Mon 5-May-2025

Keluarga Tercerai Berai; Dampak Lain Agresi Israel di Gaza

Kamis 25-April-2024

Seorang warga Palestina Abu Muhammad Islim (50 tahun)terpaksa pindah setiap dua hari ke daerah di mana ia dapat menerima siarankomunikasi percakapan dengan anak-anaknya di Rafah selatan Jalur Gaza setelahia terpaksa tetap tinggal di Kota Gaza dan tidak melarikan diri darinya padaawal agresi darat pada akhir Oktober tahun lalu.

Abu Muhammad mengatakan kepada Pusat Informasi Palestina&ldquoSaya tinggal di Kota Gaza karena keadaan khusus dan tidak dapatmeninggalkannya di selatan lembah. Anak-anak saya mengungsi bersama keluargamereka dan sejak saat itu penderitaan yang parah dimulai dan kami tidakmenerima berita langsung apa pun.&rdquo

Dia menambahkan bahwa setiap kali terjadi seranganketakutan dan kecemasan menyusup ke dalam hati mereka. Dia dan anak-anaknyakhawatir satu sama lain dan dengan ancaman tentara penjajah Israel untukmenyerang kota Rafah tempat anak-anaknya berada ketakutannya terhadapkeluarga anak-anaknya semakin meningkat.

Penindasan dan Rasa Sakit

Warga lain Salman Hassan (70 tahun) ia mengungsi padaawal invasi menyeluruh ke kota Khan Yunis ke pinggiran kota di sebelah baratdan putranya Mahmoud mengungsi ke kota Deir al-Balah bersama keluarganya danputra sulungnya Ibrahim diungsikan ke kota Rafah.

Dia mengatakan kepada Pusat Informasi Palestina &ldquoApayang terjadi dengan keluarganya adalah perpisahan dalam arti sebenarnya.Keluarga tersebut telah terpisah satu sama lain selama 5 bulan dan kami jarangbertemu satu atau dua bulan sekali di tengah ketakutan dan antisipasi yangsangat kuat.&rdquo

Ini adalah kisah-kisah penindasan dan penderitaan yangbab-babnya terangkai akibat peristiwa perang genosida. Keluarga-keluarga Palestinaterpecah dan tercerai berai satu sama lain dan bulan Ramadhan dan Idul Fitritelah berlalu dan memang seperti itu penjajah menggunakan ini sebagai senjatauntuk menundukkan orang-orang Palestina dan menekan kesadaran mereka.

Kisah-kisah penderitaan yang menyedihkan menyebar diGaza. Perang kriminal telah memisahkan dan menghancurkan keluarga-keluargadengan kematian penangkapan dan pengungsian.

Perlu disebutkan bahwa penjajah Israel mendirikan jalanmiliter yang memisahkan Kota Gaza dan bagian utara dari pusat dan selatan dan penjajahmembunuh setiap orang Palestina yang mencoba pergi ke utara dalam rezimpemisahan militer yang rasis.

Saat ia terus berbicara kepada Pusat Informasi Palestinawarga bermimpi bahwa perang genosida akan berakhir jalan pemisah akandihilangkan keluarga-keluarga akan bersatu kembali dan keamanan sertakebebasan akan terwujud di seluruh Palestina dan Gaza.

Peneliti sosial Mahmoud Hein mengatakan &ldquoSifat keluargadalam masyarakat Gaza adalah kohesif dan luas serta keluarga memiliki hubungansosial yang baik. Berdasarkan integritas ini dapat dipastikan ada orang darisatu keluarga yang mengungsi ke sana selatan sementara yang lain tetap beradadi utara.&rdquo

Hein menambahkan dalam pernyataan yang diikuti olehkoresponden Pusat Informasi Palestina &ldquoDalam perang emosi menjadi sangatkuat terutama karena pertempuran ini berbeda dari operasi militer sebelumnyaoleh karena itu kami mencatat kasus-kasus kecemasan dan ketegangan yangmemburuk di antara para pengungsi yang mengungkapkan ketakutan mereka terhadapmereka keluarga yang menolak untuk mengungsi.&rdquo

Peneliti melanjutkan &ldquoSetelah gelombang pengungsianberulang kali lebih dari lima kali kami dapat mengatakan dengan pasti bahwakeluarga-keluarga di Gaza telah terpisah satu sama lain bahkan di wilayahselatan sendiri dan tidak ada lagi hubungan atau komunikasi di antara mereka.Masalahnya menjadi psikologis dan setiap suami membawa keluarganya danmelarikan diri dan ada beberapa kasus. Beberapa keluarga terpisah satu samalain.&rdquo

Tautan Pendek:

Copied