Kementerian Keuangan Pendudukan mengatakan padahari Senin bahwa pemerintah Israel telah menagih utang sekitar $78 miliarsejak awal 7 Oktober (Operasi Badai Topan Al-Aqsa).
Dia menambahkan bahwa lebih dari separuh jumlahini merupakan utang dalam mata uang dolar yang diterbitkan di pasarinternasional.
Departemen Akuntan Publik di kementeriantersebut mengatakan &ldquoKemampuan pendanaan Israel memungkinkan pemerintah untuksepenuhnya membiayai semua kebutuhannya dan secara optimal.&rdquo
Perang yang dimulai pada tanggal 7 Oktoberketika perlawanan yang dipimpin oleh Brigade Qassam sayap militer Hamasmengejutkan pemukiman Israel menyebabkan peningkatan tajam dalam pengeluaranIsrael untuk membiayai tentara serta pencairan kompensasi kepadaperusahaan-perusahaan dekat perbatasan dan keluarga para korban dan sanderayang disandera kelompok perlawanan. Pada saat yang sama pendapatan dari pajakmenurun.
Akibatnya Israel mencatat defisit anggaransekitar $6 miliar pada bulan Oktober lalu melonjak dari $11 miliar pada bulanSeptember yang menyebabkan peningkatan defisit selama 12 bulan terakhirmenjadi 26 persen.
Kementerian mengatakan pihaknya akan terusbekerja melalui semua saluran untuk membiayai kegiatan pemerintah termasuksemua kebutuhan yang disebabkan oleh perang dan bantuan ekonomi dan sipil ditingkat internal.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berjanjiuntuk &ldquomenghidupkan kran&rdquo untuk membantu mereka yang terkena dampak perangyang diyakini para ekonom akan menyebabkan peningkatan tajam dalam defisit danrasio utang terhadap PDB hingga tahun 2024.
Namun Gubernur Bank Sentral Israel Amir Yaronmengatakan pemerintah perlu mencapai keseimbangan antara &ldquomendukungperekonomian dan mempertahankan posisi keuangan yang sehat.&rdquo
Lembaga pemeringkat kredit sudah memperingatkanbahwa mereka mungkin menurunkan peringkat Israel jika indikator utang memburuk.
Pemerintah membantah laporan di media Israelbahwa negaranya akan mengajukan pinjaman dari Bank Israel untuk pertama kalinyasejak tahun 1986. (at/pip)
