Kepala Biro Politik Gerakan Perlawanan Islam Hamas Ismail Haniyahmengatakan bahwa negara pendudukan penjajah Israel tidak lagi mampu melindungidirinya sendiri. Demikian ditegaskan Haniyah dalam pertemuan dengan kelompokpemuda budaya serikat pekerja lembaga komite perkampungan di kamp-kamp pengungsiPalestina di ibukota Lebanon Beirut Selasa (29/6/2021).
Haniyah menyatakan “Pertempuran ini yang menyandang nama Saifal-Quds menghadapi pertempuran dari Israel dengan nama operasi Penjaga Pagaryang berarti nama operasi tersebut mengandung makna pada posisi bertahan bukanpada posisi menyerang. Sementara pertempuran yang dilancarkan perlawanan mengandungmakna menyerang berinisiatif dan bermakna keberanian.&rdquo
Dia menambahkan “Kami menyadari dalam hal ini bahwa realitasmusuh saat ini tidak memungkinkannya untuk meluncurkan pertempuran panjang ataumemindahkan pertempuran ke tanahnya sendiri.”
Haniyah menegaskan “Pertempuran Saif al-Quds berbeda daripertempuran lainnya. Karena ini adalah dari sedikit pertempuran di mana perlawananbenar-benar mengambil inisiatif dari posnya di Gaza untuk menghadapi musuhdalam masalah yang berkaitan dengan nurani awidah kita yaitu al-Quds.Inisiatif ini telah membuat musuh kehilangan keseimbangannya serta menutus jalannyauntuk mengimplementasikan kemajuan rencana militer yang telahdisiapkannya”.
Haniyah menegaskan “Hari ini perlawanan adalah yang memulaiberinisiatif dan menyerang jantung entitas. Zaman kemenangan musuh atas rakyatPalestina dan perlawanan telah berlalu untuk selamanya. Kali ini di mana waktuarea dan jarak pertempuran telah ditentukan. Kami tidak mengatakan ini dalambahasa emosional tetapi dalam bahasa kenyataan perlawananlah yang menentukanwaktu peluncuran rudal dan tanggal serangan.”
Haniyah menyatakan bahwa “musuh telah gagal menghentikan roketperlawanan terlepas dari kenyataan bahwa pesawatnya menempati langit Gaza danIron Dome mencakup semua wilayah Palestina namun roket bisa mencapai danmenghantam wilayah pendudukan Israel.”
Dia melanjutkan &ldquoHasil penting dalam pertempuran ini melahirkankarakter strategis dalam mengelola konflik dengan musuh. Yang pertama adalahpertempuran dan hubungannya dengan al-Quds. Ini berarti bahwa perlawanan tidakmemasuki pertempuran dengan hal-hal yang berkaitan dengan Gaza bukan demi blokadeatau pembukaan penyeberangan. Operasi ini memiliki tajud utama adalah al-Quds untukmenyatakan kepada seluruh dunia bahwa poros konflik perjuangan dengan Israel adalahal-Quds.&rdquo
Haniyah menambahkan “Pertempuran Saif al-Quds telah menggulingkandeal of century (kesepakatan abad ini) karena kami mengirim pesankepada Israel dan Amerika bahwa al-Quds dan kedaulatan atasnya adalah milikkami.&rdquo
Dia melanjutkan “Pesan telah sampai kepada musuh yang berlumurandarah dan bubuk mesiu. Kami tidak hanya melontarkan kata-kata. Karena ketikapara pemimpin perlawanan mengatakan dan memperingatkan musuh agar tidakmelanggar al-Quds ini bukan untuk merekam sikap melainkan hal itu didukungoleh perbuatan dan aksi.&rdquo
Haniyah menegaskan “Strategi kami adalah membuat musuh tidak stabil.Hal ini bisa terwujud dengan tetap menjaga konfrontasi kami dengan muruh terusberlangsung. Dengan acara apa pun. Baik dengan perlawanan rakyat senapanpeluru kendali itikaf dan batu karena semuanya memiliki waktu dan momenpenggunaannya.”
Pemimpin Hamas ini mengatakan “Apa yang telah kami lakukanadalah mengembalikan pengakuan masalah al-Quds sebagai pusat konflik denganmusuh.”
Dia menambahkan “Opsi pembebasan Palestina dan pemulanganpengungsi Palestina adalah melalui perlawanan terutama karena kita telahmemiliki pengalaman opsi negosiasi dan pengakuan pada entitas telah membuahkanhasil yang gagal pahit dan sulit bagi kami.”
Haniyah menegaskan bahwa hasil yang diperoleh perlawanan dalampertempuran Saif al-Quds tidak akan diserahkan kepada penjajah Israel dalam masalahrekonstruksi Gaza. Perlawanan akan tetap mempertahankan keuntungan yang didapat dari pertempuran ini tidak akan menempatkan masalah rekonstruksi Gaza diatas meja dan apa yang dihancurkan penjajah Israel akan dibangun kembali.(was/pip)