KalanganArab dan Palestina mengecam keras pernyataan seorang pejabat Eropa yang mengucapkanselamat kepada pendudukan Zionis Israel pada momen yang disebut “HariKemerdekaan” (Nakba) perampasan tanah Palestina dan tidak menyebutpengusiran dan tragedi rakyat Palestina 75 tahun yang lalu itu.
BassemNaim kepala departemen politik dan hubungan luar negeri dari GerakanPerlawanan Islam Hamas di Gaza mengatakan bahwa pesan video Presiden KomisiEropa Ursula von der Leyen yang ditujukan kepada entitas Israel pada momenberdirinya Israel 75 tahun yang lalu mengungkap banyak kemunafikan politik danketidaktahuan sejarah.
Naimmenambahkan dalam pernyataan yang diterima Pusat Informasi PalestinaKamis (27/4/2023) bahwa berdirinya entitas Zionis Israel 75 tahun lalubukanlah mimpi yang menjadi kenyataan melainkan mimpi buruk yang masihmembayangi hati rakyat Palestina mereka yang hadir saat ini dan masa depandan mereka masih membayar harga untuk dosa yang dilakukan oleh Barat dannegara-negaranya.
Diamenekankan bahwa &ldquomereka yang menganiaya dan menyiksa orang Yahudi selamaberabad-abad adalah Eropa dan negara-negaranya dan orang-orang Yahudi initidak menemukan tempat yang aman kecuali di negara Arab dan Islam. Janganmenebus dosa-dosa Anda dengan mengorbankan rakyat kami dan masa depan mereka.&rdquo
Diamenganggap bahwa Von der Leyen dalam pidatonya menerbitkan ulang kebohonganyang dipromosikan oleh para pemimpin proyek Zionis. Dia menambahkan &ldquoPalestinatidak pernah menjadi gurun sampai berkembang selama era barbarisme dankebrutalan Israel dan Palestina ribuan tahun yang lalu adalah tempat lahirperadaban dan titik temu koeksistensi antara manusia dan jalur ilmu pengetahuandan kemajuan dari Timur ke Barat.&rdquo .
KepadaVon der Leyen Naim mengatakan “Kami berharap Anda akan menebus dosa Andapada kesempatan ini dengan mengingatkan dunia tentang tragedi yang telahdialami rakyat Palestina selama 75 tahun dan menuntut agar penjahat perangIsrael diadili atas apa yang mereka lakukan terhadap rakyat Palestina tanahair kami dan sumber dayanya.”
KementerianLuar Negeri Otoritas Palestina menolak pernyataan Presiden Komisi Eropa Ursulavon der Leyen yang menggambarkannya sebagai “tidak pantas salah dandiskriminatif.”
Dalamsebuah pernyataan Kementerian Luar Negeri Palestina menganggap pernyataan bahwaIsrael membuat padang pasir berkembang maji sebagai pidato propaganda yangmelucuti kemanusiaan rakyat Palestina menghapus mereka dan memalsukan sejarahdan peradaban mereka yang kaya. Pidato itu juga membersihkan kejahatan pendudukanillegal dan rezim apartheid serta melanggengkan penolakan Nakba.
Pernyataantersebut bertentangan dengan komitmen Uni Eropa terhadap hukum internasionaldan hak asasi manusia dan bahwa warga Eropa menentang penghapusan ras terhadaprakyat Palestina. Demikian menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri OtoritasPaelstina.
FrontRakyat untuk Pembebasan Palestina (PFLP) salah satu faksi dari OrganisasiPembebasan Palestina (PLO) mengutuk keras pernyataan Ursula von der Leyen danmenganggap pernyataan tersebut sebagai “kriminal dan bias terhadap entitasZionis.”
PFLPmenilai bahwa pernyataan-pernyataan yang memalukan ini termasuk ucapan selamatkepada entitas atas kejahatannya yang dilakukan terhadap rakyat Palestinaselain mengarang kebohongan dan menggunakan frase diskriminatif ini juga membuktikansekali lagi bahwa Uni Eropa adalah mitra entitas Zionis dalam agresi dan pendudukannyaterhadap Palestina.
PFLPmeminta Uni Eropa &ldquountuk meminta maaf kepada rakyat Palestina atas serangkaianpelanggaran dan praktik yang panjang dan dukungan tanpa batas yangberkelanjutan kepada entitas pendudukan Zionis dengan uang dan senjata dan pemberiankekebalan dan lolos dari tuntutan atas segala tindak kejahatan dan pembantaianyang dilakukannya terhadap rakyat Palestina.&rdquo
Padagilirannya Sekretariat Jenderal Organisasi Kerjasama Islam (OKI) menyatakanketidakpuasannya dengan pernyataan Presiden Komisi Eropa tersebut. Pernyataantersebut &ldquomengecewakan secara politis dan historis serta tidak konsistendengan sikap Uni Eropa berdasarkan hak asasi manusia hukum internasional dankeputusan legitimasi internasional.&rdquo
OKImenegaskan pernyataan-pernyataan tersebut mengabaikan fakta sejarah politikdan hukum yang telah berlangsung ribuan tahun dan bertepatan dengan peringatanakan Nakba (tragedi) Palestina tanah dan manusia yang masih merupakan tandagelap dalam ingatan dan hati nurani manusia serta kemunduran nilai-nilaikebebasan dan keadilan.
SekretarisJenderal Liga Negara Arab Ahmed Aboul Gheit juga mengkritik keras pernyataanyang dibuat oleh Ursula von der Leyen terkait dengan &ldquopendirian Israel.&rdquo
AboulGheit melalui juru bicara resminya Jamal Rushdie mengatakan bahwa &ldquopernyataanini tidak hanya dianggap ofensif terhadap Palestina dan penderitaan sejarahmereka sejak Nakba tetapi juga mencerminkan identifikasi lengkap dengan narasiIsrael yang sangat disayangkan.&rdquo
Diamengatakan bahwa pernyataan tersebut &ldquomengabaikan secara terbuka realitas pendudukanZionis Israel dan praktiknya perampasan hak-hak warga Palestina pengusiran merekadari tanahnya dan praktik lain yang melanggar piagam hak asasi manusia yangselalu ditekankan oleh para pejabat Eropa dalam percakapan mereka.&rdquo
SekretarisJenderal Liga Arab menekankan bahwa tergesa-gesa memberi selamat kepada Israelatas apa yang dianggap beberapa orang sebagai pencapaiannya adalah tindakanyang menyembunyikan penolakan atas ketidakadilan historis yang masih dialamirakyat Palestina di tangan pendudukan Zionis Israel.
PresidenKomisi Eropa Ursula von der Leyen dalam rekaman video di Twitter Rabu(26/4/2023) mengirimkan sebuah pesan ucapan selamat pada peringatan 75 tahunberdirinya negara pendudukan Zionis Israel (Nakba) dan menggambarkannyasebagai &ldquodemokrasi yang hidup di jantung Timur Tengah&rdquo dan mengklaim bahwa Israeltelah membuat &ldquogurun pasir benar-benar mekar&rdquo
Diamengklaim “75 tahun yang lalu sebuah mimpi menjadi kenyataan sehubungandengan Hari Kemerdekaan Israel dan setelah tragedi terbesar dalam sejarah umatmanusia orang-orang Yahudi akhirnya dapat membangun rumah di tanah yangdijanjikan.”