Surat kabarIbrani Haaretz hari ini Selasa (12-24) mengungkap bahwa unit khusus penjagaperbatasan dari tentara Israel telah menyebabkan kehidupan seorang wargaPalestina dari Al-Quds seperti neraka setelah setelah salah satu anggotanya menghancurkanwajah dan tengkorak seorang ibu hanya karena ia membela anaknya.
Surat kabarIbrani mengutip seorang ibu PalestinaRina Derbas (36 tahun) asal kota Al-Issawiya timur laut Al-Quds jajahanmengalami insiden yang terjadi sekitar satu setengah bulan yang lalu ketika diaberusaha melindungi putranya dari penangkapan tentara Zionis.
Dijelaskansaat ia kembali ke rumahnya ia menyaksikan aparat polisi Israel sedang menggendongputranya yang berusia 14 tahun. Mereka mengklaim telah memeriksa anak itu secaradetil terkait kecurigaan bahwa ia telah melakukan pelemparan batu tetapispesifikasi yang mereka miliki tidak identik dengan putranya namun demikian secarasewenang-wenang mereka menangkapnya.
Dalam pernyataanyang dilansir pengacaranya Derbas mengatakan ketika putranya berada di mobilpolisi dia berbicara kepada para anggotanya dan saat itulah salah satu darimereka mengangkat senjatanya dan memukulinya dengan gagang pistol di wajahnya hinggadia kehilangan kesadaran dan dipindahkan ke Rumah Sakit Hadassah Ein Karem. Ia menderitabeberapa tulang tengkorak dan hidungnya patah.
Setelah ituia menjalani operasi pertama di kepalanya untuk menumbuhkan menanamkan platinumdi tengkoraknya. Seterusnya ia juga harus menjalani perbaikan tambahan untukkerusakan di wajah dan sekitarnya.
Menanggapi kejadianitu suaminya Karim Derbas berkata Setiap kali istrinya melihat ke cermin diamulai menangis. Ia mengatakan “Hidup saya telah hancur saya merasakan sakitdi kepala dan wajah. Hidup saya telah berubah menjadi mimpi buruk” tulisDerbas dalam pernyataan itu.
Beberapahari setelah kecelakaan itu Karim pergi ke departemen penyelidikan polisiIsrael untuk mengajukan pengaduan tetapi pihak polisi meminta istrinya untukmengajukan pengaduan sendiri.
Surat kabar menambahkansetelah Derbas pulih dia pergi sendiri ke departemen penyelidikan di kepolisianuntuk mengajukan pengaduan. Di sana dia diperlakukan dengan sewenang-wenang olehpara penyelidik dan mengatakan bahwa ia telah dipukul dengan batu.
Dalampernyataanya ia mengatakan Interogator polisi menyela saya dan mencegah sayauntuk menjelaskan apa yang terjadi. Ia bertanya tentang rincian prajurit yangmemukulnya dan meminta saya untuk menggambar senjata dari mana saya tahu danapa yang saya mengerti tentang itu? Mereka mencoba untuk memasukkan kata-kata batuke mulut saya bahwa saya menabrak batu. Mereka mencoba meyakinkan saya bahwa telahterjadi kesalahan dari tentara itu secara tidak sengaja ketika dia mengangkattangannya dengan senjatanya untuk menahan batu yang dilemparkan kepadaku. Sayamengatakan kepadanya bahwa tidak ada pelempar batu.
Segerasetelah surat kabar Haaretz ke departemen penyelidikan polisi pengacara Derbasmenerima surat dari departemen tersebut yang menyatakan bahwa kasus ini sedangdiselidiki dan bukti-bukti sedang dikumpulkan tetapi sebagian besar tudingan itutidak benar.
Beberapa jamkemudian sebagai tanggapan atas laporanya dari departemen pejabat lain disana mengatakan bahwa mereka belum memutuskan untuk membuka penyelidikan dan hinggakini laporanya pun belum belum ada nomor filenya.
Dalam upayauntuk menghindari tanggung jawabnya kepolisiam Zionis mengklaim dalambeberapa pekan terakhir terjadi 24 pengeboman petasan dan bebatuan yangdijatuhkan di tempat yang sama. Tampaknya hal ini menyebabkan cedera padapenduduk daerah tersebut. Mereka pun telah mengavekuasi beberapa korban untuk perawatanmedis.
Mengenaiputranya surat kabar itu menjelaskan dia dibebaskan setelah empat hariditahan dan belum diputuskan apakah akan menuntutnya atau tidak. (asy/pip)