranya disebutkan dalam laporan tersebut menegaskan adanyapenargetan anak-anak yang sistematis  danmeluas.
Laporan menyoroti sisa-sisa jasad anak-anakyang terkoyak dan terpotong dikumpulkan dalam kantong plastic. Jasad merekayang masih hidup terbakar oleh misiu atau api yang disengaja. Banyak darimereka meninggal dalam tidurnya di saat ada keamanan yang hanya sekejap datang.Mereka juga dibantai saat rumah sakit-rumah sakit dihancurkan. Anak-anak jugaterbunuh akibat penargetan rumah sakit yang menyebabkan terganggunya perangkatoksigen karena pemadaman listrik dan inkubator berubah menjadi kuburan sunyibagi mereka. Kesaksian-kesaksian ini hanyalah contoh kejahatan sistematis danmeluas yang menimpa anak-anak di Gaza di tengah tidak adanya pembedaan antarawarga sipil dalam pembunuhan dan kegagalan komunitas internasional untukmeminta pertanggungjawaban para pelakunya.
Menyakiti Fisik atau Psikologis Serius
Dalam konteks tindakan genosida yang kedua mengharuskantanggung jawab pelaku dengan sengaja menimbulkan kerugian fisik atau mentalyang serius terhadap anggota kelompok tersebut sehingga kerugian tersebutdiakibatkan oleh niat yang jelas.
Menurut yurisprudensi internasional cedera danluka tubuh yang serius didefinisikan sebagai termasuk cedera serius terhadapkesehatan seperti cacat atau cedera serius pada organ tubuh yang menyebabkankerusakan atau kecacatan permanen atau menyebabkan dampak parah pada kondisifisik atau psikologis korban.
Pusat Hak Asasi Manusia Palestinamendokumentasikan cedera serius dan mengerikan yang dialami anak-anak di JalurGaza akibat pemboman dan ledakan besar Israel. Cedera ini termasuk kehilangananggota tubuh dan cacat wajah parah akibat pukulan langsung atau luka bakarparah.
Cedera tulang belakang juga tercatatmenyebabkan kelumpuhan total atau cacat motorik selain cedera otak serius yangmempengaruhi kemampuan kognitif dan perilaku anak-anak. Selain itu banyak anakmenderita luka mata yang menyebabkan hilangnya penglihatan seluruhnya atausebagian sehingga menghambat kemampuan mereka untuk belajar dan berpartisipasidalam aktivitas sehari-hari.
Cedera dan kelainan bentuk yang parah ini tidakterbatas pada kekerasan fisik saja namun meluas hingga dampak psikologis dansosial yang mendalam yang menghambat pemulihan anak-anak dan membatasikemampuan mereka untuk hidup bermartabat dan normal. Cedera amputasi padaanak-anak merupakan konflik terbesar yang tercatat dalam peperangan modern danmeninggalkan dampak yang bertahan lama dan tidak dapat dilewati pada kehidupansehari-hari dan masa depan mereka.
Penderitaan ini meluas sepanjang hidup merekadan membuat mereka hidup di bawah beban pengalaman pahit yang tidak pernahlepas dari mereka terutama mereka yang menderita cacat permanen yang merampashak-hak paling dasar mereka untuk hidup normal dan stabil.
Penangkapan Sewenang-wenang
Di sisi lain Pusat HAM juga mendokumentasikanbahwa anak-anak di Gaza menjadi sasaran penangkapan sewenang-wenang dimanamereka menjadi sasaran berbagai jenis penyiksaan yang kejam dan tidakmanusiawi. Penyiksaan dimulai dengan mengintimidasi anak-anak denganmenggunakan anjing polisi mengikat mereka dan menutup mata mereka selamaberjam-jam sebelum mengangkut mereka. Mereka dibawa ke pusat penahananyang tidak memiliki unsur martabat yang paling dasar. Di sana merekamenghadapi penyiksaan fisik dan psikologis termasuk pemukulan brutal menyundutkanrokok di tubuh mereka dan dipaksa berdiri dalam posisi yang menyakitkan sambildilarang tidur dan makan. Pengalaman-pengalaman ini meninggalkan lukapsikologis jangka panjang termasuk kecemasan depresi dan PTSD sehinggamenghambat peluang mereka untuk membangun masa depan yang stabil.
Laporan tersebut menjelaskan bahwa dampakpsikologis yang serius tidak selalu memerlukan serangan fisik dan hal inilebih dari sekadar gejala ringan serta memerlukan dampak jangka panjangterhadap kemampuan individu untuk hidup normal. Namun penting untuk ditekankanbahwa kerusakan ini tidak harus bersifat permanen atau tidak dapat diubah.
Pusat HAM mendokumentasikan kesaksian-kesaksianmenyakitkan yang mengungkap besarnya dampak psikologis parah yang dialamianak-anak akibat serangan militer Israel yang sedang berlangsung.Kesaksian-kesaksian ini mencakup pengalaman mereka atas adegan kekerasan dankehancuran yang mengerikan akibat serangan militer kehilangan keluarga danorang-orang terkasih dalam keadaan yang tragis dan memilukan serta pengungsianpaksa yang berulang kali dalam kondisi yang tidak menghormati sedikit pun unsurmartabat manusia. Pengalaman mengerikan ini meninggalkan luka psikologis yangmendalam dan membatasi kehidupan mereka.
Menghancurkan Secara fisik Seluruhnya atau Sebagian.
Tindakan genosida yang ketiga adalah penerapankondisi kehidupan yang bertujuan untuk menghancurkan kelompok tertentu dalamaspek fisik secara bertahap tanpa pembunuhan langsung. Tindakan genosida inisengaja dilakukan oleh negara yang disebut Israel menjadikan penduduk JalurGaza termasuk anak-anak berada dalam kondisi mengerikan yang dirancang untukmenghancurkan mereka secara fisik.
Banyak pejabat Israel menyatakan niat merekayang jelas dalam konteks ini termasuk Menteri Pertahanan Israel pada saat ituYoav Galant yang menyatakan: &ldquoJalur Gaza tidak akan pernah sama lagi. Kamiakan menghilangkan semuanya dan situasinya akan berubah 180 derajat ke belakang.&rdquoPernyataan-pernyataan ini dan lainnya dengan jelas menegaskan niat para pejabatIsrael untuk menghancurkan seluruh penduduk Jalur Gaza termasuk anak-anak yangtidak bersalah.
Sejak tanggal 7 Oktober Israel telahmemberlakukan kondisi hidup yang keras terhadap penduduk Jalur Gaza yangbertujuan untuk menimbulkan kehancuran bertahap pada penduduknya setara dengankematian yang lambat.
Kelaparan
Kebijakan sistematis ini terlihat jelas &ndashmenurut laporan tersebut &ndash dalam penggunaan kelaparan sebagai senjata perangdan merampas anak-anak Gaza dari perawatan medis yang diperlukan dan bantuankemanusiaan yang memadai.
Israel juga dengan sengaja menyebarkan epidemidan penyakit menular sebagai akibat dari hancurnya infrastruktur kesehatan. Padasaat yang saat yang sama melakukan pengungsian paksa terhadap penduduk di bawahkondisi kemanusiaan yang mengerikan termasuk kekurangan makanan perawatanmedis dan tempat tinggal. Selain itu anak-anak Gaza telah kehilangan hakdasar mereka atas pendidikan yang berdampak buruk pada generasi sekarang danmasa depan di Jalur Gaza.
Menurut laporan Lembaga HAM Palestina anak-anakdi bawah usia lima tahun dan wanita hamil atau menyusui adalah kelompok yangpaling berisiko mengalami malnutrisi karena meningkatnya kebutuhan nutrisipada masa sensitif perkembangannya. Sekalipun seorang anak selamat darimalnutrisi akut dampak kesehatannya akan bertahan lama karena ia akanmengalami stunting dan keterlambatan perkembangan mental dan fisik sedangkanmalnutrisi parah akan menyebabkan kekurusan sehingga membahayakan nyawanya.Anak-anak yang menderita stunting dan wasting mempunyai kemungkinan lebih besaruntuk meninggal karena tubuh mereka lebih lemah dalam menghadapi penyakit.
Sejak awal kebijakan kelaparan sistematisIsrael terhadap warga Palestina di Gaza 27 anak telah meninggal dunia danbanyak dari kasus ini tidak terdokumentasi di rumah sakit.
Sejak pertengahan Januari 2024 lebih dari319.000 anak telah diperiksa di Gaza dan sekitar 22.000 kasus malnutrisi akuttelah didiagnosis dan puluhan di antaranya menghadapi komplikasi medis yangmengancam jiwa fasilitas di Gaza disertai dengan kebijakan yang bertujuan untukmencegah perjalanan orang sakit dan terluka. Untuk menerima perawatan termasukanak-anak yang membutuhkan perawatan berkelanjutan seperti pasien kankerpasien gagal ginjal dan penyandang disabilitas. Jumlah korban luka jugameningkat secara dramatis sehingga mendorong dokter untuk melakukan triasekasus darurat karena tekanan pada sistem kesehatan dan kurangnya sumber dayasehingga menyebabkan banyak anak menghadapi kematian yang lambat.
Pusat Hak Asasi Manusia Palestina menekankanbahwa pemindahan paksa itu sendiri bukan merupakan genosida namun hal initerjadi jika disertai dengan perampasan makanan perawatan dan tempat tinggalbagi seseorang yang berujung pada kehancuran fisik mereka.
Di Gaza operasi militer memaksa 19 jutaorang setengah dari mereka adalah anak-anak terpaksa mengungsi tanpamenyediakan tempat berlindung yang aman. Bahkan wilayah yang diklaim &ldquoaman&rdquooleh tentara Israel pun menjadi sasaran pengeboman menyebabkan seluruh Gazatidak memiliki tempat berlindung untuk melindungi penduduknya.
Perampasan Pendidikan
Pasukan pendudukan Israel terus melakukanperang genosida di Gaza selama lebih dari setahun secara sistematismenargetkan warga sipil dan infrastruktur termasuk institusi pendidikan.
Penargetan ini telah merampas hak dasar ratusanribu siswa atas pendidikan dengan hancurnya sekolah dan ribuan siswa serta guruterbunuh sehingga mengancam masa depan seluruh generasi dan meninggalkandampak jangka panjang yang menghancurkan terhadap hak anak atas pendidikan danberekspresi.
Pada tanggal 9 November 2024 12.700 siswa dan750 guru serta tenaga kependidikan gugur tewas sementara 929% sekolah rusakdan 846% di antaranya memerlukan rekonstruksi atau perbaikan besar-besaran.Sekolah ditutup untuk 625.000 siswa mencegah 39.000 siswa mengikuti ujianTawjihi dan mencegah 45.000 anak untuk mulai bersekolah. Enam tahunberlalu tahun pertama mereka bersekolah.
Pakar di organisasi PBB memperingatkan bahwapenghancuran infrastruktur pendidikan di Gaza merupakan ancaman langsungterhadap pengetahuan dan identitas warga Palestina yang mengakibatkankurangnya keamanan. Bahkan dengan gencatan senjata dan pembangunan kembali yangsegera dilakukan siswa diperkirakan akan kehilangan dua tahun sekolah dankerugian bisa mencapai lima tahun jika konflik berlanjut hingga tahun 2026.
Meskipun ada upaya untuk menginisiasipendidikan virtual inisiatif ini menghadapi tantangan besar karena pengungsianyang terus berlanjut ketidakamanan kurangnya listrik dan internet dankelaparan yang meluas. Selain itu satu juta anak menderita dampak psikososialyang serius seperti trauma kehilangan orang yang dicintai dan kecemasankronis yang mengancam perkembangan dan perilaku mereka serta meningkatkanrisiko putus sekolah kerja paksa dan pernikahan dini. (at/pip)