Hanya beberapatahun yang lalu banyak pihak memperingatkan tentang bahaya meningkatnyakejahatan dan pelanggaran yang dilakukan penjajah Israel terhadap kota al-Qudsatau Yerusalem warga al-Quds dan Masjid Al-Aqsha di tengah-tengah meningkatnyaintensitas aktivitas pembangunan permukiman ilegal Yahudi yang berkelanjutan untukmelakukan yahudisasi seluruh kota suci al-Quds dan melenyapkan fitur-fiturnyaserta menghilangkan warisan Islam dari kota itu.
Dengan dukunganpenuh dari pemerintah Amerika pasukan pendudukan penjajah Israel teus melanjutkanyahudisasi penyitaan tanah dan menguasainya secara tidak sah. Di sampingkegiatan penggalian tersembunyi yang dilakukan di bawah Masjid Al-Aqsha danTembok Apartheid. Beberapa sumber juga mengungkapkan bahwa penjajah Israel bermaksudmembangun Yerusalem Baru pada tahun 2020 sebagai bagian dalam rencanastruktural Zionis untuk membangun Kuil Shalomon yang mereka klaim.
Dan yang nampakjelas tidak perlu diragukan lagi adalah bahwa pada tahun 2019 ini kota suci Al-Qudsmenghadapi bahaya yang lebih besar daripada yang dihadapinya dalam beberapatahun sebelumnya yang bisa jadi menjadi ambang batas peeringatan percikan api tahun2020 di al-Quds dan Masjid Al-Aqsha.
Tiga level
Pakar Urusan Al-Qudsdan Al-Aqsha Khaled Zabarqa kepada Pusat Informasi Palestina menegaskanpentingnya membaca status sebuah kota melalui tiga level yang pada level-leveltersebut otoritas penjajah Zionis bekerja untuk mewujudkan proyek-proyek yahudisasimereka.
Level pertamayaitu penjajah Israel berusaha untuk mengimplementasikan agenda Zionis denganmengubah identitas kota al-Quds dari identitas Arab-Palestina-Islam menjadiidentitas Yahudi murni. Penjajah Israel dan institusi-institusinya tidak takutuntuk menyatakan hal ini secara terang-terangan yang mana pada tahun 2000 merekatelah mengumumkan rencana pada tahun 2020 bahwa mereka sedang berusaha untukmerubah kota suci al-Quds dari kota yang berkarakter Arab-Islam menjadi kota Yahudimurni.
Dengan begitu kitabisa mengatakan “Bahwa semua kebijakan Zionis yang dipraktikkan di kota al-Qudsharus dibaca dalam kerangka kebijakan ini.&rdquo
Level keduaadalah apa yang dialami warga al-Quds mulai dari konspirasi proyek pengusirankejahatan pembersihan etnis dan pengusiran dari kota al-Quds.
Dalam konteksini Zebarqa menerangkan bahwa warga al-Quds sedang mengalami kebijakan kerasdari penjajah Israel untuk mendorong mereka meninggalkan kota al-Quds dan pergidari sana yang oleh konvensi hukum disebut dengan kebijakan “pembersihanetnis”. Meskipun secara eksplisit tidak jelas akan tetapi secara implisitdi dalam kebijakan itu dilakukan untuk untuk pengusiran pembongkaran rumahpenyitaan tanah penguasaan atas properti tidak memberikan izin bangunan memburu parapemuda kaum pria dan wanita sepanjang waktu serta pembatasan dan tekanan padakepentingan perdagangan dan mata pencaharian mereka dan bahkan pada tempat-tempatkerja mereka.
Sedangkan pada tingkatsekolah dan pendidikan ada upaya untuk mendomestikasi (israelisasi) generasiPalestina yang akan datang dan mengubah kesadaran mereka akan Palestina demikianmenurut Zabarqa. Dia mengingatkan bahwa otoritas penjajah Israel sekarang sedangmemaksakan kurikulum pada generasi Palestina di sekolah-sekolah. Dia jugamengingatkan apa yang dialami sistem pendidikan Palestina yang digambarkansebagai kebijakan yang keras dan brutal untuk membunuh masa kanak-kanak di kotaal-Quds dan melucuti orang Palestina dari identitasnya tempat-tempat sucinya dandari tanahnya.
Level ketiga apartanwarga al-Quds yang melegenda yang dicatat dalam huruf-huruf cahaya ditengah-tengah kerakusan dan ketamakan global Zionis dan sikap diam dunia Arabdan Islam. Warga al-Quds yang mengibarkan panji-panji al-Quds dan berada di garispertahanan terdepan untuk membelanya.
Di bawah levelini Zabarka mengatakan bahwa selama bertahun-tahun pendudukan penjajah Israelwarga al-Quds telah membuktikan bahwa mereka berada pada tingkat perlawanan untukmenghadang proyek-proyek global Zionis yang dikenakan pada mereka. Merekakomitmen mempertahankan tanah-tanahnya meskipun ada beberapa kasuspengkhianatan perbrokeran dan pemalsuan rumah-rumah sebagian mereka. Namuntetap ada spartan yang melegenda warga al-Quds yang dengan kehadiran daneksistensi tetap mereka mampu menjaga identitas suci kota al-Quds.
Al-Quds tahun 2020
Pakar Urusan Al-Qudsdan Al-Aqsha Khaled Zabarqa menegaskan bahwa tidak ada yang lebih berbahayabagi Kota Suci Al-Quds dan penduduknya pada tahun 2020 selain untuk blokadeterhadap eksistensi dan keberadaan Arab Palestina serta praktik-praktik barudan inovatif yang diciptakan untuk mendorong mereka pergi dari kota sucitersebut.
Dia menegaskanada beberapa kebijakan yang disengaja dilakukan otoritas penjajah Israel dengantujuan untuk membanjiri kota al-Quds dan perkampungan Arab di dalamya dengan wargaYahudi serta menguasai wilayah geografis kota suci al-Quds dan menanam para pemukimpendatang Yahudi di mana-mana.
Proyek “Yerusalem2020” dikenal sebagai impian orang Israel untuk mendeklarasikan kota al-Qudssebagai ibu kota orang-orang Yahudi di seluruh penjuru dunia. Proyek inimerupakan proyek yang paling berbahaya bagi al-Quds dan penduduk Palestina danbertujuan untuk mengurangi populasi Arab-Palestina menjadi antara 10% – 12%dan untuk mengusir penduduk Muslim dan Kristen dari kota suci tersebut.
Menurut laporanlembaga-lembaga HAM dan media jika rencana ini selesai dilaksanakan maka wilayah”Yerusalem Raya” akan setara dengan 10% dari wilayah Tepi Barat. Yaitusekitar enam ratus kilometer persegi. Dengan demikian maka perbatasaninternasional kota al-Quds akan dicoret al-Quds Timur yang wilayahnya saat didudukipenjajah Israel tahun 1967 luasnya sekitar 72 km dihapus dari peta dan wilayahyang tersisa untuk orang-orang Palestina hanya sekitar 95 kilometer persegisaja.
Diperkirakan “YerusalemRaya” akan menampung sekitar satu juta orang Yahudi. Sementara eksistensipopulasi Palestina akan dibatasi sekitar seratus ribu jiwa saja. Mereka akandikelompokkan menjadi “kantong-kantong” yang terisolasi satu samalainnya sesuai dengan rencana penjajah Israel. (was/pip)