Situs jejaring sosial ramai dengan gambar seorang pengungsiPalestina di Libanon Abu Fadi Razzaq yang tidak dapat mendapatkan tabung gasuntuk memasak karena tidak ada pasar. Kondisi ini memaksanya menggunakan ranting-rantingpohon kering untuk menyalakan api.
Kepada wartawan Quds Press Abu Fadi mengatakan bahwa diamenunggu berhari-hari di bawah terik matahari di depan pintu perusahaan gas dikota Sidon di Lebanon selatan tetapi dia tidak cukup beruntung untuk mengisi tabungnya.
Dia melanjutkan “Setelah gas tidak ada selama beberapa harisaya mengumpulkan kayu dan ranting kering dan menyalakannya di dekat rumahsehingga anggota keluarga saya bisa memasak.”
Di Libanon terjadi gelombang antrian di depan perusahaan distribusigas sementara tersiar kebar bahwa gas tidak lagi cukup untuk beberapa minggusaja. Oleh karena itu warga Libanon dan penduduk khawatir akan gangguan bahan kebutuhanpokok setelah terjadi kelangkaan solar dan bensin.
Namun di kamp pengungsi Palestina Ain Hilweh di Libanon selatan kesulitantidak hanya karena kekurangan tabung gas namun juga ketidakmampuan warga untukmendapatkan air atau bahkan pasokan bahan bakar untuk menjalankan generator.
Zakaria Abdel Aziz yang mengoperasikan salah satu generatorlistrik di kamp pengungsi Ain Hilweh menuduh kotamadya Sidon – yangbertanggung jawab untuk mendistribusikan bahan bakar ke generator -“mempraktekkan rasisme dan diskriminasi”.
Tidak bisa berbuat apa-apa lagi!
“Situasinya mengerikan dan sulit.” Beginilah anggotaKomite Rakyat di kamp pengungsi Ain Hilweh di Libanon Abu Husam Zuaitermenggambarkan keadaan kamp-kamp pengungsi Palestina di Libanon saat wawancaradengan Quds Press.
Dia menambahkan “Tidak ada solar yang masuk ke kamp listrikterputus generator mati dan air terputus. Hal ini mengancam terjadinya bencanadan tragedi kesehatan yang akan datang.” Dia melanjutkan “Kami khawatirhari ini situasinya akan berlanjut yang akan mempengaruhi kehidupan parapengungsi.” Dia memperingatkan terhadap “praktik rasisme dan peminggiranterhadap warga pengungsi Palestina.”
Zuaiter menegaskan “Kami mengetuk setiap pintu. Kami menghubungisemua pejabat di kota Sidon termasuk politisi pejabat dan pasukan keamananuntuk mendesak mereka memperlakukan kamp pengungsi Ain Hilweh seperti kota Sidon.Akan tetapi suara dan permohonan kami tidak diperhitungkan dan sayangnya kamitidak bisa berbuat apa-apa lagi.” .
Ketegangan keamanan meningkat
Aktivis pemuda Mujahid Dahsyah menggambarkan situasi di dalam kamp pengungsiAin Hilweh sebagai “tragis”. Dia menjelaskan “Sudah 5 hari sampaisekarang kami belum melihat lampu listrik. Situasi kesehatan dalam bahayabesar. Kasus Corona meningkat pasien kesakitan dan obat-obatan juga sulit didapatkan.”
Dahsyah melanjutkan &rdquoRoti ikatan hilang dari koperasi di kamp. Orang-orangmencari roti di sana-sini. Sementara toko-toko sengaja menutup pintu-pintunyaterutama yang menjual daging. Para pengungsi tidak bisa membeli begitu jugakarena listrik mati.”
Dia menyerukan kepada “duta besar Palestina (di Libanon) danfaksi-faksi Palestina agar bekerja untuk menyelesaikan situasi pengungsi danmengintensifkan upaya dengan kotamadya Sidon untuk mengirimkan bahan bakar kepemilik generator dan mengizinkan bahan-bahan tersebut masuk ke kamp pengungsi.”
UNRWA: berdampak pada pengungsi
Sementar itu Badan Bantuan dan Pemberdayaan PBB untuk PengungsiPalestina (UNRWA) dalam pernyataannya memperingatkan kondisi”bencana” yang dialami komunitas pengungsi Palestina di Libanonsebagai akibat dari akumulasi krisis sejak tahun 2019.
Dalam pernyataan yang diterima oleh Quds Press Jumat (20/082021)UNRWA mengatakan “Komunitas pengungsi Palestina adalah yang paling rentandi Libanon lebih dari sebelumnya untuk bertahan hidup di tengah krisis runtuhnyaekonomi dan finansial pandemi covid-19 dampak bencana ledakan pelabuhanBeirut dan berbagai krisis.
UNRWA meminta negara-negara donor untuk mendukung pemenuhan kebutuhanpaling mendesak bagi para pengungsi Palestina. Kebutuhan ini mencakup bantuantunai peningkatan cakupan layanan kesehatan dan medis dan memastikankembalinya anak-anak pengungsi Palestina di Lebanon ke sekolah.
Para pengungsi Palestina di Libanon tersebar di 12 kamp pengungsi dandaerah pemukiman lainnya. Jumlah mereka diperkirakan mencapai 200.000 jiwa. Demikianmenurut perkiraan PBB. (was/pip)