Khatib Masjid al-Aqsha Syaikh Ikrima Sabri mengatakan bahwa otoritaspenjajah Israel pada hari Ahad (10/10/2021) menginterogasi dirinya tentangshalat di Bab al-Rahma dan khotbahnya di Masjid al-Aqsha. Dia menekankan bahwadirinya menolak untuk menandatangani keputusan pendeportasian dirinya dari Masjidal- Aqsha.
Dalam sebuah pernyataan pers yang disampaikan pada hari Ahadkemarin Sabri menyatakan bahwa interogasi difokuskan pada masalah yang terjadidi Bab al-Rahma. Mereka mengklaim bahwa sudah ada keputusan pengadilan Israeluntuk menutupnya. Maka Syaikh Sabri menjawabnya bahwa mushalla Bab al-Rahma terbukadan merupakan bagian dari Masjid al-Aqsha.
Sabri menambahkan bahwa intelijen penjajah Israel jugamenginterogasinya tentang pergerakannya di antara masjid-masjid. Mengenai halitu Syaikh Sabri menjawab &ldquoSaya berkhotbah di masjid mana pun yang mengundangsaya ke sana. Perjalanan saja ke masjid-masjid lain termasuk dalam tugas keagamaansaya.&rdquo
Pada pukul setengah enam pagi intelijen penjajah Israel menyerburumah Syaikh Sabri. Mereka menyerahkan surat pemberitahuan untuk menghadappihak intelijen Israel di pusat interogasi al-Maskobiya.
Interogasi terhadap Syaikh Sabri berlangsung selama sekitar limajam fokus pada kehadirannya di Masjid al-Aqsha. Pihak penjajah Israel mengklaimbahwa kehadirannya di Masjid al-Aqsha menyebabkan ketegangan kekacauan dan merupakanpelanggaran keamanan. Pihak penjajah Israel juga mengklaim bahwa khutbah danceramahnya provokatif dan menghasut.
Penjajah Israel membebaskan Syaikh Sabri setelah keluar keputusan dariintelijen penjajah Israel untuk mendeportasi dirinya dari Masjid al-Aqshaselama sepekan dan dapat diperpanjang selama beberapa bulan.
Mengomentari hal ini Syaikh Sabri mengatakan “Mereka berusahaagar saya menandatangani keputusan pendeportasian diri saya. Akan tetapi sayamenolak keputusan tersebut. Itu adalah keputusan yang tidak sah bertentangandengan kebebasan beribadah dan hak saya untuk sholat di al-Aqsha. Itu merupakanpembatasan kebebasan beribadah dan itu mengganggu urusan agama dan tugas saya.&rdquo
Syaikh Sabri menegaskan bahwa yang menjadi sebab ketegangan dan kekacauankeamanan adalah keputusan dan pelanggaran yang dilakukan penjajah Israel. Dia menambahkan&ldquoKehadiran kami di al-Aqsha adalah untuk ibadah bukan untuk membuat ketegangan.Namun ketegangan itu muncul akibat campur tangan otoritas penjajah Israel dalamurusan agama kami.&rdquo
Sebelumnya otoritas penjajah Israel telah mencegah Syaikh Sabribepergian selama empat bulan dengan dalih bahwa “aktivitasnya memusuhidan menimbulkan ancaman bagi keamanan entitas penjajah Israel.”
Syaikh Sabri juga pernah ditangkap beberapa kali oleh penjajahIsrael. Yang terakhir terjadi pada tanggal 10 Maret lalu. Dia juga dideportasi berulangkali dari Masjid al-Aqsha dan sekitarnya selama beberapa bulan. (was/pip)