Tue 6-May-2025

Celah-celah Tembok Jalur Nafas Pekerja yang Tak Luput dari Pemerasan

Selasa 21-Juli-2020

Seorang pekerja Palestina Ali Abu Aram berangkat menuju ke sebuahcelah Tembok Apartheid Israel di kota Rummana selatan Jenin wilayah utara TepiBarat yang diduduki penjajah Israel. Dia bermaksud untuk melewati celahtersebut ke tempat kerjanya di wilayah Palestina yang diduduki penjajah Israelsejak tahun 1948. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya untuk mempertahankanmata pencaharian guna menafkahi keluarganya. Namun dia dikejutkan olehsekelompok orang yang memaksakan aturan mereka di tempat tersebut.

Tidak ada pilihan bagi Abu Aram kecuali harus membayar 200 shekel untukmereka agar bisa melewati celah yang dibuat oleh warga di tembok tersebut untukbisa masuk ke wilayah Palestina yang diduduki penjajah Israel tahun 1948. Untukdiketahui bahwa orang-orang tersebut tidak memiliki kapasitas hukum. Dan apayang mereka lakukan hanyalah operasi pemerasan dengan paksa terhadap parapekerja Palestina yang ingin lewat melalui celah yang ada di Tembok Apartheid Israel.

Kepada koresponden Pusat Infomasi PalestinaAbu Arammengungkapkan dia dan para pekerja yang melewati celah tersebut kecewa dengankeberadaan orang-orang tersebut yang memeras para pekerja dengan paksa. Hanya adadua pihak bagi mereka yang melewati celah yang ada di Tembok Apartheid Israelmembayar dan dizinkan lewat atau tidak membayar dan kembali ke tempat asalnya. Apayang dilakukan orang-orang tersebut merupakan perilaku geng-geng bersenjata dankelompok-kelompok yang bertindak di luar aturan.

Abu Aram menyesalkan perilaku kelompok-kelompok ini yang terusbekerja secara terbuka dan dengan berani tanpa ada yang bertindak ataumenghalangi mereka untuk meringankan rangkaian pemerasan yang harus dialami parapekerja Palestina selama mereka masuk ke wilayah Palestina 1948.

Sementara itu jurnalis hak asasi manusia Atef Abu Al-Rob mempertanyakanfenomena yang berkembang ini dengan mengatakan “Sebuah pertanyaan untukpemerintah dan lembaga keamanan apakah mereka lemah tidak berdaya atau tidakpeduli?”

Dia menambahkan “Para pemuda dari kota Rummana dan dari dalamwilayah pendudukan Israel mengizinkan para pekerja masuk melalui celah-celah temboksecara ilegal dengan imbalan sejumlah uang. Mereka yang tidak membayar dicegahmasuk untuk bekerja. Bahkan ada penembakan terhadap para pekerja yang menolakuntuk mematuhi instruksi.”

Dan dia menambahkan bahwa “orang-orang saling kenal jadi apaalasannya kelompok ini tidak diburu oleh institusi keamanan? Apakah karena lemahdan tidak berdaya atau tidak peduli pada mereka karena ada dari tujuanbeberapa pihak?”

Pada gilirannya anggota Sekretariat Jenderal Serikat PekerjaPalestina Riad Kamil menganggap ini sebagai fenomena berbahaya yang harusditindak dan tidak dapat ditoleransi. Dia menambahkan bahwa ini berbahaya akanditindaklanjuti dan dituntut. Karena itu mengeksploitasi kebutuhan para pekerjayang tidak hanya mengalami penderitaan serangan dan bahaya dari penjajahIsrael.

Hal tersebut merupakan tindakan memalukan. Dia mengingatkan bahwamasalah pekerja di wilayah Palestina 1948 mengandung pelanggaran nyata padahak-hak secara penuh. Pekerja tidak bekerja dalam kondisi keselamatan yang semestinya.Mereka mengalami penipuan dan hak-haknya tidak dipedulikan tidak menikmati jaminankeselamatan sosial dan kesehatan ditambah dengan praktik-praktik tersebut.

Pekerja Palestina Mansur Abu Ali yang biasa melewati celah tembok Zitadi Tulkarm dan Bartaa di selatan Jenin mengatakan &ldquoJaringan tersebut hidupdari penderitaan dan kebutuhan pekerja Palestina. Masuk dan keluar lewat celahtembok diatur oleh jaringan ini yang menghasilkan keuntungan besar dan tidakada pihak yang memburu mereka.&rdquo

Kepada reporter Pusat Informasi Palestina dia menambahkan &ldquoJaringan-janganini beberapa dari mereka dari Tepi Barat dan beberapa dari wilayah Palestina1948. Mereka mengendalikan celah-celah tembok dan para sopir serta berbagai kelompokyang terhubung dengan yang lainnya. Kadang-kadang berubah menjadi wilayah pengaruhdi antara mereka dan yang lain terkait dengan penjualan izin untuk&nbsp para pekerja dengan biaya sanga besar sedangkanpekerja adalah pelanggan yang mereka sukai.&rdquo

Dia menegaskan meskipun celah-celah tembok tersebut sudah menjadisatu-satunya nafas untuk jalan keluar dan masuk ke wilayah Palestina 1948 secarasosial seharusnya tidak menjadi tempat memeras para pekerja yang mencari makanuntuk keluarganya. Dia menegaskan bahwa memburu kelompok-kelompok ini harusmenjadi prioritas.

Disebutkan bahwa dengan ditutupnya penyeberangan saat pandemiCorona puluhan ribu pekerja dan pedagang dari Tepi Barat menemukan napasmereka melalui celah-celah yang mereka buat di Tembok Apartheid Israel untuk bisamasuk ke wilayah Palestina 1948. Ada puluhan celah di sepanjang TembokApartheid Israel mulai dari utara Tepi Barat hingga selatan. (was/pip)

Tautan Pendek:

Copied