Otoritas pemerintahan Israel menyerahkan surat keputusandeportasi terhadap Ketua Lembaga Islam sekaligus khotib Masjid Al-Aqsa SheikhIkrima Sabri selama satu pekan dan berlaku penambahan atau perbaharuankeputusan.
Dalam pernyataan persnya Sabri mengatakan Otoritas pemerintahZionis telah memberitahunya secara lisan bahwa pihaknya telah memutuskan untukmendeportasi dirinya dari Al-Aqsha hingga 25 Januari mendatang.
Pemerintah Israel mendakwa Sabri melakukan provokasi terhadapwarga dalam khutbah-khutbahnya di Masjid Al-Aqsha.
Pada hari Ahad (19/1) aparat intelijen Zionis menggerebekrumah milik imam Masjid Al-Aqsa Ikrima Sabri di kota Al-Quds jajahan. Merekamenyerahkan surat pemanggilan terhadap Shabri untuk keperluan penyidikan.
Panggilan ini dilatarbelakangi sikap keras Sabri terhadappenyerangan dan penodaan yang dilakukan para pemukim Zionis ke Masjid Al-Aqsa. Terutamajuga setelah Sabri menyerukan ditingkatkanya jumlah jama&rsquoah shalat shubuh diAl-Aqsha menyusul gerakan Fajar Agung di Al-Aqsha di mana ribuan jamaah ikut berpartisipasipada gerakan ini Jumat lalu.
Jumlah yang begitu banyak antusias warga dalam mengikutiaksi Fajar Agung ini membuat kopolisian Zionis marah hingga mereka menyerbumasjid dan menyerang para jamaahnya.
Setelah agresi Israel Syekh Ikrima Sabri mengecam keras seranganmereka. Ia menekankan Israel mengidam-idamkan agar Masjid Al-Aqsa kosong daripara jamaahnya. Oleh karena itu Ikrimah Sabri menyerukan kepada jamaah dan yanglainya untuk meningkatkan kehadiran mereka di masjid.
Dia menekankan Israel tidak suka umat Islam yangragu-ragu untuk Masjid Al-Aqsa menggambarkannya sebagai “membuat merekamarah” menunjukkan bahwa kehadiran jamaah Muslim adalah pesan untukpendudukan bahwa tidak ada ruang untuk merebut Masjid Al-Aqsa.
Dia menganggap kegagalan umat Islam menyerah MasjidAl-Aqsa akan menyebabkan penguapan ambisi Israel yang menciptakan penyerbuan kemasjid makin meningkat. Di sinilah Zionis mengklaim adanya pelanggaran keamanan.(asy/pip)”