Wed 7-May-2025

Ekonomi Palestina 2020: Kenyataan Sulit Apakah Akan Berubah?

Rabu 18-Desember-2019

Kalender tahun 2019segera berakhir. Sementara ekonomi Palestina terutama di Jalur Gaza terjun jatuhdari yang buruk menjadi lebih buruk.

Di tahun ketigabelas blokade yang mencekik Jalur Gaza secara berturut-turut telah menyebabkansemua sektor ekonomi di Jalur Gaza terkikis. Sehingga situasi akhir tahun ini inisampai jatuh ke jurang yang dalam.

Para analis danekonom sepakat bahwa Jalur Gaza mengakhiri tahun 2019 dengan situasi ekonomiyang buruk seperti tahun-tahun sebelumnya bahkan lebih buruk.

Angka-angkamengejutkan

Sebanyak 70%dari penduduk yang terkepung di Jalur Gaza menderita kerawanan pangan. Sebanyak338% dari mereka hidup di bawah garis kemiskinan ekstrem. Demikian menurutpernyataan pers dari Wakil Menteri Pembangunan Sosial di Gaza Ghazi Hamad.

Hamad melanjutkan”Sejumlah besar penduduk Jalur Gaza terpaksa membeli makanan dan air minumdengan meminjam karena lemahnya pembiayaan pangan bagi keluarga-keluarga miskindan tidak tersedianya air minum yang layak untuk diminum.”

Pakar dananalis ekonomi Osama Naufal dalam perbincangan dengan koresponden Pusat InformasiPalestina mengatakan bahwa pada tahun 2019 ini terjadi penurunan tingkatpertumbuhan ekonomi sebagai akibat dari blokade dan perpecahan Palestina.

Dia menjelaskanbahwa tingkat pertumbuhan minus adalah dasar dan yang berlaku selama tahun 2019.Dia menyatakan bahwa data-data yang ada menunjukkan bahwa pada kuartal ketigatahun 2019 tidak terjadi adanya perbaikan dalam situasi ekonomi Palestinakhususnya di Jalur Gaza.

Dia menyatakan bahwatingkat pertumbuhan ekonomi di Jalur Gaza mencapai minus 8. Sementara di TepiBarat turun menjadi sekitar 2%. Dia mengingatkan adanya penurunan produksi domestik.

PDB per kapitamenurun pada paruh pertama 2019 di wilayah Palestina sebesar 32% di manarasio per kapita sekitar 745 dolar.

Dia menjelaskanbahwa tingkat produksi domestik di Jalur Gaza menurun 4% dibandingkan denganparuh terakhir tahun 2018. PDB per kapita di Gaza adalah 350 dolar dan di TepiBarat turun sebesar 13%.

Naufalmengaitkan penurunan rasio PDB dengan penurunan aktivitas ekonomi di wilayahPalestina. Dia menyebutkan sejumlah alasan yang menyebabkan penurunan initerutama karena blokade Jalur Gaza langkah-langkah Israel di Tepi Barat kegagalanimplementasi perjanjian yang ditandatangani antara Otoritas Palestina dan penjajahIsrael.

Dia mengingatkanbahwa Indeks Siklus Bisnis Palestina yang mengukur volume penjualan danpembelian di wilayah Palestina telah menurun secara signifikan di Tepi Baratmencapai minus untuk pertama kalinya dalam sejarahnya sementara di Jalur Gaza mencapaiminus 27.

Dia mengingatkanbahwa ada peningkatan signifikan dalam tingkat pengangguran di wilayahPalestina. Di Jalur Gaza mencapai 46% pada kuartal ketiga 2019. Sementara diTepi Barat mencapai 18%.

Terkait dengan tingkatkemiskinan dia menyatakan bahwa tingkat kemiskinan di Jalur Gaza mencapai 70%.Ini adalah angka yang tinggi menurut Naufal.

Dia mengatakankontribusi sektor produktif masih dalam kondisi menurun. Di mana sektorpertanian di Gaza memberikan kontribusi 4%. Sementara di Tepi Barat 3%. Sedangkankontribusi industri di Jalur Gaza 6% dan di Tepi Barat 9%.

Harapan butuhjawaban

Mengenai posturkondisi ekonomi tahun 2020 ekonom ini menjelaskan bahwa jika blokade danperpecahan Palestina terus berlanjut maka tingkat pertumbuhan ekonomi akan mengalamipenurunan lebih lanjut.

Sementara itupakar ekonomi dan analis Nasr Abdul Karim menyatakan bahwa situasi ekonomiPalestina saat ini sedang dalam krisis. Tidak ada perubahan besar pada tahun 2019belum lagi krisis yang diakibatkan oleh Otoritas Palestina yang mengurangialokasi keluarga para syuhada dan tawanan yang semakin menyebabkan perlambatanekonomi. Hal ini semakin menambah dilema ekonomi yang baru-baru ini bisa diselesaikan.

Abdul Karimmengatakan ekonomi Palestina di Tepi Barat dan Gaza telah kehilangan sejumlahbesar likuiditas yang menyebabkan penurunan likuiditas. Dia mengingatkan bahwakrisis ini telah diatasi selama Oktober dengan penyelesaian krisis kliring.

Dia menyatakanbahwa ekonomi Palestina belum berubah arahnya secara strategis. Ekonomi Palestinatahun 2019 masih berada di tempat. Indikator dasar ekonomi tidak berkembangmelainkan mundur lebih negatif. Sementara itu tidak terjadi perubahan apa punyang mempengaruhi jalannya ekonomi Palestina.

Berkenaandengan kinerja ekonomi Palestina tahun 2020 dia menyatakan bahwa itu terkaitdengan kondisi politik dan keamanan yang mengelilingi kegiatan ekonomi OtoritasPalestina.

Pakar ekonomiini mengaitkan setiap harapan tahun 2020 dengan kemungkinan skenario politikdalam hubungannya dengan penjajah Israel. Yang kedua dalam hubungannya dengan komunitasinternasional dan yang ketiga dalam hubungan internal Palestina.

Dia menambahkan”Tentang skenario-skenario yang diharapkan pada tahun 2020 harus dijawabpertanyaan-pertanyaan tentang apakah akan ada pemilu yang mengarah padapemberdayaan situasi internal pembaruan legitimasi dan reintegrasiinstitusi.”

Dia menegaskan bahwaperpecahan internal memiliki peran yang sangat negatif pada ekonomi Palestinaterutama di Jalur Gaza. Setiap integrasi ekonomi di Gaza dan Tepi Barat akanmemiliki efek positif.

Dia juga mengaitkanharapan tahun 2020 dengan masa depan hubungan dengan penjajah Israel. Apakah OtoritasPalestina akan bergerak maju dalam masalah disintegrasi ekonomi dan penolakanperjanjian Oslo yang mana akan mengubah bentuk konfrontasi dengan penjajah Israel.

Abdul Karim menilaibahwa pencabutan blokade di Jalur Gaza itu penting bagi ekonomi Palestina secaraumum yang juga akan menjadi faktor penentu dalam perbaitan atau penurunan kondisiekonomi pada tahun 2020.

Mengenaihubungan dengan komunitas internasional dia menyatakan bahwa hubungan denganAmerika Serikat akan mempengaruhi kemajuan kesepakatan abad ini (deal ofcentury) dan penerapan syarat-syarat baru yang akan berakibat padakonfrontasi dengan penjajah Israel.

Jikadiasumsikan bahwa skenario yang ada selama tahun berjalan ini akan tetapberlaku pada tahun 2020 maka ekonomi Palestina akan tetap di tempatnya secarahorizontal tanpa perubahan fundamental yang signifikan. Demikian menurut analisekonomi Abdul Karim.

Dia menambahkanbahwa jika segala sesuatunya mengarah pada terobosan politik masalah-masalahpolitik dan keamanan tampak lebih positif sikap Israel mulai menerima lebihbanyak gagasan untuk memberi orang Palestina margin yang lebih luas untukmengelola ekonomi mereka itu akan berdampak secara positif pada ekonomiPalestina. (was/pip)

Tautan Pendek:

Copied