TawananAhmad Zahran menghentikan mogok makan terbuka yang telah berlangsung selama 113hari menolak penahanan administrative (tawanan tanpa dakwaan dan pengadilan).
Forumtawanan Palestina menegaskan bahwa Zahran telah melakukan kesepakatan denganpihak penjara Israel namun tak disebutkan secara rinci.
Seharisebelumnya lembaga HAM al-Dhamir mengingatkan tawanan Zahran menghadapiancaman kematian pihak penjajah Israel menghentikan upaya memberinya makanandan mengobatinya secara paksa khawatir terhadap keselamatannya.
LembagaHAM menyerukan solidaritas regional dan internasional bagi para tawananPalestina di penjara Israel terutama mereka yang divonis tawanan administrativedan melakukan mogok makan.
Pihakpenjara Israel telah berulangkali memindahkan Zahran ke RS saat mogok makansetelah pemeriksaan dokter maka dikembalikan ke penjara yang menyebabkankondisinya memburuk dan menyebabkan kelelahan.
PenjajahIsrael memindahkan Zahran ke RS Kaplan sejak 5 Januari dan menempatkannya disana pasca kesehatannya yang makin memburuk.
PihakIsrael menginstruksikan pengobatan paksa jika kondisi kesehatan tawanan makinparah dan berdampak pada keselamatannya langkah ini merupakan pelanggaranterhadap aturan internasional dan HAM dan meningkat menjadi pelanggaran HAM.
AhmadZahran (42) berasal dari kota Deir Abu Misyal Ramallah dan telah mendekam dipenjara Israel selama 15 tahun.
Zahranmenggelar mogok makan sebagai protes atas penahanan administrative sejak 20September lalu beliau merupakan ayah dari 4 orang anak dan penahananterbarunya pada Maret 2019 lalu.
Aksimogok makan kali ini merupakan yang kedua sejak 2019 sebelumnya Zahranmelakukan aksi yang sama dan berlangsung selama 39 hari dan berakhir denganjanji dibebaskan namun penjajah zionis kembali memperpanjang penahanannyaselama 4 bulan dan dilaluinya secara penuh.
Zahranmengalami gangguan sakit kepala dan sakit di persendian dengan bobotkekurangan cairan dan garam setelah menyusut 30 kg dari berat tubuhnya.(mq/pip)
