Seorang pekerja Palestina bernama Fuad Sabati Jaudah berusia 50 tahunmeninggal dunia pada Ahad (24/1/2021). Ini adalah kepergian dia pertama kalinyake tempat kerja setelah 20 hari pemutusan hubungan kerja karena terjadi penutupanjalan berulang. Pria asal kota Irak Tayehdi timur Nablus ini mencari kerja wilayah Palestina yang diduduki penjajahIsrael sejak tahun 1948. Hal tersebut terpaksa dia lakukan untuk mendapatkan makanansehari-harinya dan keluarga kecilnya. Akan tetapi bom gas beracun yangditembakkan pasukan penjajah Israel tidak mengizinkannya untuk kembali kerumahnya.
Jaudah meninggal dunia setelah pasukan pendudukan penjajah Israelmemburunya bersama para pekerja Palestina lainnya ketika mereka berusaha untukmenyeberangi melewati lubang tembok apartheid Israel. Pasukan penjajah Israel menembakmereka dengan gas beracun dan peluru tajam yang menyebabkan ketakutan dankepanikan pada Jaudah hingga dia mengalami kritis dan serangan jantung.
Jaudah meninggal dunia dengan meninggalkan seorang istri dan empatanak yang tertua berusia 10 tahun. Mereka hanya bisa bertanya-tanya tentang dosaapa yang dilakukan ayah mereka saat berusaha untuk bisa sampai ke tempatkerjanya.
Pembantaian Israel
Mengenai detil kejadian tersebut saudara laki-laki korban Azmi Jaudahmenceritakan. Ribuan pekerja Palestina berusaha untuk menyeberangi perbatasanlewat celah yang ada di tembok apartheid Israel. Akan tetapi mereka dikejutkanoleh kedatangan pasukan penjajah Israel yang menyerang mereka dengan gas airmata beracun dan peluru tajam.
Menurut dua pekerja yang membawa Fuad mereka menggambarkan apayang terjadi dengan pembantaian. Karena cairan yang ditembakkan ke arah parapekerja berwarna dengan warna yang aneh.
Mereka menyebutkan bahwa setelah korban jatuh di tanah ambulansIsrael datang dan menlis dalam laporan “Kami menemukannya tergeletak ditanah dan tewas.”
Azmi Jaudah mengatakan”Tentu saja mereka (Israel) tidak akan mengakui bahwa korban meninggal karenadiburu dan dikejar-kejar pasukan penjajah Israel.” Dia menambahkan “Paratentara ini belajar di sekolah militer tentang kejahatan tersebut.”
Setelah korban dipindahkan ke Rumah Sakit Pemerintah Rafidia diNablus otopsi dilakukan di kampus Universitas Nasional An-Najah untukmengklarifikasi penyebab kematiannya meskipun ada saksi mata yang memastikanbahwa dia meninggal karena menghirup gas beracun tersebut.
Warga Palestina yang tinggal di wilayah Tepi Barat sudah sejak lamamengalami kesulitan untuk bisa bertahan hidup di wilayah mereka yang dikuasaipenjajah Israel. Berbagai kebijakan penjajah Israel di Tepi Barat bertujuan untukmenguasai penuh wilayah dan warga Palestina. Baik melalui penyitaan tanah untukpembangunan permukiman Yahudi hingga pembangunan tembok apartheid.
Akibatnya warga Palestina tidak bisa hidup secara normal. Kegiatanbekerja ke ladang belajar mengajar berdagang dan lainnya terhalang olehberbagai operasi kekerasan dan pembangunan fisik Israel. Sehingga wargaPalestina berusaha mempertahankan hidup mereka dengan cara apapun termasukmasuk ke wilayah Palestina yang diduduki penjajah Israel sejak tahun 1948melalui celah-celah tembok apartheid yang dibangun penjajah Israel.
Namun Israel selalu memburu warga Palestina yang hendak masuk ke wilayahyang diduduki Israel sejak tahun 1948 dengan cara apapun termasuk dengankekerasan yang bisa menewaskan warga Palestina. (was/pip)