Mimpi buruk dialami oleh pengungsi Palestina di Irak Tareq Al-Assadsejak dia diberi tahu bahwa dia harus mengosongkan rumahnya pada tanggal 1April depan. Dua puluh hari dalam kecemasan ketakutan dan ketidakberdayaan dijalan yang tidak diketahui. Bisa jadi hidup terlantar dan terlunta-luntamenjadi perjalanan hidupnya yang paling parah!
Dalam wawancaranya dengan kantor berita Arab Quds PressAl-Assad mengatakan &ldquoTadinya saya merasa aman dengan diterimanya suaka saya dankeluarga saya di Inggris. Saya merasa bahwa penderitaan kami di Irak akanberakhir setelah janji-janji yang disampaikan kepada kami. Kami sudah empatkali datang untuk wawancara di kantor UNHCR meminta dukungan untuk mendapatkanpaspor. Namun kami terkejut dengan keputusan penolakan tanpa menyebutkanalasannya.&rdquo
Dia menambahkan “Mimpi kami semua menguap. Kami hidup dalamkeadaan ketakutan dan kegelisahan terhadap apa yang akan terjadi berikutnyaterutama karena Badan Bantuan dan Pemberdayaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA)sudah memutus bantuannya pada kami untuk biaya sewa. Kami bisa saja berada dijalan setiap saat.”
Pria yang bekerja sebagai buruh kasar ini &ndash dengan mengangkut semenubin dan bahan bangunan lainnya &ndash menderita sobek di ligamen kaki setelah diatertembak sebelumnya yang membuatnya tidak dapat melanjutkan kerja beratnyayang membutuhkan kekuatan fisik dan usaha besar jantungnya yang sakit tidakbisa mentolerir percepatan denyut nadinya.
Sementara itu Sumaya Al-Qarut istri Tareq Al-Assad yang jugasedang sakit kini melanjutkan perawatannya di rumah setelah dengan terdipaksameninggalkan rumah sakit untuk merawat tujuh anaknya. Dia menyatakan bahwa diamemiliki bayi perempuan.
Sumaya mengatakan &ldquoBagaimana kami bisa hidup setelah semua bantuantunjangan sewa dan perawatan yang disediakan UNHCR diputus untuk kita. Sementarakami tidak memiliki biaya perawatan atau sewa rumah.&rdquo
Sumaya bertanya-tanya &ldquoApakah mungkin kondisi kami ini akanberakhir di jalanan?&rdquo Dia menambahkan &ldquoKetika sakit saya pulih dan sembuh sayaakan pergi ke kedutaan negara saya Palestina dan meminta sebuah tenda kepada dutabesar Palestina di Baghdad!&rdquo
Nasib yang tidak jelas
Mengenai status hukum warga Palestina di Irak aktivis PalestinaJamal Abu Mustafa menjelaskan dalam wawancaranya dengan Quds Press bahwapengungsi Palestina yang saat ini tinggal di Irak menderita karena tidak adanyadeskripsi hukum yang jelas terutama setelah dikeluarkannya keputusan olehpemerintah Irak No. (76) 2017 Yang mencabut keputusan (202) tahun 2001 yangmemperlakukan pengungsi Palestina sebagai warga Irak.
Dia melanjutkan “Pengungsi Palestina kehilangan hak hukum deskripsihukumnya hilang. Jadi pengungsi Palestina di Irak tidak mendapatkan status sebagaipengungsi manusia dan hak-haknya atau sebagai pengungsi politik danhak-haknya meskipun kita harus memasukkan aturan hukum pengungsi UNRWA.”
Dia menambahkan &ldquoKami berharap Presiden Otoritas Mahmud Abbas mengunjungikami. Tetapi hal itu tidak terjadi. Meskipun kami berulang kali melakukan korespondensidengan kantor kepresidenan. Namun kami dapat bertemu dengan Dr. Nabil Shaath(perwakilan pribadi Presiden) di Baghdad. Saya menjelaskan kepadanya secararinci tentang penderitaan rakyat Palestina di Irak dan dia menunjukkan respon sertaberjanjiakan menindaklanjuti masalah ini pada semua level yang berhubungan diIrak.&rdquo
Dia menambahkan “Setelah itu saya menghubunginya dan menegaskanberlanjutnya penderitaan yang kami alami. Saat itu dia memberi tahu saya bahwaduta besar memantau masalah itu. Akan tetapi sayangnya masalahnya semakinjelas tidak ada perhatian minimal pun atau tindak lanjut nyata untuk masalah kita.”
Lebih lanjut dia mengatakan “Kami berhasil menyampaikan suarakami kepada Dr. Muhammad Shtayyeh Perdana Menteri Palestina yang mengumumkanpada sesi sidang Kabinet Palestina setelah kembali dari Irak bahwa diamembahas penderitaan kami dengan semua pemimpin Irak dan bahwa masalahnya akandiselesaikan. Namun situasi tetap seperti apa adanya. Bahkan penderitaan kamijauh semakin berat.”
Abu Mustafa meminta Otoritas Palestina untuk memainkan perannyabaik dengan memberikan nomor nasional yang membuka jalan untuk kembali kePalestina bagi para pengungsi Palestina di Irak atau memukimkan kembali warga Palestinadi Irak ke negara lain.
Abu Mustafa menyerukan kepada Sekretaris Jenderal PerserikatanBangsa-Bangsa dan Komisaris Tinggi UNHCR &ldquoKami meminta untuk dimasukkankembali keluarga kami dalam inventaris UNRWA. Kami juga meminta PLO untukmemainkan perannya melalui Departemen Pengungsi PLO.&rdquo
Hampir empat ribu pengungsi Palestina yang tinggal di Irak hidup dalamkeadaan sulit. Terutama setelah langkah-langkah yang diambil oleh pemerintahIrak terhadap mereka yang menarik semua hak istimewa yang mereka nikmatiselama ini sebagai pengungsi dengan perlakuan yang sema seperti warga Irak. Jugakarena keputusan UNRWA untuk membatalkan bantuan tunjangan sewa rumah dan perawanandi rumah sakit.
Keluarga di Irak membutuhkan (700 hingga 800 dolar) setiap sebulanuntuk hidup sampai batas yang layak. Karena harga sewa rumah berkisar (300hingga 400 dolar) per bulan. Jumlah ini tidak dapat diraih oleh kebanyakankeluarga Palestina di Irak mengingat kondisi ekonomi yang rapuh tingkatpengangguran yang tinggi dan kurangnya kesempatan kerja yang dialami rakyatIrak sendiri dan juga para pengungsi Palestina.
Perlu dicatat bahwa pemerintah Irak telah menandatangani perjanjianpada tahun 1949 dengan PBB yang dikenal dengan Perjanjian Beirut di manaBaghdad berjanji untuk sepenuhnya mengawasi situasi pengungsi Palestina di Irakdan memberikan bantuan untuk mereka dengan kompensasi tidak membayarkontribusi atau sumbangan keuangan apapun kepada UNRWA. (was/pip)