GerakanPerlawanan Islam Hamas menegaskan bahwa lepas dari perjanjian dan koordinasikeamanan dengan penjajah Israel serta membebaskan tangan rakyat Palestinauntuk mempertahankan tanahnya menjadi satu-satunya opsi dan pilihan yang mampumengekang laju permukiman ilegal Israel dan agresinya pada rakyat Palestina.
Hamas menilai penutupaninstitusi-institusi Palestina di al-Quds oleh otoritas penjajah Israel Rabukemarin merupakan bagian dari kampanye yang diusung pemerintah Netanyahu. Ini adalahyang terbesar sejak 15 tahun untuk menghancurkan rumah-rumah warga al-Quds danmemburu lembaga-lembaga Palestina yang memberikan layanan kepada rakyatPalestina di kota al-Quds.
Hamasmenyatakan bhawa penjajah Zionis terus melanjutkan kejahatannya dalam melakukanyahudisasi kota al-Quds dengan mengakhiri eksistensi resmi Palestina di tengah-tengahsikap diam membisu dunia Arab dan Islam terhadap apa yang terjadi di al-Qudskhususnya dan di Palestina secara umum.
Hamas menyerukanuntuk mendukung perjuangan rakyat Palestina di al-Quds dan keteguhan mereka menghadapiupaya penjajah Israel untuk mengubah identitas Arab-Islam kota suci al-Quds.Hamas menyerukan penolakan identitas Israel di al-Quds atau berurusan denganlembaga pendidikan yang dijalankan oleh pemerintah kota penjajah Israel.
Gerakan Hamasmenilai bahwa kebijakan pencaplokan dan ekspansi yang dilakukan pemerintah penjajahIsrael di al-Quds dan Tepi Barat bahkan hingga Lembah Yordan menunjukkanbahwa penjajah Israel terus memaksakan fakta di lapangan. Juga membuktikanbahwa proses komrpomi polisik yang masih ditaati oleh Otoritas Palestina sudahtidak ada lagi wujudnya.
Pasukanpendudukan penjajah Israel pada Rabu (20/11/2019) menutup tiga kantor institusiresmi Palestina di kota al-Quds dan melarang aktivitas di dalamnya selama 6bulan.
Menurutsumber-sumber lokal pasukan penjajah Israel menutup kantor DirektoratPendidikan Palestina dua kantor pelayanan media Palestina Sekolah Panti Asuhan Islam dan pusat kesehatanArab di al-Quds. (was/pip)