Tue 6-May-2025

Mishal: Kami Tolak Istilah Solusi Dua Negara Solusinya; Usir Penjajah

Kamis 18-Januari-2024

Ketua Hamas di luar negeri Khaled Meshaalmengungkapkan penolakan gerakannya dan rakyat Palestina terhadap istilah solusidua negara. Rakyat Palestina menuntut pembebasan pencabutan penjajahankemerdekaan dan berdirinya negara Palestina.

Meshal mengatakan dalam podcast Ammar &ldquoBaratmengatakan bahwa pertempuran 7 Oktober membuka cakrawala bagi isu visi politikdan dari sini mereka kembali ke komoditas lama mereka yaitu solusi dua negara.Hamas tidak menerima istilah solusi dua negara yang ditolak karena itu berartikita memiliki negara yang dijanjikan pada waktu yang diperlukan dengan imbalbalik mengakui legitimasi negara lain yaitu entitas Zionis dan hal iniditolak total.&rdquo

Dia menyatakan bahwa sikap Hamas dan mayoritasrakyat Palestina terutama setelah 7 Oktober memperbarui impian dan harapanbagi Palestina dari laut hingga sungai dan dari utara ke selatan dan diabertanya-tanya mengapa hal itu terjadi. Palestina harus menerima seperlimawilayah Palestina dan agar hal ini menjadi solusi akhir!? yang menunjukkanbahwa wilayah jajahan perbatasan 1967 merupakan 21% wilayah praktis atau seperlimawilayah Palestina jadi hal ini tidak dapat diterima.

Mishal menekankan bahwa proyek Palestina yangmemiliki konsensus nasional kuasi-Palestina bahkan mereka yang memilikipendapat terpaksa mengatakannya karena urgensi politik tetapi konsensusPalestina atau konsensus kuasi-Palestina adalah bahwa hak kami di Palestinatidak bisa tidak adalah dari laut ke sungai dan dari Ras al-Naqoura ke Ummal-Rashrash atau Teluk Aqaba. Ini adalah hak warga Palestina. Kehadiran kami dinegeri ini adalah hal yang baru dan sejak lama. Penjajah Zionis menginvasi kamisejak tahun 1948.

Meshaal menjelaskan bahwa Hamas dan kelompok-kelompokdi Palestina sejak awal sebagaimana kami jelaskan dalam dokumen politik kamipada tahun 2017 bahwa untuk menjadi dasar pertemuan bersama dan programnasional bersama dengan pasukan Palestina dan posisi Arab kami menerima sebuahnegara di perbatasan tahun 1967 dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya dengankemerdekaan penuh dan hak untuk kembali tanpa mengakui legitimasi entitasZionis.

Dia menunjukkan bahwa posisi ini dilakukanuntuk memfasilitasi konsensus Palestina dan Arab pada tahap ini. Namun tanpamenyerahkan satu pun bagian dari hak atau tanah kami dan tanpa mengakui pihakyang merampasnya. (at/pip)

Tautan Pendek:

Copied