Israel belum berhenti menggelar genosida dalamsegala bentuknya terhadap orang-orang tak berdosa di Jalur Gaza selama lebihdari 440 hari tanpa peduli siapapun. Israel membunuh warga Palestina tua danmuda perempuan dan laki-laki dengan darah dingin.
Pendudukan Israel mempertotonkan genosida dalamsegala hal tanpa pengawasan atau pertanggungjawaban apa pun. Sebaliknya merekatelah menggunakan kelaparan dan kekurangan sebagai senjata mematikan terhadap wargasipil tak bersalah.
Misi Hitam
Pendudukan Israel berusaha untuk menutupitindakan genosida yang mereka lakukan di hadapan dunia namun merekamengabaikan semua perjanjian internasional dan kemanusiaan dan apa yang merekatetapkan jika terjadi perang dan mereka terisolasi di forum-foruminternasional karena PBB dengan suara bulat menyetujui perlunya hal ini untuksegera menghentikan genosida namun Israel tetap bergantung pada dukungan mutlakAmerika untuk menyelesaikan misi gelapnya adalah menghancurkan batu pohon danmanusia di Gaza.
Kolumnis dan peneliti Hamid Ashour menegaskanbahwa operasi tersebut bukanlah kebetulan melainkan hasil keputusan Israel sebelumnyayang hasilnya mulai terlihat di lapangan baik di Gaza utara maupun selatan.
Dia menambahkan bahwa ratusan truk menumpuk disepanjang penyeberangan hanya puluhan yang masuk selama berbulan-bulan jumlahyang hampir tidak memuaskan dahaga kota yang kebutuhan sehari-harinyadiketahui dengan baik oleh penjajah Israel membutuhkan setidaknya 400 trukmenurut United Perkiraan negara-negara.&rdquo
Hasil Pahit
Selain kebijakan pembunuhan dan pemusnahan yangdilakukan sepanjang waktu yang menurut laporan Kementerian Kesehatan di Gaza telahmerenggut nyawa lebih dari 45.000 orang syahid 10.000 orang hilang dan lebihdari 110.000 orang luka-luka Israel tidak menemukan tanda-tanda menyerah ataumengalah di Gaza. Sehingga mulai menerapkan kebijakan kelaparan yang disengaja.Hal ini tentu menyebabkan memburuknya situasi kemanusiaan sehingga masyarakattidak dapat menemukan bantuan apa pun. Jika menemukannya pun itu akan bercampurdengan darah dan dengan harga yang sangat mahal.
Siapa pun yang mengikuti situasi kemanusiaan diGaza akan menemukan ciri-ciri krisis dalam segala hal: tidak ada listrik tidakada air tidak ada air minum tidak ada transportasi tidak ada makanan dantidak ada kebutuhan hidup tapi rakyatnya tetap bertahan dan keras kepala untukdihancurkan.
Menyiksa Kesadaran
Jurnalis dan penulis Abdul Rahman Younismengatakan kepada koresponden Pusat Informasi Palestina bahwa apa yangterjadi di Jalur Gaza seperti sebuah mitos korban kejahatan: satu bangsa sedangdimusnahkan di depan mata dunia sementara skala reaksi masih tidak sebandingdengan tingkat kejahatan.
Ia menegaskan bahwa pendudukan Israel denganpembunuhan dan pemusnahan yang terus menerus dan terlebih lagi kelaparan danpenindasan warga sedang mencoba untuk menekan kesadaran dan menghabisikesadaran mereka dan mendorong mereka untuk tidak percaya pada perlawanan danprogram-programnya mungkin mendorong mereka untuk memberontak melawan pejuang perlawanandan menuntut penyerahan diri. Namun ini tidak akan terjadi meskipun rakyatdihadapkan pada kebrutalan sedemikian rupa.
Politik kelaparan yang disengaja yangditerapkan Israel memperburuk situasi kemanusiaan di Jalur Gaza terutamasetelah sektor pertanian yang hancur total. Pasar-pasar di Jalur Gaza kosongdan Anda hampir tidak dapat menemukan apa pun untuk dimakan jika Anda melakukantur keliling kota.  Di pasar tidak akanmelihat makanan apa pun sayuran atau buah-buahan tidak ada daging apa punselama berbulan-bulan. Sebagian besar penduduk Jalur Gaza sekarang hidup darimakanan kaleng yang berisi kacang-kacangan dan kacang polong dankacang-kacangan lain saja. Tidak hanya itu sepotong roti keras di tangananak-anak setelah tepung di rumah-rumah penduduk habis dan harga satukarungnya menjadi kurang lebih 250 dolar.
Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO)mengatakan bahwa perang pemusnahan Israel yang sedang berlangsung di Gazaselama setahun telah menghancurkan lebih dari dua pertiga lahan pertanian diJalur Gaza yang meningkatkan risiko penduduk terkena paparan kelaparan.       
Organisasi tersebut menyatakan dalam laporannyayang disiapkan bekerja sama dengan Pusat Satelit PBB UNOSAT dan yangdikeluarkan kemarin Kamis bahwa perang telah merusak 676% lahan pertanian(lebih dari 10.000 hektar) pada tanggal 1 September sedangkan persentasenyaadalah 573% di bulan Mei dan 426% di bulan Februari.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa 712% kebunbuah-buahan dan pohon buah-buahan 671% tanaman ladang (khususnya di wilayahKhan Yunis) dan 585% tanaman kebun rusak menurut laporan yang didasarkanpada citra satelit.
Laporan FAO juga menyatakan bahwa lebih dariseparuh sumur air yang diperuntukkan bagi pertanian (1.188) dan 577 hektarrumah kaca pertanian rusak parah karena foto-foto menunjukkan jejak kendaraanberat operasi pengeboman atau lokasi yang rata dengan tanah.
Laporan tersebut mencatat kematian sekitar 95%ternak 43% domba (kurang dari 25 ribu ekor) dan 37% kambing (tiga ribu ekor)selamat sedangkan sebagian besar perahu nelayan hancur di pelabuhan. Kota Gazayang mengalami kerusakan parah.
Wakil Direktur Jenderal FAO tersebut BethBechdol memperingatkan bahwa tingkat kerusakan telah mencapai tingkat yangbelum pernah terjadi sebelumnya. Hal ini menimbulkan pertanyaan serius mengenaikemampuan produksi saat ini dan masa depan karena bantuan pangan saja tidakdapat memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat Gaza.
Penulis Hamid Ashour menegaskan bahwamengingat kebutuhan Jalur Gaza yang sangat besar pembatasan yang dilakukanoleh pendudukan Israel dan keadaan kritis yang dihadapi Jalur Gaza Jalur Gazamemerlukan lebih dari sekadar bantuan darurat.
Dia menekankan bahwa dunia harus menyatakanpendapatnya dalam menghadapi ketidakadilan yang mengerikan ini. Jikaorganisasi-organisasi PBB dan internasional tidak dapat menghentikan perangmaka biarkan mereka menjalankan tanggung jawab mereka dan mengakhiri kebodohandan kedunguan global ini. Tidak masuk akal manusia mati karena pemboman danjuga karena kelaparan. Jika tujuan membuat warga Gaza kelaparan untukmenghancurkan tekad mereka dan menggunakan kelaparan mereka sebagai kartu untukmemberikan tekanan pada meja perundingan maka hal ini tidak akan berhasil danIsrael mengetahui hal ini dengan sangat baik.
Meskipun pengeboman terus-menerus danpengepungan yang melumpuhkan telah mempengaruhi semua aspek kehidupan JalurGaza tetap menjadi saksi ketabahan rakyat menghadapi genosida dengan harapanyang tak terpatahkan. Di tengah kehancuran dan penderitaan kisah kepahlawanansehari-hari lahir dari rahim penderitaan dan kehidupan berkembang dari bawahreruntuhan.  Bertahan dan tegar bukansekedar tindakan untuk bertahan hidup melainkan sebuah pesan kepada duniabahwa keinginan untuk hidup lebih kuat daripada kekuatan apa pun yang berupayamelenyapkannya dan bahwa Gaza akan tetap menjadi simbol kesabaran dan martabattidak peduli seberapa keras ujian yang dihadapi. (at/pip)