Meskipun berbagai pita hias berwarna-warni memenuhi dan menghiasi jalan-jalandan etalase di Gaza namun kegembiraan dan suka cita yang sesungguhnya untukmenyambut kedatangan bulan Ramadhan benar-benar tidak ada karena penutupanmasjid yang merupakan hal utama yang menggambarkan suasana kegembiraan dansuka cita di bulan Ramadhan.
Hari Senin (20/4/2020) Kementerian Wakaf dan Urusan Agama Palestinamengumumkan bahwa masjid-masjid di Jalur Gaza akan terus ditutup hinggapemberitahuan lebih lanjut dalam konteks langkah-langkah administrasipencegahan terhadap penyebaran virus korona.
Sehari sebelumnya Kementerian Kesehatan Palestina mencatat duakasus baru coronavirus dari mereka yang kembali ke Jalur Gaza melalui gerbangperlintasan perbatasan Rafah sehingga jumlah yang terinfeksi dari luar Gaza menjadi15 orang 9 dari mereka telah dinyatakan sembuh.
Air mata dan masjid
Hiasan yang memenuhi pasar kuno Al-Zawiya yang ada di sebelahtimur Kota Gaza tidak bisa menolong air mata Ummu Fuad seorang nenek berusia70-an tahun yang tumpah ke pipinya yang keriput ketika dia melihat kunci besarmenggembok penutupan pintu utama masjid Al-Omari yang berada di tengah-tengahpasar al-Zawiya.
Dengan nada sedih wanita tua itu mengatakan kepada koresponden PusatInformasi Palestina “Tidak ada makanan dan cemilan untuk Ramadhansementara masjid-masjid ditutup.” Lantas dia mengangkat kedua matanya kelangit dan bermunajat &ldquoYa Allah angkatlah wabah dan musibah ini dari kami. Bukalahmasjid-masjid ini sebelum Ramadhan.&rdquo
Para pejabat kementerian wakaf di Jalur Gaza kini masih membahas apakahakan membuka masjid atau tidak selama bulan suci Ramadhan yang diperkirakan awalRamadhan akan terjadi pada hari Jumat.
Pasar sepi
“Semua dekorasi lentera dan penerangan yang Anda lihatadalah simpati bagi diri kami sendiri untuk meyakinkan kami bahwa Ramadhantelah datang. Akan tetapi pergerakan pasar adalah nol.” Demikian yang dikatakanoleh penjuang kurma dan jamu Abdullah Murtaja kepada koresponden PusatInformasi Palestina.
Toko Abdullah Murtaja ada di tengah pasa al-Zawiya. Tampak menarikperhatian orang yang lewat yang jumlahnya sedikit di pasar karena kekhawatirantentang penyebaran virus korona. Dia menambahkan “Sejujurnya orang-orangsangat takut pada korona dan apa yang kami perkirakan adalah kami tidak bisa menyambutRamadhan.”
Murtaja menyatakan bahwa keuntungannya berlipat ganda dalam musimseperti ini setiap tahun meskipun ada blokade terhadap Jalur Gaza. Tetapi karenakorona keuntungannya turun menjadi kurang dari setengahnya. Dia menambahkan”Alhamdulillah blokade berdampak pada kami tetapi yang membuat kamiterdampak adalah korona.”
Penurunan pergerakan pembelian di Jalur Gaza disebabkan oleh ribuanpekerja yang menganggur dari pekerjaan mereka akibat situasi darurat di JalurGaza karena takut penyebaran wabah virus korna.
Penjual sayuran Mohamed Kahil tampak sangat terganggu olehmenurunnya pergerakan pembelian meskipun sayuran adalah kebutuhan pokok.
Kepada koresponden Pusat Informasi Palestina Kahil mengatakan”Terus-terang korona telah mempengaruhi kami dengan sangat signifikan.Musim ini jelas ada penurunan signifikan dalam pergerakan pembelian danpenjualan. Kami akan mengalami kerugian besar karena biaya sewa dan kewajibanlainnya serta hutang yang kami tanggung.”
Pasar Al-Zawiya dianggap sebagai salah satu pasar paling vital diJalur Gaza. Akan tetapi kecemasan warga telah sangat menentukan situasi diJalur Gaza.
Meskipun Kementerian Kesehatan berupaya mengendalikan pencegahanwabah virus di Jalur Gaza akan tetapi ancaman dan risiko itu masih ada. Kementerianmenyerukan kepda warga untuk mematuhi langkah-langkah keselamatan danpencegahan. (was/pip)