Tue 6-May-2025

Skenario Konfrontasi Seperti Apa setelah Ancaman Netanyahu?

Kamis 24-Agustus-2023

Ditengah-tengah situasi eskalasi aksi-aksi perlawanan di Tepi Barat sebagaibentuk respon terhadap kejahatan pendudukan Zionis Israel dan pemukimnya frekuensiancaman Israel meningkat yang membuka konfrontasi kepada berbagai kemungkinanskenario.

Dalamdua hari tiga pemukim pendatang Yahudi tewas dan yang keempat terluka dalamdua aksi penembakan di Nablus dan Hebron. Sehingga jumlah orang Israel yang tewassejak awal tahun 2023 menjadi 36 ditambah puluhan lainnya terluka dalamserangkaian aksi perlawanan yang membentang melintasi geografi Palestina dariutara ke selatan sejak awal tahun.

PendudukanZionis yang pada hari Selasa (22/8/2023) mengumumkan penangkapan para pelaku aksipenembakan Hebron (di mana seorang pemukim Israel tewas dan dilakukan oleh dua pejuangperlawanan pada tanggal 21 Agustus) segera menghubungkan mereka dengan gerakanHamas bersamaan dengan siaran yang diarahkan oleh radio tentara pendudukan Zionisbahwa para pelaku aksi di permukiman Eli yang menewaskan 4 pemukim Israelberhubungan dengan Hamas di Gaza dan menerima dana darinya.

Menurutpara pengamat hal ini tampaknya terkait dengan ancaman Perdana Menteri IsraelBenjamin Netanyahu pasca aksi Hebron hingga ancaman bahwa pemerintah dantentara Israel sedang berupaya mendapatkan para pelaku aksi dan pihak yangmengirim mereka untuk dituntut pertanggungjawaban mereka untuk itu.

Dalamkonteks yang sama Menteri Pertahanan Yoav Gallant menegaskan kembali janjinyauntuk mendapatkan para pelaku. Dia mengisyaratkan akan melakukan lebih banyakoperasi tambahan dengan dalih untuk menjamin keamanan bagi warga negaranya danmemungut biaya dari mereka yang bertanggung jawab atas aksi tersebut.

Hamasyang memimpin perlawanan menangkap pesan dari pendudukan Israel tersebut. Dan melaluiketuanya Ismail Haniyeh Hamas memperingatkan bahwa memperluas wilayah sasaranyang diancam oleh para pemimpin entitas tersebut akan memberikan kontribusiterhadap ancaman pendudukan Israel untuk memperluas area konfrontasi danmeningkatkannya.

DilemaIsrael

SalahuddinAwawdeh seorang pakar urusan Zionis berpendapat bahwa penjajah Israel menghadapidilema di Tepi Barat yang telah berulang dalam beberapa tahun terakhir. Mereka hanyamempunyai dua pilihan: tetap berpegang pada langkah-langkah keamanan danpolitik yang sama yang mempertahankan ketenangan (gencatan) ataumeningkatkannya dan dengan demikian ketenangan berkurang dan “segalanyakembali menjadi ketegangan yang lebih besar.”

Dalamwawancaranya dengan Pusat Informasi Palestina Awawdeh mengatakan bahwapendudukan Israel sedang mencari jalan keluar dari kesulitan ini termasukmendukung aparat Otoritas Palestina serta melakukan balas dendam terhadap parapelaku dan pengirimnya. Oleh karena itu kita menyaksikan penangkapan yangintensif namun tidak secara besar-besaran di antara anggota gerakan aktivisdan orang-orang terdekat mereka dan kita menyaksikan tekanan terhadap para tawananyang kemudian kita tolak dengan penolakan yang meluas.

Pembunuhanlunak

Diamemperkirakan pendudukan Israel akan melakukan operasi pembunuhan karenamenyadari bahwa hal ini terkait dengan waktu tempat dan karakter tindakankeamanan terhadap individu yang menjadi sasaran.

Diamenjelaskan bahwa pendudukan Israel sedang berbicara tentang buronan dari paraeks tawanan yang telah bebas dan pihak lain yang mengelola kerja perlawanan danmembiayai aksi-aksi sesuai dengan penilaian dan tuduhan pendudukan Israel.

MenurutAwawdeh pendudukan Israel mungkin akan melakukan operasi pembunuhan di Gazadengan menarget mereka yang mengaku mempunyai hubungan dengan kelompokperlawanan di Tepi Barat. Namun demikian ini adalah pilihan yang rumit karenapendudukan Israel tidak menginginkan adanya &ldquopembunuhan kasar&rdquo yang akanmengarah pada konfrontasi dengan Jalur Gaza.

MenurutAwawdeh pendudukan Israel berupaya melakukan &ldquopembunuhan lunak&rdquo sepertipembunuhan terhadap Mazen Fiqha (yang dibunuh oleh agen pendudukan Israel diGaza pada Maret 2017).

Diamenekankan bahwa ini adalah bagian dari dilema yang dialami pendudukan Israel denganoperasi pertumbuhan dan berkurangnya pilihan yang ada di hadapan pemerintah ekstremisyang memimpin entitas Zionis.

Memuaskankaum kanan ekstrim

Namundemikian Awawdeh tidak mengesampingkan bahwa tindakan ini akan dilanggar dibawah tekanan Ben Gvir dan alirannya karena suara-suara tersebut mendesakpemerintah pendudukan Israel dan kabinetnya untuk melakukan apa pun terhadapPalestina.

Padaakhir sidang luar biasa yang berlangsung selama beberapa jam &ndash pada Selasamalam &ndash kabinet Israel menyetujui serangkaian keputusan untuk menghadapigelombang aksi-aksi perlawanan baru-baru ini. Demikian menurut surat kabarIbrani Maariv.

Suratkabar tersebut menyatakan bahwa kabinet Israel mengambil serangkaian keputusanuntuk menghadapi para pelaku aksi perlawanan dan pengirimnya dan memberiwewenang kepada perdana menteri dan menteri militer untuk bekerja dalam halini tanpa mengungkapkan langkah-langkah yang telah disetujui.

Kabinetmemberikan liputan penuh kepada tentara pendudukan Israel dan dinas keamanannyaterhadap warga Palestina mengacu pada pemberian lampu hijau untuk melakukanlebih banyak kejahatan terhadap rakyat Palestina.

Awawdehmenegaskan bahwa situasinya mungkin akan terpengaruh sesuai dengan perkembanganoperasi tersebut dan oleh karena itu Netanyahu dapat mengambil langkah-langkahuntuk memuaskan kaum ekstremis Zionis yang mungkin tidak memahami pentingnyakeamanan dari kebijakan Israel yang diterapkan.

Diamengatakan &ldquoBanyanya aksi perlawanan dan tekanan pemukim Yahudi mungkinmenjadi motif untuk menaikan tingkat tekanan untuk melakukan agresi di luarTepi Barat khususnya di Jalur Gaza yang menunjukkan bahwa pintu kemungkinanterbuka untuk agresi di luar Palestina.&rdquo

Diamenekankan bahwa hal ini berkaitan dengan negara-negara tuan rumah dan proseduruntuk tokoh-tokoh yang ditarget terutama karena pembicaraannya adalah tentangtokoh-tokoh tertentu.

Ancamanberulang kali akan tetapi!

Pakarurusan Zionis Adnan Abu Amer sependapat dengan Awawdeh dalam mendiagnosiskebuntuan yang dihadapi pendudukan Zionis dan skenario untuk mengatasinya.

Dalamwawancaranya dengan Pusat Informasi Palestina Abu Amer menyatakan bahwaancaman Netanyahu bukanlah yang pertama atau yang terakhir karena diadihadapkan pada krisis internal yang mendalam dengan meningkatnya aksi-aksi perlawananbaru-baru ini dan krisis internal terkait dengan kudeta hukum.

Diamelihat bahwa Netanyahu sedang berusaha meredakan salah satu dari dua frontyang bertikai terutama front perlawanan di Tepi Barat dengan mengancam akanmelakukan pembunuhan melakukan operasi militer di jantung Tepi Barat danmengekspor krisis internal ke luar entitas Israel dalam upaya untuk membatasi aksi-aksiperlawanan.

AbuAmer mempertanyakan keberhasilan skenario ini dengan mengatakan: Saya rasaskenario ini tidak akan berhasil dalam mengekang meningkatnya perlawanan dalambeberapa bulan terakhir.

Diamelihat bahwa skenario serangan terhadap Gaza dalam bentuk perang tidakrealistis dengan strategi pendudukan Israel yang didasarkan pada netralisasifront dan tidak memicu lebih banyak konflik dengan keinginannya untukmenenangkan front Tepi Barat.

Operasikotor

Meskidemikian Abu Amer tidak menutup kemungkinan akan terjadinya operasi kilatIsrael atau serangan di salah satu arena baik di Gaza maupun di luarPalestina atau pelaksanaan operasi pembunuhan tertentu dalam apa yang disebutsebagai operasi kotor menyadari bahwa Israel hanya akan dapat meninggalkansidik jari pada jenis ini melalui operasi kotor. Hal ini yang dapat menyebabkaneskalasi lebih lanjut dan terbukanya front lainnya.

Diamenyimpulkan bahwa pendudukan Israel tidak tertarik untuk memicu lebih banyakfront menyadari bahwa antara ini dan itu mereka mungkin berupaya mengumpulkanharga dari perlawanan tanpa kemampuan untuk mendapatkan polis karena tidakmelakukan operasi lain.

Skenariokonfrontasi tidak dikesampingkan

Penulisdan analis politik Iyad Al-Qarra menegaskan bahwa ancaman yang dikeluarkanoleh pendudukan Israel dalam baru-baru ini mencerminkan kegagalan mereka dalammenghadapi aksi-aksi perlawanan di Tepi Barat.

Dalamwawancaranya dengan Pusat Informasi Palestina Al-Qarra yakin bahwatuduhan yang dilontarkan terhadap Gaza berasal dari dua hal. Pertama adalahmelarikan diri menuju konfrontasi dengan Gaza terutama setelah Hamasmengumumkan bertanggung jawab atas serangkaian aksi-aksi terakhir termasukaksi Hebron dan yang sebelumnya adalah aksi Hawara Hamra dan Eli. Dan bisajadi di balik aksi serangan di Hawara baru-baru ini.

Diatidak menutup kemungkinan bahwa pendudukan akan melakukan operasi militerterhadap Hamas di Jalur Gaza terutama dengan krisis internal yang dideritanyaterutama tuntutan internal yang menuduh Netanyahu dan Gallant pengecut terhadapHamas.

Diamenyatakan bahwa hal tersebut akurat karena Hamas tidak menyembunyikan peranpendukung dan partisipasinya dalam aksi-aksi di Tepi Barat dan mengumumkannyadan Hamas di Gaza tidak tergoyahkan seperti yang biasa diklaim Netanyahu yangdiungkapkan oleh Haniyeh bahwa gerakannya siap menghadapi konfrontasi apa pundan membayar konsekuensi atas perannya di Tepi Barat. Di sisi lain pendudukan Israelmenyadari dimensi konfrontasi besar dengan Hamas dan tingginya harga yang akantimbul termasuk banyaknya pihak yang terlibat.

MenurutAl-Qarra Hamas menyikapi ancaman zionis ini dengan sangat serius terutama ditingkat lapangan khususnya di tingkat pimpinan. Hal ini diperkuat dengan apayang terjadi selama dua hari terakhir terkait upaya penembakan dua drone Israeldi langit atau pinggiran Gaza yang menunjukkan percepatan persiapan untukkonfrontasi yang akan datang.

Diamelanjutkan jika Israel melakukan operasi pembunuhan di Gaza hal ini akanmenimbulkan konfrontasi yang dapat membawa pergeseran konflik di masamendatang.

Skenariountuk melakukan invasi Zionis yang lebih luas ke Tepi Barat juga masih berlakumenurut Al-Qarra yang menunjukkan bahwa kelompok perlawanan tidak akan tinggaldiam mengenai hal ini dan hal ini dapat mengarah pada konfrontasi juga.

Tautan Pendek:

Copied