Mukadimah
Banyak pengamat menilai bahwa babak konflikArab &ndash Israel sebagai sebuah peristiwa tertentu dan memisahkannya dari dimensisejarahnya. Dalam perang Saif Al-Quds yang disebut Israel sebagai pertempuranPenjaga Pagar fokus mereka adalah soal upaya zionis Israel mengusir salah satukampung di Al-Quds yaitu Sheikh Jarrah atau fokus pada pelanggaran permukimanYahudi terhadap tempat suci.
Padahal tidak seharusnya menafikan inti konflikyakni &ldquopenjajahan dalam bentuk permukiman zionis di Palestina&rdquo yang menyebabkankawasan Arab menjadi kawasan paling tidak stabil secara politik baik secaralangsung (dengan perang yang selalu berulang rata-rata 45 tahun) atau secaratidak langsung melalui operasi militer sepintas atau operasi pembunuhan ataulainnya.
Ketika menganalisis penyebab Semua perangantara Israel dan Arab atau Israel dan Palestina sejak tahun 1948 kita akantemukan &ldquoperistiwa&rdquo yang meledakkan konflik yang tersembunyi dengan satu caraatau cara lain. Karena itu babak-babak konflik yang berlangsung sejak 1948akan terus berlanjut sampai faktor dan penyebab konflik bersejarah itu hilangyakni penjajahan.
Cukup ditegaskan bahwa Israel adalah bagiandari fenomena penjajahan dan bisa dinilai hal melalui undang-undang yang dibuatdan diterapkan di Palestina. Sejarah modern mengisyaratkan bahwa ada 62 negaramerdeka saat ini dulunya adalah dijajah (baik dalam bentuk pendudukanpermukiman atau non permukiman). Kemudian negara-negara itu di abad 20mendapatkan kemerdekaan.
Maka sudah merupakan hal darurat ditegaskanbahwa negara yang menjadi objek penjajahan dalam bentuk pembangunan permukimanyang mendapatkan kemerdekaan adalah prosentasi warga aslinya di sana lebihtinggi dari warga permukiman/warga asing. Jika kita ke lihat fenomena diPalestina maka akan terang bahwa jumlah warga Palestina saat ini yang tinggaldi Palestina Bersejarah (seluruh wilayah Palestina jajahan 48 Tepi BaratJalur Gaza dan Al-Quds) lebih banyak seperempat juga dari total warga Yahudi disana. Inilah yang menjadi dilema terbesar Israel saat ini. Hal ini pula yangmenafsirkan secara mendalam tentang apa yang terjadi di kampung Sheikh Jarrahdan apa yang kemungkinan terjadi di kampung lain atau kota lain di Palestina.
Pertama Perang Saif Al-Quds dan Arah SejarahKonflik
Implikasi pertempuran Saif Al-Quds bisadikorelasikan dengan berbagai sisi berbeda dengan arah sejarah konflik sebagaiberikut
1-      Tema Al-Quds
Meski keputusan Amerika yang diambil presidenDonald Trump memindahkan kedutaan besar AS ke Al-Quds (Yerusalem) pada Desember20017 dan direalisaikan pada Mei 2018 namun jumlah kedubes asing di Israeladalah 90 kedubes 88 kedubes di antaranya di Tel Aviv dan dua kedubes diYerusalem (Amerika dan Kosovo). Amerika memberikan isyarat dalam salah satuketerangannya dari kepresidenan dan kemenlunya bahwa pihaknya tidak inginmenentukan sikap jelas soal Al-Quds Timur.
Ini berarti tema Al-Quds telah berubah menjadi&ldquorancu&rdquo. Inilah yang memancing aksi massa di Al-Quds dan kampung Shekh Jarrahdan Masjid Al-Aqsha. Ini pula yang memperdalam keraguan sebagian negara yangsudah mengisyaratkan keinginananya untuk memindahkan kedubesnya dari Tel Avivke Yerusalem kemudian mundur seperti Brazil Honduras Guetemala HungariaMaladeva Romania. Sementara Guetamala mengembalikan kedubesnya ke Tel Avivsetelah beberapa bulan dipindahkan ke Yerusalem.
Ini artinya menganggap Yerusalem sebagaiibukota satu-satunya Israel adalah yang diragukan. Konfrontasi di Al-Qudshingga serangan roket Palestina ke Yerusalem sendiri bersamaan dengan pestaIsrael memperingati pencaplokan Israel terhadap Al-Quds tahun 1967 untukmempertegas Al-Quds sebagai ibukota Israel adalah hal yang penuh dengankontroversi besar.
Bahkan masyarakat internasional tidak menyikapihal itu sebagai aksioma politk dalam frame konflik Arab &ndash Zionis. Dampakkeragu-raguan ini muncul dalam diskusi Dewan Keamanan PBB karena sikap duniasoal Al-Quds berantakan. Pada saat sebagian besar dunia komitmen menganggapAl-Quds Timur bagian dari wilayah yang dijajah Israel tahun 1967 namun Amerikatidak komitmen dengan itu. Amerika tidak menilai Al-Quds sebagai ibukotaPalestina yang akan didirikan nanti dan tidak komitmen mengembalikan kedubesnyadari Al-Quds ke Tel Aviv. Hal itu tanpak dari keterangan Kemenlu AS AntonyBlinken dalam beberapa kesempatan. Meski ada perubahan arah dari partaipenguasa Demokrat di AS sehingga ini menjadikan Israel resah terhadap implikasinyadi masa mendatang jika benar-benar berubah arah. Ini akan mengkristal dalamsikap akhir soal Solusi Dua negara dimana Israel ingin menghindarinya denganmemanfaatkan situasi politik ciptaan Trump melalui Deal of Century.
2-      Shock IsraelDengan Peran Palestina 1948
Unjuk rasa dan aksi protes serta keikutsertaanwarga Palestina di wilayah jajahan 1948 dalam aksi ke Masjid Al-Aqsha menjadifenomena yang membuat shock sebagian pakar dan elit politik Israel. Bahkanpresiden Israel Reuven Rivlin memperingatkan akan meletus perang saudaraIsrael. Bahkan sampai-sampai ada larangan keluar rumah (jam malam) di kota-kotaIsrael dan polisi Israel menyebar di jalan-jalan.
Inilah yang mendorong sebagian media massaIsrael menyebut apa yang terjadi di kota itu sebagai front konfrontasi keduasetelah konfrontasi dengan Gaza. Sejumlah peneliti social Israel mengingatkankaitan antara dimensi struktur masyarakat Arab di Israel rasisme dalam ekonomipolitik terhadap mereka (Arab Palestina). Keterlibatan kuat warga Palestina diwilayah jajahan 1948 ini akan memberikan impliaksi strategis lebih dalam. Sebabdalam banyak kesempatan warga Palestina selalu memimpikan agar mereka bebasmerdeka. Hal itu terbukti dalam peringatan tahunan Hari Bumi di Palestina.
3-      PeralihanNegara Arab dari Pinggiran Menjadi Penengah
Peperangan Al-Quds telah mengkristalkanperubahan dunia Arab secara bertahap dari posisi menyinggir ke pinggir darikonflik ke posisi tengah (penengah) antara pihak Palestina dan Israel. Namunposisi penengah dalam kemampuannya untuk menekan perlawanan Palestina lebihkuat daripada menekan Israel agar bisa meneken penyelesaian. Pihak-pihak Arabyang aktif berusaha menengahi khususnya Mesir Qatar mengkhawatirkan meluasnyawilayah konflik atau karena permintaan Amerika dari balik layar. Tekanan Arabkepada Palestina itu bisa terlihat melalui bantuan materi geopolitik danlogistic.
PertempuranSaif Al-Quds mengungkap bahwa negara-negara Arab terbagi menjadi tiga kelompoknegara yang mengakui penuh Israel dan tidak siap mengambil langkah ril anti Israelsesengit apapun pertempuran itu negara-negara Arab yang bekerja dalam lingkupdiplomasi perwakilan (Proxy Diplomacy) dimana Amerika membebankan negara-negaraitu untuk berkomunikasi dengan musuh Washington di kawasan untuk mentransformasikan&ldquoHaluan Amerika&rdquo kepada mereka. Agar negara-negara Arab jenis kedua inimenjalankan tugasnya mereka memberikan sebagian bantuan kepada musuh Amerikadi kawasan untuk membangun kepercayaan dengan mereka. Kelompok ketiga adalahnegara-negara yang masih bertahan mendukung perlawanan Palestina tanpa namunprosedur praktis.