PalestinianHuman Rights Organizations Council () mengatakan bahwa penutupan gerbang penyeberangan Rafah sejak hariSenin (23/8/2021) secara berturut-turut membuat nasib ribuan warga Palestinatidak jelas.
Dalam sebuah pernyataannya PHROC menjelaskan bahwa banyak pendudukJalur Gaza menghadapi masalah nyata setelah gerbang penyeberangan Rafah ditutupterutama karena ribuan ekspatriat yang bekerja di luar negeri dan mahasiswayang belajar di universitas di luar Palestina kembali mengunjungi Gaza melaluipenyeberangan yang sama.
PHROC menyatakan beberapa keluarga mungkin tercerai-berai karena sebagiananggota keluarganya kehilangan izin tinggal di luar negeri sehingga bisamembubarkan ikatan satu keluarga. Nasib tidak jelas para pasien yang dirujukuntuk perawatan di rumah sakit di luar Jalur Gaza.
Pernyataan itu yang keluarkan PHROC tersebut mengatakan penutupan gerbangpenyeberangan Rafah yang tiba-tiba membuat ratusan orang terdampar di sisiMesir dalam kondisi yang sangat sulit. Karena beberapa dari mereka kekurangandana yang diperlukan untuk akomodasi darurat dan tak terduga.
Pembatasan kebebasan bergerak mencegah warga Palestina menikmatibentuk-bentuk hak asasi manusia lainnya secara luas.
PHROC meminta masyarakat internasional untuk mengambil tindakansegera dan efektif untuk mengakhiri blokade Gaza. Sampai hal itu terwujud masyarakatinternasional berkewajiban untuk menekan otoritas pendudukan penjajah Israel untukmengizinkan penduduk Jalur Gaza pergi dan kembali ke Jalur Gaza kapan punmereka mau.
PHROC meminta pihak berwenang Mesir untuk memberikan jaminankeamanan bagi kedatangan dan keberangkatan mereka yang terdampar di kedua sisiperbatasan terutama karena keputusan untuk menutup penyeberangan Rafah inidilakukan tiba-tiba.
Penutupan penyeberangan ini adalah yang pertama dalam beberapabulan selain hari libur nasional mengingat penyeberangan Rafah adalahsatu-satunya penyeberangan dari Gaza ke dunia luar. (was/pip)