Perdana Menteri Israel  Naftali Bennett mengakui tidak mampu menghadapipenduduk Badui Palestina di Negev &ldquoyang diduduki&rdquo menyusul peristiwa baru-baruini.
Dalam wawancara dengan wartawan Bennett berterusterang menyampaikan ketidakmampuan Israel untuk memerintah warga Arab Negev danmengancam akan mendirikan “tembok besi” melawan mereka.
Dia berkata “Dalam dua puluh tahunterakhir sebagian besar Israel telah kehilangan Negev karena kebodohanpemerintah Israel yang berurutan.”
Dia menjelaskan bahwa dia menginstruksikanuntuk melecehkan daerah-daerah yang dihuni oleh orang-orang Badui di Negevterlepas dari penentangan mereka yang kuat dan untuk mengirim ratusan pasukanpendudukan untuk menekan mereka.
Bennett mengindikasikan bahwa pemerintahnyaakan menggunakan tembok besi jika tidak dapat memperluas kendalinya ataspenduduk di sana mengingat keberadaan mereka sebagai “ancaman nyata bagiIsrael.”
Sebelumnya Benet  mengulangi statmennya yang dirilis media Israel Jumat (28/1) bahwa dirinya menentang tegas dialog dengan Palestina dan menegaskan tak akan bertemu untuk selamanya dengan Kepala Otoritas Palestina Mahmud Abbas.
Benet mengatakan &ldquoSaya berasal dari sayap kanan dan sikap saya tak berubah selama saya menjabat sebagai perdana Menteri maka tidak akan ada perundingan Oslo baru dan jika pun ada perundingan politik dengan pihak Palestina maka tak boleh ada pemerintahan Palestina.&rdquo
Ditambahkannya &ldquoSaya menentang pendirian negara Palestina dan Saya tak akan mengijinkan perundingan politik untuk mendirikan negara Palestina.&rdquo
Benet menyebutkan Menlu Israel Yaer Lapid dan Menhan Beny Gantz tak memiliki otoritas dalam masalah politik dalam pertemuan keduanya dengan pejabat Palestina.
Baru-baru ini Gantz bertemu dengan Kepala Otoritas Palestina Mahmud Abbas dua kali dan Lapid bertemu dengan Kepala Urusan Sipil Otoritas Palestina Husain al-Syeikh.
Sejak April 2014 perundingan antara Otoritas Palestina dan Tel Aviv berhenti akibat penolakan Tel Aviv menghentikan proyek permukiman dan menolak membebaskan tawanan Palestina yang divonis berat. (at/pip)