Sekjen Konferensidiaspora Palestina Ahmad Muhaisin mengatakan pembantaian Shabra dan Shatilaakan tetap hadir di benak rakyat Palestina dan saksi kegagalan sikapmasyarakat internasional dan sikap diamnya terhadap kejahatan penjajah zionisdan sekutunya.
Dalam siaranpersnya Muhaisian menambahkan pembantaian Shabra dan Shatila dalamperingatannya ke 40 tahun adalah kenangan hidup yang mengetuk Nurani kemanusiaan.
Muhaisin menegaskanpembantaian Shabra dan Shatila merupakan pembantaian paling keji dan berdarahdalam sejarah bangsa Palestina yang ditujukan untuk meneror rakyat Palestinamemaksa mereka hengkang dan eksodus pergi dari Libanon setelah terusir dariPalestina dan menanam benih fitnah di kalangan Palestina dan Libanon.
Kami mengenangpara syuhada kebaikan dan mengingatkan dunia akan kejahatan keji penjajahzionis terhadap Palestina yang masih berlanjut sejak berdirinya negarapenjajah zionis di Palestina.
Pembantaian Shabradan Shatila terjadi pada 16 hingga 18 September 1982 dengan jumlah korbanmencapai antara 750 hingga 3500 orang baik korban tewas maupun hilang.
Shabra sendirimerupakan kawasan yang terletak di kota Ghabiri provinsi Jabal Libanon danShatila merupakan kamp pengungsi Palestina yang dibangun UNRWA pada tahun 1949terletak di wilayah selatan Beirut. (mq/pip)