Gerakan Perlawanan Islam Hamas menegaskan bahwa pihaknya penolakkebijakan Presiden Otoritas Palestina Mahmud Abbas yang menggunakan situasi al-Qudssebagai dalih untuk lari dari pemilihan umum nasional.
Pemimpin Hamas Raafat Nassif dalam sebuah pernyataan hari Jum&rsquoat(30/4/2021) mengatakan bahwa langkah Abbas ini terjadi “pada saat rakyat Palestinadi al-Quds membuktikan kemampuan mereka untuk mengambil hak mereka dengan kekuatan.”
Di sini kita bertanya-tanya: Apakah membebaskan al-Quds menjaga identitasPalestina-nya serta menjaga hak-hak warganya dan keteguhan mereka harusdilakukan dengan cara mengemis kepada penjajah Israel dan meminta izin darinya?Atau dengan memperkuat perlawanan menghadapinya dan merebut kembali hak-haktersebut seperti yang dilakukan oleh warga al-Quds yang heroik selama beberapahari ini?!
Dia melanjutkan “Pada saat rakyat Palestina di al-Quds bertempuruntuk mempertahankan martabat dan kedaulatan melawan pendudukan Israel danberhasil mencapai kemenangan sehingga memaksa penjajah Israel mundur dari langkah-langkahnyaberhasil merebut hak mereka dan hak rakyat Palestina di gerbang-gerbang Masjid al-Aqshadan area masjid Mahmud Abbas dan gerakan Fatah bersikukuh menggantungkan keputusanPalestina secara umum dan keputusan al-Quds secara di tangan pendudukan Israeldengan menghambat pemilihan dan mengkudeta trek nasional yang sudah disepakati semuafaksi. “
Dia menyatakan bahwa hal ini dilakukan “untuk kepentingankelompok sempit yang dilakukan secara terbuka di hadapan rakyat.”
Dia meminta presiden Otoritas Palestina Mahmud Abbas dan pimpinangerakan Fatah untuk merevisi keputusan berbahaya ini. Agar menyelaraskan denganseluruh bangsa untuk memperkuat persatuan rakyat dan mencapai rekonsiliasimengakhiri perpecahan dan memungkinkan rakyat Palestina untuk menggunakan hakkonstitusional mereka.
Dia juga mengimbau fraksi-fraksi aksi nasional dan Islam serta faksipeserta pemilu untuk bekerja sama menghadapi bahaya keputusan ini gunamemperbaiki dosa politik ini. (was/pip)