Seorang warga Gaza Iyad Ayub mengatakan bahwa pada akhirnya di terpaksakeluar dan melanggar larangan keluar rumah yang diberlakukannya padakeluarganya karena takut berjangkitnya virus Corona. Dia bersama putra-putranyamembawa empat galon kosong untuk diisi air dari stasiun desalinasi terdekatyang jaraknya lebih dari satu kilometer dari rumah mereka setelah kesebarannyahabis untuk menunggu air yang mereka gunakan di minum memasak dan mencuci.
Warga Gaza berusia 44 tahun ini mengeluh bahwa mereka tidakmenerima air selama berhari-hari. Dia menyatakan telah menghubungi pemerintahkota dan saluran air darurat lebih dari sekali tetapi dia tidak mendapattanggapan.
Dia berkata “Kami memaklumi bahwa negara ini dalam keadaandarurat. Ada tekanan besar pada mereka. Akan tetapi kami ingin hidup. Kami membutuhkanair untuk minum dan membersihkan rumah-rumah kami agar virus tidak masuk ke dalamrumah.”
Dengan keadaan darurat dan jam malam di Jalur Gaza memasuki hariketujuh dengan kemungkinan diperpanjang di hari-hari berikutnya akibat pandemiCorona maka penderitaan warga terus memburuk terutama terkait kelangkaan airminum dan untuk mencuci (tangan).
Sejak penjajah Israel mencegah masuknya bahan bakar untuksatu-satunya pembangkit listrik di Jalur Gaza lebih dari dua minggu lalu danrumah-rumah di Jalur Gaza mengeluhkan kekurangan air karena ketidakkonsistenanjadwal listrik yang dalam kondisi terbaiknya hanya menyala empat jam sajadalam sehari semalam ke rumah-rumah warga dan dengan terjadinya kasus virusCorona di dalam Jalur Gaza maka krisis yang dialami warga meningkat akibat jammalam yang diberlakukan terhadap lebih dari dua juta warga Palestina agar tetaptinggal di rumah mereka tanpa keluar kecuali untuk urusan yang sangat mendesak.
Kementerian Kesehatan mencatat ada penambahan 69 kasus virus Corona.Total kumulatif orang yang terinfeksi sejak Maret lalu mencapai 356 sebanyak 280di antaranya masih aktif 72 telah pulih dan empat warga meninggal akibatinfeksi virus tersebut.
Kekurangan air
Mayoritas penduduk Jalur Gaza mengeluhkan kelangkaan air yangsampai kepada mereka melalui jaringan infrastruktur melalui 25 kotamadya diberbagai daerah di Jalur Gaza baik untuk minum ataupun kebutuhan sehari-hari mereka.
Kotamadya Gaza yang merupakan kotamadya terbesar di Jalur Gazatelah mengimbau lembaga pemerintah negara sahabat lembaga mitra dan donorinternasional dan lokal untuk menyediakan bahan bakar yang dibutuhkan guna memberikanpelayanan dasar dan untuk mengatasi krisis pemadaman listrik dan mulainyapenyebaran baru wabah virus Corona yang semuanya berdampak negatif terhadapkondisi kehidupan di Jalur Gaza.
Pemerintah kota Gaza menegaskan bahwa krisis ini telah menimbulkankesulitan dalam memberikan layanan pemerintah kota kepada warga sebagaimanamestinya terutama di sektor air khususnya dengan peningkatan permintaan air dimusim panas.
Dijelaskan bahwa pengoperasian sumur air berdasarkan jam-jamtersambungnya arus listrik yang hanya memenuhi kurang dari seperempat kebutuhanair Kota Gaza apalagi jaringan membutuhkan margin waktu yang besar agar dapatterisi air dan sampai ke rumah-rumah warga serta untuk membuat semacamsinkronisasi dengan jadwal kedatangan arus listrik.
Pemerintah kota Gaza menyatakan bahwa pihaknya memiliki 76 sumurair di dalam dan di luar otoritas pemerintah Kota Gaza yang semuanyaberoperasi dengan arus listrik yang kesemuanya mengalami kelemahan karena kekuranganarus listrik dengan mengoperasikan generator cadangan yang ada di fasilitasini untuk menyalurkan air ke penduduk kota.
Perlambatan kerja
Kepala Otoritas Air Insinyur Mazen Al-Banna membenarkan bahwasektor air merupakan salah satu sektor yang paling terkena dampak pandemiCorona sejak merebaknya pandemi ini pada awal Maret lalu.
Dia menjelaskan bahwa pembiayaan dukungan dan pengoperasianinstalasi desalinasi baru-baru ini mengalami perlambatan yang belum pernahterjadi sebelumnya selain penghentian hampir total sejak merebaknya pandemi. Diamenyatakan bahwa pentingnya proyek-proyek ini berasal dari kompensasinya ataskekurangan akut air minum yang mengalami kelangkaan besar di Jalur Gaza.
Insinyur Al-Banna menjelaskan bahwa beberapa stasiun air yangbekerja tidak beroperasi dengan kapasitas penuh karena kurangnya arus listrikuntuk memenuhi kebutuhan penduduk yang jumlahnya semakin meningkat dari hari kehari. (was/pip)