Tue 6-May-2025

Pandemi Corona Memperburuk Krisis Air di Jalur Gaza

Senin 1-Juni-2020

Sebuah laporan PBB sebelumnya menyatakan bahwa pada tahun 2020Jalur Gaza akan menjadi daerah yang tidak layak huni karena penurunanpersentase air minum yang aman. Laporan kala itu didasarkan pada fakta yangdisebabkan oleh blokade dan sedikitnya sumber air belum terprediksi terjadinyabahwa Corona yang melanda seluruh dunia tahun ini. Sehinga realitas air di JalurGaza saat ini mengalami krisis ganda.

Air tanah adalah darah kehidupan lebih dari dua juta wargaPalestina di Jalur Gaza. Mereka terancam kelangkaan air jika solusi perbaikan untukkrisis air ini tidak ada. Karena tingkat volume air tanah terus menurun selamabeberapa tahun terakhir dan bahaya berikutnya adalah mencapai titik nol.

Efek Corona

Sejak pandemi Corona banyak proyek desalinasi (penyulingan airlaut menjadi air tawar) di Jalur Gaza yang diawasi oleh lembaga-lembagainternasional telah berhenti. Karena para donatur Eropa enggang datang ke JalurGaza untuk memantau proyek-proyek ini karena pandemi tersebut.

Sementara itu Wakil Kepada Otoritas Air Insinyur Mazen Al-Bannadalam sebuah wawancara dengan koresponden Pusat Informasi Palestina menyatakanbahwa proyek desalinasi air di Jalur Gaza terpengaruh oleh pandemi globalCorona.

Dia mengatakan “Pendanaan proyek-proyek yang didukung Eropa mungkinterkena dampak oleh tren prioritas negara-negara Eropa untuk melindungi diridari pandemi dan mencegah penyebaran virus.”

Al-Banna mengisyaratkan pentingnya proyek-proyek stasiun desalinasidi Gaza untuk mengkompensasi kekurangan reservoir bawah tanah di sektor iniyang sangat parah. Dia menyatakan bahwa stasiun-stasiun desalinasi ini tidakberoperasi pada kapasitas penuh karena kurangnya arus listrik sepanjang waktuyang dapat mempengaruhi realitas air jika blokade di Jalur Gaza terus berlanjut.

Sektor air dan listrik di Jalur Gaza telah mengalami krisisberturut-turut sejak pemberlakuan blokade Israel di Jalur Gaza yang sudahberjalan hampir 14 tahun. Stasiun-stasiun desalinasi dan sumur-sumur air di JalurGaza masih terdampak oleh tidak adanya listrik. Sehingga terjadi penurunantajam dalam akses air ke seluruh penduduk.

Perlambatan kerja

Akibat buruk paling menonjol yang dialami stasiun-stasiun desalinasidi seluruh propinsi-propinsi di Jalur Gaza adalah perlambatan dalam pekerjaankarena blokade Israel atas Jalur Gaza. Hal ini yang ditegaskan oleh Wakil KepalaOtoritas Air Gaza Mazen Al-Banna. Dia menjelaskan bahwa sektor air masih beradadalam tahap bahaya karena berkurangnya persentase air tanah yang cocok untukminum hingga kurang dari 10%.

Al-Banna menjelaskan bahwa kondisi ini diperparah denganmeningkatnya jumlah penduduk sebaliknya terjadi penurunan tingkat volume airminum.

Laporan PBB memperkirakan bahwa permintaan air tanah di Gaza akanmeningkat pada tahun 2020 sebesar 60%. Laporan PBB ini pada saat itu telah memperingatkanbahwa kerusakan yang dialami akuifer (lapisanbawah tanah yang mengandung air dan dapat mengalirkan air) tidakmungkin diperbaiki.

Al-Banna menegaskan bahwa lebih dari 90% sumur bawah tanah tidakmemenuhi standar kesehatan internasional. Dia menjelaskan bahwa beberapa kotadi Jalur Gaza menutup banyak sumur karena salinitas air yang ekstrem (kadarkandungan garamnya tinggi).

Dia mengaitkan penurunan tingkat air minum di Jalur Gaza ini denganmeresapnya air laut. Ini karena Jalur Gaza adalah wilayah pantai. Di sisi lainkarena jumlah tekanan dan ekstraksi yang melebihi batas wajar untuk air danrendahnya persentase hujan yang mensuplai air ke reservoir bawah tanah.(was/pip)

Tautan Pendek:

Copied