Dua wanita Palestina Fadwa Hamada dan Jihan Hashima dari al-Qudskeduanya kini sedang mendekam di sel isolasi selama 33 hari dalam kondisi yangsulit dan tertekan. Keduanya mengalami perlakuan paling keji Israel dan pelanggaranprivasi selain tidak diberikan haknya untuk menerima perawatan kesehatan.
Tiga kamera di sel isolasi
Muhammad Al-Shaqaki juru bicara atas nama Yayasan Mahjatul Qudsuntuk Tawanan dalam pernyataan khusus kepada Pusat Informasi Palestina mengatakan&ldquoDua tawanan wanita Hamada dan Hashima telah diisolasi di penjara Ramle sejak33 hari yang lalu dalam keadaan yang sangat sulit setelah terjadi bentrokan dipenjara Damoun.”
Dalam pernyataannya dia menjelaskan bahwa bentrokan tersebutterjadi di penjara Damoun setelah tawanan Hamada membela tawanan yang terlukaJihan Hashima dari serangan seorang tentara wanita Israel. Dia menambahkanbahwa penjajah Israel kemudian memindahkan Hashima dan Hamada ke sel isolasipenjara Ramleh dalam keadaan yang sangat sulit.
Dia menjelaskan bahwa penjajah Israel memasang 3 kamera di selisolasi trsebut untuk setiap masing-masing tawanan. Hal ini jelas pelanggaran privasimereka. “Ketika tawanan ingin buang hajat dia harus membuat penghalang berupaalas tidur untuk mencegah kamera merekamnya” terangnya.
Al-Shaqaki juga menyatakan bahwa penjajah Israel mencegah duatahanan wanita tersebut melakukan pemeriksaan medis yang diperlukan karenakondisi kesehatan mereka yang serius. Dia juga mengungkapkan kekhawatirannyapada mereka dalam suasana pandemi Corona yang terjadi saat ini terutama karenapenjara adalah lingkungan yang subur untuk penyakit.
Hamada saat ditangkap pasukan penjajah Israel
Hamada tawanan wanita yang terluka
Tawanan wanita Palestina Hamada telah ditawan penjajah Israel sejaktahun 2017. Dia dijatuhi hukuman 10 tahun penjara. Dia sudah menikah danmemiliki lima anak. Anak yang tertua berusia sepuluh tahun dan yang termuda berusiatiga setengah tahun. Dia telah berpindah-pindah di antara sejumlah penjara penjajahIsrae. Terakhir dia mendekam di penjara Damoun sebelum kemudian dipindahkan ke selisolasi di penjara Ramleh.
Penjajah Israel menuduh tawanan Hamada berusaha melakukan seranganpenikaman di dekat daerah Bab Al-Amoud di sekitar Masjid Al-Aqsa.
Hashima juta terluka
Adapun tahanan wanita Hashima dia dipenjara selama empat tahun danmenderita beberapa masalah kesehatan. Masalahnya diperparah oleh luka akibat pelurupasukan penjajah Israel selama penangkapan dirinya pada 30 Desember 2016 laludi pos pemeriksaan militer Qalandia utara al-Quds yang diduduki penjajahIsrael.
Hashima terkena tiga peluru di kaki kirinya yang membuatnyamenderita sakit terus-menerus hingga hari ini yang menambah parah penderitaannyadi penjara penjajah Israel.
Selain cedera Jihan Hashima ibu dari 3 anak ini juga menderitabeberapa penyakit kronis termasuk kolesterol tinggi dan masalah tiroid. PenjajahIsrael diperkirakan akan membebaskan Hashima pada akhir tahun 2020.

Hashima saat terluka ditembak pasukan Israel
Hukuman isolasi
Organisasi yang konsen dalam urusan tawanan dan eks tawananPalestina &ldquoWAED&rdquo juga memperingatkan tindakan penjajah Israel yangterus-menerus mengisolasi dua tawanan wanita Palestina Fadwa Hamada dan JihanHashima sejak 33 hari yang lalu dalam kondisi penahanan yang sulit danberbahaya.
Abdullah Qandil direktur WAED dalam wawancaranya dengan PusatInformasi Palestina membenarkan bahwa “hukuman isolasi” yangmasih diberlakukan penjajah Israel terhadap dua tawanan wanita Palestina FadwaHamada dan Jihan Hashima merupakan pelanggaran yang jelas terhadap hak-hak tawananperempuan Palestina.
Qandil mengatakan bahwa kebijakan Israel ini masih dilakukan sebagaicara Israel untuk lebih menekan tawanan dengan tujuan merusak tekad para tawanandi penjara-penjara penjajah Israel dan para tawanan wanita khususnya.
Dia mengatakan “Kami sangat menyesalkan mereka diisolasisejak 33 hari yang lalu. Tidak ada organisasi hak asasi manusia yang berbicaraatau mengunjungi mereka dan tidak memberikan perlindungan hukum paling tidak untukkedua tawanan wanita ini.”
Qandil meminta Komite Palang Merah Internasional untuk mengambiltindakan segera dan mendesak untuk mengakhiri isolasi sepihak yang menarget duatawanan wanita Palestina Hamada dan Hashima.
Pelanggaran massal
Sekitar 45 tawanan wanita Palestina saat ini mendekam dipenjara-penjara penjajah Israel dalam kondisi sulit dan keras.
Para tawanan wanita Palestina sejak mereka ditangap oleh pasukan penjajahIsrael Israel sudah menjadi sasaran pemukulan penghinaan pelecehan dan cacian.Tekanan terhadap mereka semakin meningkat setelah mereka tiba pusat-pusat penahanandan interogasi. Segala macam cara dan metode interogasi dipraktekkan terhadapmereka baik psikologis atau fisik. Seperti pemukulan kurang tidur diikatdengan cara kedua tangan dan kaki ke belakang selama berjam-jam intimidasi danteror tanpa memperhatikan feminitas mereka dan kebutuhan khusus mereka.
Para tawanan wanita Palestina mendekam di penjara Damoun yangterletak di dalam wilayah yang diduduki penjajah Israel sejak tahun 1948dengan cara penahanan yang bertentangan dengan Konvensi Jenewa Keempat. Mereka mengalamikondisi keras dan sulit karena penjara Israel tidak memiliki sarana kehidupanmanusia yang paling minimal sekalipun. (was/pip)