Bercampur antara sambutan rakyat dan keramahan resmi dan dengan indikasi-insikasipolitik tersembunyi Gaza menerima kedatangan Mayor Jenderal Abbas Kamelmewakili Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi.
Kunjungan kepala Intelijen Mesir ini dilakukan setelah 4 kalikunjungan bolak-balik ke Gaza yang dilakukan oleh delegasi keamanan Mesirsebagai bagian dari upaya untuk menetapkan gencatan senjata antara pendudukan penjajahIsrael dan perlawanan Palestina.
Dimensi politik hadir dalam kunjungan pertama Abbas Kamel sejak diamenjabat sebagai kepala intelijen Mesir. Selain sebagai kepala aparaturterpenting di Mesir dia adalah mantan direktur kepredisenen dan wakil pribadial-Sisi. Oleh karena itu kunjungan tersebut dipandang sebagai pembukaanpolitik dengan Gaza dan Hamas setelah hubungan baik yang dibangun dalambeberapa tahun terakhir dalam kerangka keamanan.
Abbas Kamel tiba di Gaza melalui pos perlintasan Beit Hanoun/Erezdan bertemu dengan pimpinan Hamas dan ketua gerakan di Gaza Yahya Sinwar.Sinwar menyambut kedatangan Kamel sebelum mengadakan pertemuan komprehensifdengan faksi-faksi Palestina.
4 masalah dibahas dalam pertemuan
Sumber-sumber terkait menegaskan bahwa ada empat masalah yangdibahas baik dalam pertemuan tersendiri dengan Hamas maupun dalam pertemuan yangdiperluas dengan faksi-faksi Palestina. Yaitu menstabilkan gencatan senjata menatainternal Palestina merekonstruksi Gaza dan masalah pertukran tawanan.
Dalam konteks ini Khalil al-Hayya wakil ketua Hamas di Gazamengatakan dalam konferensi pers setelah pertemuan dengan Abbas Kamel”Kami membahas beberapa masalah yang paling penting adalah keharusanmewajibkan penjajah Israel untuk menghentikan agresinya di Gaza al-QudsSheikh Jarrah dan semua wilayah Palestina agar mengendalikan kekerasan para pemukimpendatang Israel terhadap rakyat Palestina dan agar mencabut blokade atas seluruhGaza.
Al-Hayya menambahkan bahwa pembicaraan dengan Abbas Kamel membahas”penataan internal Palestina dan menyetujui strategi nasional untukberdiri di hadapan dunia dengan visi strategis untuk menambil kembali hak-hakkami.”
Pengorbanan besar yang dilakukan oleh Gaza selama pertempuran Saifal-Quds yang meletus pada 10 Mei 2021 lalu dalam rangka untuk membela al-Quds.Agresi berhanti setelah berlangsung selama 11 hari. Jalur Gaza telahmempersembahkan 258 syuhada termasuk 66 anak-anak 39 wanita dan 17 orang tua.Di samping itu hampir dua ribu orang terluka. Serta penghancuran besar-besaran padarumah sarana dan prasarana. Sementara itu sebanyak 13 orang Zionis tewas danratusan lainnya luka-luka.
Denyut rakyat
Terlepas dari pentingnya dimensi politik dari kunjungan tersebutdan harapan untuk itu warga Gaza yang dengan hangat menerima kedatangandelegasi menantikan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari merekatermasuk penderitaan parah yang mereka alami di gerbang perlintasan Rafah gerbangperlintasan Gaza-Mesir yang mengubungkan masyarakat Gaza dengan dunia luar.
Ahmed Rashad warga Gaza berusia 48 tahun ini kepada koresponden PusatInformasi Palestina mengatakan bahwa perjalanan menjadi lebih mudah darisebelumnya ke dan dari Mesir melalui gerbang penyeberangan Rafah tetapi adabeberapa kendala yaitu lamanya jam tunggu yang dihabiskan mereka yangmelakukan perjalaman melalui perlintasan yang membebani mereka yang melakukanperjalanan.
Kasus perjalanan ke dan dari Gaza sebagian besar merupakan kasusdarurat karena perjalanan yang dilakukan adalah untuk tujuan pengobatanpendidikan atau pekerjaan dan Anda jarang menemukan orang yang bepergian untukpariwisata atau hal-hal sekunder seperti yang terjadi di sebagian besar negaradi dunia.
Warga Gaza yang lain Iman (seorang wanita) mengatakan bahwaperjalanan melalui penyeberangan Rafah adalah siksaan yang nyata dan kenyataanitu tidak berlebihan. Dia menambahkan &ldquoSaya tidak dapat menggambarkan kepadaAnda keadaan saat-saat ketika saya membawa putri saya yang sakit dari BandaraKairo ke penyeberangan Rafah kami merasakan kepahitan kematian dan penghinaandalam segala bentuk dan warnanya.
Dia mengatakan “Jika Mesir ingin mendukung Gaza maka harusmembuka penyeberangan Rafah dan memberikan kemudahan yang nyata. Agar mengakhiridan menghilangkan semua hambatan dan prosedur ketat yang dibuat di jalan merekayang melakukan perjalanan selama perjalanan yang pada dasarnya memang sudah sangatbesat.”
Naim pemuda berusia 28 tahun yang sedang menyelesaikan studi diuniversitas internasional ini setuju bahwa dia tidak melihat jalan yang sulituntuk dilalui seperti halnya perjalanan dari Mesir ke Gaza dan sebaliknya akibatlangkah-langkah keamanan yang ketat. Dia menggambarkan langkah-langkah tersebutsebagai “berlebihan” dan bertujuan untuk mempermalukan orang-orangPalestina.
Pemuda Palestina ini menyerukan pentingnya para pemimpin perlawananbersama dengan para pemimpin Mesir dan kepala intelijen Mesir menyepakati tentangmekanisme dan strategi perjalanan baru untuk mengakhiri penderitaan yang sudahberlangsung selama bertanun-tahun dialami mereka yang melakukan perjalanan dariGaza ke Mesir atau sebaliknya. (was/pip)