Istri tawanan Maher Al-Akhras yang telah melakukan aksi mogokmakan selama 79 hari mendesak semua orang independent berupaya membebaskansuaminya yang mengalami sakit parah padahal ia masih terus melakukan mogok.
Dalam sebuah wawancara eksklusifnya dengan “PusatInformasi Palestina” ia mengatkan para dokter telah memberi tahu bahwasuaminya bertekad untuk terus melanjutkan aksi mogoknya sampai ia dibebaskanatas mati syahid.
Dia berkata dua pekan yang lalu kondisi kesehatan suamisaya sangat serius. Pihak dokter telah memperingatkan ia akan kehilangan nyawanyakapan saja.”
Istri tahanan yang berada di sampingnya di Rumah Sakit KalbanIsrael meminta lembaga hak asasi manusia dan faksi aksi nasional untukmendukung suaminya dan mendesak pembebasannya.
Ia menderitasakit kepala dan perut yang parah tekanan di mata kekeruhan dan telingaberdenging. Dia juga menderita tekanan di area dada dan tidak bisa bergerak.
Sementara itu Mahkamah Agung Israel menolak membebaskan tahanan Maher Al-Akhras dari Jenin pada Senin (12/10).
Yayasan Al-Quds mengatakan Mahkamah Agung Pendudukan puas denganmengeluarkan rekomendasi untuk membebaskan Tahanan Bisu pada 26 November.
Yayasantersebut menyatakanAl-Akhras menolak rekomendasi ini dan menegaskan tekadnya untuk terus melanjutkan aksi mogok makan mereka secara terbuka sampai ia dibebaskan.
Tahanan Al-Akhrasy menghadapi kondisi kesehatan yang sangat serius berbahaya setelah memasuki bulan ketiga aksi mogokmakanya secara terus menerus hingga ia tidak dapat bergerak dan menolak untuk mengonsumsi suplemen.
Istrinya UmmIslam membenarkan bahwa suaminya merasakansakit yang hebat di dada mata kepala dan perut dan tidak mampu menghidupidirinya sendiri.
Patut dicatatbahwa tawanan al-Akhras lahir pada Agustus 1971 di kota Silat al-Dhahr diJenin. Dia adalah ayah dari enam anak. Yangbungsu adalah putrinya yang berusia enam tahun. Sebelum ditangkap dia bekerja di pertanian.
Zionis menangkapnyabeberapa kali. Diantaranya pada tahun 1989 dan penahanannya berlanjut selamatujuh bulan yang kedua pada tahun 2004 selama dua tahun dan yang ketiga padatahun 2009 dan dia tetap dalam penahanan administratifnya selama 16 bulan. Dia ditangkap pada tahun 2018 selama 11 bulan.
Otoritas Zionis menangkapnya pada 27 Juli dan mengubahnyamenjadi penahanan administratifselama empat bulan. Kemudiandikonfirmasi bahwa ia mencobamenghindari pemogokannya dengan melakukan apa yang disebut sebagai pembekuan penahanan administratif yang tidakberarti mengakhiri penahanannya.
Sejakdimulainya pemogokan ia berulangkali dipindahkan dalam upaya untuk melelahkannya dan menghentikan langkahnya. Zionis menahannyapada awal penahanannya September dipenjara “Hawara” kemudian dipindahkan ke penjara “Ofer”sampai ia dipindahkan ke penjara “Klinik Ramla”. Terakhir ke RumahSakit Kaplan.
 Aksi mogok makan terbuka atau yang dikenalsebagai “perang perut kosong” adalah aksi penolakanpara tahananuntuk tidak memakan segala jenis dan bentuk makanan yangberada dalam jangkauan tahanan kecuali air dan sedikit garam.(asy/pip)