Mon 5-May-2025

Tenda Itikaf di al-Aqsha Kisah Spartan dan Medan Perlawanan

Rabu 27-April-2022

Sebelummatahari terbenam menjelang waktu berbuka puasa halaman Masjid al-Aqsha berubahmenjadi “area berkemah” menyambut kedatangan tamu yang berkunjung dengantekad untuk menghidupkan sunnah itikaf di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan.

Dalambeberapa jam puluhan tenda didirikan menebarkan warna-warna cerahnya dihalaman masjid dan membangkitkan kegembiraan yang luar biasa dalam jiwa parapeserta yang terlihat dalam jiwa dan wajah-wajah mereka.

Nilaitenda Ramadhan tahun ini sangat besar karena ribuan orang Palestina inginmelakukan itikaf di Masjid al-Aqsha untuk melawan upaya para pemukim pendatangYahudi untuk menyerbu masjid dan pengumuman eksplisit mereka untuk menyembelih kurban&ldquopersembahan&rdquo Paskah Yahudi di halaman Masjid al-Aqsha.

Bersiagadan itikaf

Fungsitenda-tenda tersebut tidak hanya sebatas untuk makan berbuka dan sahur saja akantetapi juga menghadirkan lingkaran-lingkarang majlis tasbih dan zikir sertapembacaan syair-syair dan doa-doa religi yang dihiasi dengan banyak ssalawatkepada Nabi Muhammad saw yang dilantunkan secara individu maunya berjamaah.

Tenda-tendaini menarik ratusan pemuda dari Al-Quds dan penduduk wilayah yang didudukipenjajah Israel pada tahun 1948 (Palestina 48). Banyak dari mereka bersama keluargaatau teman-temannya di mana mereka saling menguatkan dalam misi untuk bersiagadi dalam masjid dan mendapatkan pahala i&rsquotikaf.

AmirBadr anak muda dari wilayah Palestina 48 adalah salah satunya. Dia lebih sukamendapatkan pahala dan ganjaran karena bersiaga dan beri&rsquotikaf di masjiddaripada menghasilkan keuntungan materi dari restoran yang ditinggalkannya.

Badrmengungkapkan kebahagiaannya yang luar biasa saat mencapai Masjid al-Aqshameskipun harus terluka dengan mengatakan “Siapa yang telah mencicipi kenikmatannyamaka dia akan tahu rara kebahagiaan itu. Dan siapa yang tahu rasanya pasti diaakan itikaf.”

Diamenambahkan bahwa siapa pun yang belum mengunjungi al-Aqsha telah kehilanganbanyak hal ketika dia menemukan bahwa mengunjungi tempat itu membawaketenangan pikiran.

“Andamerasakan bahwa ruh Anda berafiliasi ke daerah ini. Saya memiliki kemampuanuntuk membuka restoran saya di masa-masa ini tetapi saya lebih suka beri&rsquotikafuntuk suasana ini.”

Badrmenyarankan orang lain untuk datang ke tempat itu dan mencicipi manisnyaitikaf. Dia menekankan bahwa Masjid al-Aqsha adalah aqidah sebelum menjadi halyang bersiafat nasional atau fitur sejarah.

Sidikjari dan eksistensi

AktivisPalestina dari Palestina 48 Ibrahim Khalil menekankan pentingnya kehadiranindividu dan kolektif untuk bersiaga di halaman Masjid al-Aqsha.

Khalilmenekankan pentingnya tenda Ramadhan dan partisipasi keluarga di dalamnya danbahkan bersama anak-anak untuk memperkuat hubungan mereka dengan masjid yangdiberkati.

Dia mengatakanitikaf di masjid adalah salah satu kebutuhan fase yang mengarah pada penanamankoneksi di tempat itu.

SementaraKhadija Khuweis yang selama ini bersiaga di dalam Masjid al-Aqsha mengatakankemuliaan bersiaga di Masjid al-Aqsha tidak terbatas hanya pada pria sajatetapi para wanita juga selalu ramai untuk mendapatkan kemuliaan ini danmereka selalu bergegas agar mereka memiliki sidik jari dan eksistensi dihalaman masjid.

Khuweismenambahkan “Tenda itikaf untuk wanita adalah kebahagiaan yangdiinginkan setiap orang yang terhalangi untuk mendapatkannya. Yang palingmembahagiaan dan memuliakan para wanita adalah apabila mereka siang dan malambisa terus bersiaga dan beri&rsquotikaf di Masjid al-Aqsha.&rdquo

Patutdicatat bahwa pasukan keamanan pendudukan Israel memantau dengan cermat denganpenuh perhatian para aktivitas wanita yang bersiaga di Masjid al-Aqshaterutama setelah ada seruan dari para pemukim pendatang Yahudi baru-baru iniuntuk melakukan penyembelihan kurban &ldquopersembahan&rdquo Paskah Yahudi di halamanmasjid.

Peranpara wanita yang bersiaga di halaman Masjid al-Aqsha ini menjadi luar biasaselama perayaan hari raya “Paskah Yahudi”. Di mana ratusan darimereka selalu komitmen shalat di masjid. Mereka berpartisipasi dalam lingkaranmajlis dzikir tasbih dan membaca Al-Quran. Bahkan mereka berbagi tugas untukmenghadang penyeruan para pemukim pendatang Yahudi bersama dengan ribuan kaumlaki-laki yang bersiaga di dalam masjid dengan berbagai cara dan sarana.

Menghadangpenyerbuan para pemukim pendatang Yahudi tersebut tidak hanya terbatas padapartisipasi mereka yang bersiaga di dalam masjid tetapi juga menyiapkan makanberbuka untuk mereka di waktu Maghrib setelah berpuasa seharian penuh denganperjuangan dan kesiagaan.

HanadiHulwani salah seorang tokoh wanita yang bersiaga di dalam Msjid al-Aqsha mengatakan&ldquoPara wanita yang bersiaga di masjid menyiapkan makanan berbuka untuk kaumlelaki yang bersiaga di dalam masjid yang sepanjang siang dan malam terus membelakehormatan seluruh umat.&rdquo Hulwani menambahkan “Di jalan para Mujahidinkami akan menyelesaikan apa yang kami mulai: bersiaga menghadapi seranganbertubi-tubi dan berjihad. Demi mendapatkan kemenanan insya Allah kami akantetap teguh bertahan.” (was/pip)

Tautan Pendek:

Copied