Wed 7-May-2025

Orang cacat wanita janda dan lansia di Gaza menjadi kepala keluarga

Senin 21-Oktober-2019

Ghazi Hamad Wakil Menteri Pembangunan Sosialdi Gaza mengatakan bahwa wilayahPalestina terutama Jalur Gaza berada dalam kondisi ekonomi yang sulit karenaakumulasi tindakan-tindakan agresif penjajah Israel yang meningkat bersamaandengan meletusnya intifadhah kedua pada tahun 2000.

Menurut dataProgram Nasional Palestina untuk Perlindungan Sosial bulan Juli 2019 jumlahkeluarga di Jalur Gaza yang mendapat manfaat dari layanan program ini mencapai70.645 keluarga (425.292 individu) atau 20% dari penduduk Jalur Gaza yangberada di bawah garis kemiskinan ekstrim menurut rata-rata pemeriksaan matapencaharian (PMTF) yang digunakan di kementerian pembangunan. Untuk diketahuibahwa sekitar 12.000 keluarga ada dalam daftar tunggu hingga saat ini.

Data ProgramNasional Palestina untuk Perlindungan Sosial menunjukkan bahwa sebanyak 46.910keluarga adalah keluarga pengungsi (276.663 individu). Keluarga-keluarga ini diusirdari rumah dan properti mereka oleh penjajah Israel pada tahun 1948.

Hamad menyatakanbahwa 37% penerima manfaat Program Nasional Palestina untuk PerlindunganSosial kepala keluarganya adalah wanita. Sementara jumlah keluarga yangmendapat manfaat dari program transfer tunai mencapai sekitar 70 ribu keluargadi mana sekitar 26.000 keluarga kepala keluarganya adalah wanita.

Dia menyebutkanbahwa sebanyak 15% dari para wanita yang menjadi kepala keluarga yang mendapatmanfaat dari Program Nasional Perlindungan Sosial adalah janda dan sebanyak 247%dari anggota keluarga miskin adalah anak-anak.

Jumlah janda yangmenjadi kepala rumah tangga sebanyak 10.719 wanita. Sisanya adalah para wanita yangbelum menikah atau sudah menikah tetapi memikul tanggung jawab keuangan untukkeluarga mereka sebagai akibat dari ketidakmampuan laki-laki untuk mengelolakeluarga mereka secara finansial karena cacat atau mendekam di dalam penjaraIsrael.

Menurut dataProgram Nasional Perlindungan Sosial Palestina ada 104.992 anggota keluargamiskin yang usianya di bawah 18 tahun.

Hamadmenjelaskan bahwa 70% keluarga di Jalur Gaza adalah keluarga yang rawan pangan.Sejumlah besar penduduk Jalur Gaza terpaksa untuk membeli makanan dan air minummelalui pinjaman karena lemahnya pendanaan makanan untuk keluarga miskin dan tidaktersedianya air minum yang layak untuk diminum.

Hamadmenyebutkan bahwa 325% penerima manfaat Program Nasional Perlindungan Sosial Palestinamenerima bantuan ransum. Sementara jumlah keluarga yang mendapat manfaat dariprogram bantuan ransum mencapai sekitar 23.000 keluarga 295% lansiamengepalai keluarga miskin.

Menurut dataProgram Nasional Perlindungan Sosial Palestina 20.856 orang tua (usia 60 tahunke atas) menjadi kepala keluarga miskin di Jalur Gaza. Sementara jumlah lansiayang menjadi anggota keluarga miskin sekitar 36.072 lansia.

Hamad menyebutkanbahwa 565% kepala keluarga miskin paling tidak menderita satu penyakit kronissekitar 39.914 kepala keluarga miskin. Sementara sekitar 708% keluarga miskin palingtidak memiliki satu pasien penderita penyakit kronis. Dan sebanyak 128% kepalakeluarga miskin mereka adalah orang-orang penyandang cacat.

Menurut dataProgram Nasional Perlindungan Sosial Palestina 9009 kepala keluarga miskinadalah penyandang cacat.

Menurut Hammadblokadepenjajah Israel di Gaza sejak tahun 2006 pembatasan lalu lintas warga danbarang serta berulangnya agresi Israel dan perpecahan internal merupakan faktor-faktoryang telah menciptakan realitas politik ekonomi dan sosial yang kompleks dansulit di Jalur Gaza. Dia menyatakan bahwa indikator kemiskinan di Gaza merupakanyang tertinggi di dunia.

Dalam pernyataan yang disampaikan dalam sebuahkonferensi pers di Gaza Ahad (20/10/2019) bertepatan dengan HariInternasional untuk Memerangi Kemiskinan Hamad menyatakan “Kenyataan initelah menambah tingkat kemiskinan dan pengangguran di Jalur Gaza yang mencapaisekitar 75% pada tahun 2019. Sebanyak 70% penduduk Jalur Gaza adalah rawanpangan. Sebanyak 33 8% berada di bawah garis kemiskinan ekstrim dan 656%keluarga miskin adalah pengungsi.”

Hamad menambahkan bahwa upaya yang dilakukanoleh lembaga pemerintah internasional dan lokal sebagian besar adalah bantuan.Dia menjelaskan bahwa lembaga-lembaga tersebut hanya bisa memenuhi sekitar 50%dari kebutuhan dasar keluarga miskin di tengah-tengah perubahan cepat yangmenghalangi setiap upaya pembangunan.

Dia menekankanperlunya independensi keputusan kemanusiaan yang jauh dari ketegangan dantarik-menarik politik dan perlunya memperbaiki lingkungan hidup penduduk JalurGaza dengan membuka pos-pos perlintasan dan memberikan kebebasan lalu lintas wargadan barang.

Hamad jugamenekankan pentingnya memperkuat koordinasi antara lembaga sosial yang bekerjadi Jalur Gaza untuk menciptakan integrasi dalam penyediaan layanan untukkehidupan yang layak bagi masyarakat miskin.

Dia menekankanpentingnya mengaktifkan program-program khusus untuk kalangan yangterpinggirkan di Tepi Barat di Jalur Gaza serta perlunya meningkatkan kualitaslayanan yang disediakan oleh Kementerian Pembangunan Sosial serta bekerjauntuk memberdayakan keluarga miskin melalui pemberian berbagai fasilitaspendidikan kesehatan dan ekonomi.

Hamad menyorotipentingnya meningkatkan bantuan kemanusiaan dan bantuan sosial kepada rakyatPalestina melalui lembaga internasional dan regional. (was/pip)

Tautan Pendek:

Copied