Perselisihan terjadi secara terang-terangan di antara anggota UniAfrika mengenai posisi pendudukan Israel yang berusaha untuk mendapatkanstatus anggota pengamat dalam lembaga tersebut.
Hari Sabtu (5/2/2022) KTT Uni Afrika ke-35 digelar di Addis Ababa.KTT ini membahas masalah politik keamanan dan kesehatan termasuk kudetamiliter dampak pandemi Corona di benua Afrika dan masalah hubungan dengan kawasantersebut dengan pendudukan Israel yang mengangkat perbedaan antara delegasiUni Afrika.
Afrika Selatan &ndash di mana partai berkuasanya sangat mendukunghak-hak rakyat Palestina – mengkritik soal persetujuan sepihak atas permintaan pendudukanIsrael untuk menjadi anggota di lembaga tersebut.
Ketua Komisi Uni Afrika Moussa Faki Mahamat berusaha mempertahankankesepakatan sepihaknya tahun lalu untuk menerima permintaan Israel untuk mendapatkanstatus sebagai anggota pengamat.
Perdana Menteri Otoritas Palestina Muhammad Shtayyeh yangberbicara pada sesi pembukaan di KTT menyerukan agar status sebagai anggota pengamatdicabut dari pendudukan Israel.
Shtayyeh mengatakan status tersebut adalah “hadiah yang tidakpantas dia dapatkan dan itu mendorongnya untuk melanjutkan pelanggarannyaterhadap piagam-piagam dan perjanjian-perjanjian internasional.”
Dalam konteks yang sama kantor berita Reuters mengutip sebuahmemorandum internal yang disiapkan untuk KTT bahwa Nigeria Aljazair AfrikaSelatan dan blok regional Afrika Selatan mendesak penghapusan status bagi pendudukanIsrael tersebut.
Uni Afrika – yang dibentuk 20 tahun lalu seperti dalam formasinyayang sekarang – juga belum mengambil keputusan yang menentukan dalam menghadapi6 kudeta atau upaya untuk merebut kekuasaan di Afrika selama 18 bulan terakhir.
Perkembangan di Guinea-Bissau Burkina Faso Guinea Mali Sudandan Chad ini telah menimbulkan keprihatinan regional dan internasional tetapitidak jelas apakah Uni Afrika akan mengambil tindakan yang mempengaruhi parapemimpin di negara-negara tersebut. (was/pip)
