Tue 6-May-2025

Normalisasi Emirat-Israel Penyimpangan Kompas Konflik

Rabu 19-Agustus-2020

Tidak ada yang tidak setuju tentang bahaya kesepakatan Uni EmiratArab (UEA) untuk menormalisasi hubungan dengan penjajah Israel yang mendapatkandukungan penuh Amerika Serikat pada sikap Israel terhadap nasib isu Palestina.

Atas dasar kaedah bahwa “normalisasi membuat segala sesuatuyang tidak normal menjadi normal” UEA memulai fase baru dalam hubungan terang-terangandengan penjajah Israel di mana pihak yang paling dirugikan adalah isu Palestinadan para pendukung hak-hak Palestina di dunia.

Hubungan UEA dengan penjajah Israel tidak lahir secara tiba-tiba.Ada pendahuluan yang menandai pemulihan hubungan dekat kedua negara dari pintu gerbangsikap bersama mereka terhadap Iran dan keinginan UEA untuk bergaul denganPresiden Trump yang semuanya pada akhirnya merugikan masa depan dan kondisi konflikArab-Israel.

Poin normalisasi yang paling menonjol adalah “normalisasihubungan diplomatik penuh pertukaran kedutaan dan duta besar peluncuranpenerbangan langsung antara kedua negara investasi langsung UEA di Israelpenandatanganan perjanjian bilateral di bidang pariwisata keamanankomunikasi dan teknologi serta investasi di bidang energi air kesehatanbudaya dan lingkungan.”

Normalisasi membentuk fase baru di mana rezim Arab berpaling daridukungan historis mereka untuk Palestina dan memberikan hadiah kepada Netanyahuyang mengalami krisis politik bertepatan dengan kepentingan Trump berikutnyauntuk menarik keuntungan dari sayap kanan lobi Zionis dan Kristen yangberpengaruh pada pemilu.

Kepentingan Emirate

UEA ingin mendapatkan keuntungan dari sikap Israel dan Amerikauntuk memperkuat peran regionalnya dalam menghadapi Iran merevitalisasiinvestasi ekonominya dan berpartisipasi dalam memimpin kereta politik Arabyang sebagian besar berada dalam situasi terburuknya.

Sejak normalisasi diumumkan sumber-sumber pers menyatakan bahwanegara-negara Arab akan bergabung dengan normalisasi ini termasuk Bahrain dannegara Teluk lainnya yang berputar mengikuti kebijakan AS dan tidak memandang Israelsebagai musuh.

Pakar urusan Israel Muhammad Musleh menegaskan bahwa hubungan UEAdan Israel tidak terjadi secara sembunyi-sembunyi. Selama beberapa tahunterakhir tercatat sejumlah kunjungan dan pertemuan di mana rezim UEA berusahamemperkuat pilarnya untuk mendapatkan keuntungan dari sikap Israel dan Amerika.

Dia menambahkan “UEA merasa terancam oleh Iran dan memilikiambisi untuk meningkatkan pengaruh regionalnya. UEA percaya bahwa masa depanperannya terkait dengan keuntungan yang didapat dari Israel. Dan ini mungkinbersaing dengan peran Qatar di kawasan tersebut.”

Tidak diragukan Presiden AS (Trump) sejak menjabat sebagai presidentelah mengaitkan perlindungan rezim Arab dengan persetujuan mereka ataskebijakannya yang memberikan dukungan absolut untuk Israel. Sesuatu yang telah banyakmendatangkan ancaman dan menguras dana.

Deal of Century tidak jauh dari arena ini. PeranUEA dan negara-negara Arab lainnya dengan kehadiran para duta besar danperwakilan Arab pada upacara pengumuman Deal of Century merupakanpersetujuan diam-diam untuk mendukung kesepakatan tersebut dengan imbalan perlindungankepada beberapa rezim Arab.

Musleh menyatakan bahwa penentuan waktu normalisasi hubungan penuhUEA dengan Israel datang dalam arena politik yang kompleks yang murni mendukungsikap Amerika dan Israel meskipun menghubungkan normalisasi dengan penghentianrencana aneksasi Tepi Barat tidak lain adalah tanda pembenaran yang mengatakan”Hentikan aneksasi kami lakukan normalisasi hubungan.”

Musleh mengatakan UEA berada dalam kondisi buruk dalam perangYaman bagitu juga hubungannya dengan Turki dan Iran. Sehingga mengambil tema penghentianrencana aneksasi Tepi Barat sebagai jembatan untuk mengumumkan normalisasidengan Israel dengan obsesi untuk mencari keuntungan politik dan ekonomi untukmeningkatkan peran regionalnya.

Sikap beririsan antara UEA dan Israel yang menolak sikap Iranmembantu visi sayap kanan Zionis yang dipimpin oleh Netanyahu dan didukung olehTrump. Hal ini membuka bidang-bidang vital baru dan dimensi strategis untukmengubah keseimbangan konflik dengan Iran.

Menurut pendapat analis politik Dr. Ahmed Rafiq Awad normalisasiUEA dengan Israel mendorong negara-negara Arab lainnya untuk melakukanpendekatan kembali dengan Israel. Dia menyatakan bahwa keputusan itu datangsesuai dengan dukungan dan aliansi baru di kawasan itu.

“Abu Dhabi ingin melindungi rezimnya dari Iran mendapatkandukungan dari Amerika dan Israel ingin mendiversifikasi investasi ekonominyadan memainkan peran dalam kebijakan regional yang baru” ungkapnya lebih lanjutkepada Pusat Informasi Palestina.

Keuntungan Israel

Netanyahu yang terbebani oleh krisis dan tuduhan korupsi dengan diumumkannyanormalisasi dengan Emirate maka dia mendapatkan hadiah politik di depan opinipublik Israel dan sayap kanan radikalnya dan itu terkait dengan sikap (Trump)yang tertarik pada keramahan gerakan Zionis Kristen.

Netanyahu memuji perjanjian normalisasi penuh dengan UEA. Dia menggambarkannyasebagai “perdamaian bersejarah”. Dia menegaskan bahwa dia tidakmenghapus masalah pemberlakuan perpanjangan kedaulatan Israel atas Tepi Baratdari agenda kerjanya. Dia menyatakan bahwa para pemimpin Arab memperolehkeuntungan dari setiap perjanjian perdamaian dengan Israel tanpa mengacu padaperbatasan bulan Juni 1967.

Musleh menegaskan bahwa sayap kanan di Israel memiliki visiterintegrasi untuk mengubah rincian konflik di kawasan dengan poros Iran dannormalisasi UEA bertemu dengan sikap AS-Israel.

Dia menambahkan “Netanyahu dan sekutunya Trump sedang membongkarkontrak dan memperbaiki posisi mereka dengan pencapaian besar di mana mereka bisamenambah sekutunya di kawasan dengan noermalisasi dan melemahkan isu Palestina sejakdiumumkannya Deal of Century dan konferensi Bahrain sesuai denganpermainan keamanan ekonomi dan politik.”

Secara historis isu persoalan Palestina adalah timbangan antarakonflik Arab-Israel dan pintu gerbang ke solusi politik apa pun di wilayahtersebut. Namun keputusan UEA mengumumkan normalisasi hubungan penuhnya denganIsrael membuat isu Palestina kehilangan perannya serta mendukung integrasi Israeldan melgasisasi eksistensinya di wilayah tersebut.

Analis politik Dr. Ahmed Rafiq Awad mengatakan normalisasi denganEmirate mematahkan sikap tradisional Arab dalam mendukung Palestina. Dia menegaskanbahwa Arab tidak lagi menjadi pelindung Palestina dan Palestina bukanlah pintugerbang bagi solusi apa pun.

Dia menambahkan “Hasil ini semakin menambah Palestinaterisolasi dan mungkin menggambarkan sikap Palestina sebagai radikal danekstrim. Peran Liga Arab organisasi-organisasi serta aliansi Islam dan Arabtidak akan berguna. Isu Palestina akan berubah menjadi isu sekunder dan merekaakan melompatnya dan aturan permainan politik akan berubah.” (was/pip)

Tautan Pendek:

Copied