Selama bertahun-tahun ratusan perusahaan Zionis telah beroperasisebagai sayap permukiman Yahudi untuk mengontrol properti real estat dantanah Palestina di perkampungan dan desa-desa di al-Quds. Sebagian besarperusahaan tersebut beroperasi dengan cara fiktif untuk menipu orang Palestina.
Menurut statistik terbaru Israel lebih dari 600 perusahaan Zionistelah beroperasi di bidang ini selama bertahun-tahun sebagai sayap permukimanYahudi. Melalui proyek-proyek fiktif mereka bermaksud merebut tanah Palestina.Mereka ini muncul dengan penampilan sebagaiperusahaan real estat Arab yang bekerja untuk membeli tanah dan properti untuk kemudianmemalsukan kepemilikannya untuk kepentingan para pemukim Yahudi.
Kamis (8/4/2021) lalu media-media Palestina mengungkap bahwa tigabangunan tempat tinggal dan sebidang tanah telah diselundupkan kepemilikannya keasosiasi “Permukiman Ateret Cohenim” di lorongan tengah di kotaSilwan.
Pusat Informasi Wadi Hilweh di al-Quds menyatakan bahwa lebih dari100 pemukim Yahudi ditemani oleh polisi pengawal dan para pekerja pemukimYahudi pada pukul 2 pagi menyerbu lorong tengah di kota Silwan. Mereka memasukisebidang tanah dan tiga bangunan tempat tinggal di daerah tersebut “yangpemiliknya tidak ada di tempat dan bangunan tersebut tidak berpenghuni”.
Agen-agen yang jatuh
Saleh Shuweiki anggota Komite Pertahanan Tanah al-Quds dan Komite Penjagaal-Aqsha menegaskan bahwa pengalihan kperti tersebut dilakukan olehorang-orang yang sama sekali tidak normal melainkan para pengedar narkoba dan agen-agenyang jatuh mereka dikenal memperdagangkan narkoba dan hal lainnya.
Dalam wawancaranya dengan Pusat Informasi Palestina Shuweikimenyatakan bahwa pendudukan Israel berusaha untuk menjarah dan mencuri semuareal estate dan properti Palestina sebagian besar melalui agen-agen yangbekerja untuk melayani penjajah Israel semata-mata demi kepentingan finansialdan pribadi saja.
Melalui berbagai sayap dan kepanjangan tangannya pendudukan Zionismengambil serangkaian tindakan dan berbagai sarana untuk mendapatkan properti yangpaling penting terutama di dekat Masjid al-Aqsha. Anggota Komite Pertahanan al-Qudsini menjelaskan bahwa proses pengalihan kepemilikan belakangan ini sangatberbahaya karena lokasinya yang sangat dekat dengan Masjid Al-Aqsha.
Shuweiki menyesalkan sikap diam Otoritas Palestina terhadap perilakupara tokoh yang terkenal dan dilindungi tindakan mereka dalam melakukan proses pemalsuandan pengalihan kepemilikan yang terjadi di kota al-Quds. Dia menambahkan &ldquoOtoritasPalestina dan pihak-pihak yang berkepentingan masih bertindak tangan besiterhadap mereka yang mengingkari penjualan properti kepada pendudukan Israelatau semacamnya. Hal ini mendorong para pengedar narkoba dan penjahat untukmembeli dan menjual real estat atas dasar tindakan kriminal semacam itu.”
Para cendekiawan Muslim di seluruh dunia pada tahun 1935 menandatanganisebuah dokumen yang menyatakan bahwa penjualan properti apa pun di kota al-Qudsyang diduduki penjajah Israel merupakan tindakan pengkhianatan. Dan siapa punyang melakukannya maka kalau meninggal dunia tidak dimandikan tidak dikafaniatau dikuburkan di pemakaman kaum Muslim. Hal tersebut ditegaskan oleh Shuweikiyang menyatakan bahwa masyarakat Silwan telah menandatangani dokumen tersebut langsungdi depan media selepas shalat Jumat pekan lalu.
Shuweiki melihat bahwa kota al-Quds berada di bawah serangan sangatsengit dari para pemukiman Yahudi dan itu meningkat dari hari ke hari ditengah-tangah dengan konflik demografis yang terjadi di al-Quds serta upaya yangdilakukan pendudukan Israel untuk memobilisasi sebesar mungkin orang Yahudi dikota suci tersebut.
Dia menyerukan agar dijatuhkan sanksi pada siapa pun yang dicurigaimengalihkan kepemilikan properti atau tanah Palestina kepada para pemukimYahudi. Dia mengungkapkan “Sayangnya kami melihat bahwa sejumlah besar aparatintelijen dan dinas keamanan di Otoritas Palestina berpartisipasi dalam prosespengalihan kepemilikan ini sebelumnya dan tidak ada tindakan yang diambilterhadap mereka.”
Tingkat pengalihan kepemilikan properti dan real estat di al-Quds meningkatdari 70% pada tahun 1993 menjadi lebih dari 93% pada kuartal pertama tahun 2021ini. Demikian menurut ahli Shuweiki. Selain itu Palestina adalah tanah wakaf sehinggasiapun dia tidak boleh menyalahgunakanya meskipun hanya sejengkal sekalipundan membelanya merupakan fardhu ain dan bukan fardhu kifayah.
Seolah-olah masalah biasa!
&ldquoYang lebih berbahaya daripada pengalihan kepemilikan adalah bahwapara penjahat yang bertanggung jawab atas tindakan tersebut ingin mengubahnya hanyamenjadi hal yang wajar antara orang-orang Palestina dan Yahudi di al-Quds&rdquokata pengacara dan pakar hukum Palestina Khaled Zabarqa.
Kepada Pusat Informasi Palestina dia menambahkan kejahatandan pengkhianatan dalam pengalihan kepemilikan ini adalah bahwa mereka yangmelakukannya ingin menunjukkan hal itu sebagai proses musni jual beli yang legaltanpa masalah. Dia memperingatkan bahwa ini merupakan Yahudisasi di manapenjajah Israel menduduki al-Quds dan tidak diizinkan untuk melakukan perubahanapa pun atas daerah yang didudukinya.
Sama seperti Shuweiki Zabarqa menyatakan bahwa Otoritas Palestinaadalah pihak yang paling bertanggung jawab karena diam saja terhadap kejahatandan pengkhianatan ini. Sama sekali belum mengeluarkan aturan atau hukuman apapun terhadap mereka yang melakukannya dan tidak menuntut mereka bahkansebaliknya memberi mereka perlindungan dengan baik.
Zabarqa menyatakan bahwa beberapa tahun terakhir telah terjadipenggerogotan secara signifikan terhadap properti Palestina di al-Quds yangdiduduki penjajah Israel. Terutama dengan masuknya sejumlah orang berpengaruhdi jalur pengalihan kepemilikan ini. Dia mengingatkan bahwa kejahatan danpengkhianatan ini telah mengambil karakter yang berbeda yang dalam satu ataulain hal mempengaruhi pada kejiwaan masyarakat bawah Palestina.
Sekarang ini santer sedang dibicaraan tentang pengalihankepemilikan tiga bangunan tempat tinggal tak berpenghuni dan sebidang tanahsemuanya terletak di kota Silwan sebelah selatan Masjid Al-Aqsha.
Menurut Pusat Informasi Wadi Hilweh dua bangunan terdiri dari 4lantai dan sebagian besar dimiliki oleh keluarga Awad tetapi merekamengatakan bahwa properti tersebut dijual kepada seseorang dari keluarga Rishq.Sedangkan bangunan ketiga milik keluarga Abu Diyab yang juga terdiri dari 4lantai dan basement.
Namun tiba-tiba pada Kamis (8/4/2021) lebih dari 100 pemukim Yahudipergi ke gedung dan sebidang tanah tersebut mereka melakukan pembongkaran didalamnya. Mereka juga mendirikan dua apartemen di sebidang  tanah tersebut.
Keluarga Awad mengatakan bahwa mereka menjual dua bangunan itukepada dua orang Abdullah Al-Rishq dan Mahmoud Shawamrah 4 bulan lalu. Dalam perjanjianjual beli disebutkan klausul yang menetapkan bahwa mereka akan melakukanpeninjauan sebelum dijual di masa mendatang dan tidak boleh dijual kepadaorang-orang Yahudi. Keluarga Awad menegaskan bahwa mereka tidak mengetahui pengalihankepemilikan properti tersebut kepada orang Yahudi. (was/pip)