Tue 6-May-2025

Bassam Sayeh dari kata-kata beralih ke senjata dan gugur di penjara

Selasa 10-September-2019

Karenanyatidak ada udzur dan alasan bagi yang sehat. Dia berjuang melawan penjajahdengan kata-kata sebagai jurnalis dan berjuang dengan peluru sebagairevolusioner. Dia adalah seorang komandan di Brigade Al-Qassam. Berjuang melawankanker di penjara penjara Israel. Dia telah memberi contoh kepahlawanan dalam pengorbanandan kontribusi perjuangan. Meskipun menderita penyakit dia telah menciptakanpelajaran yang menyadarkan mereka yang kuat dan sehat.

Mujahid Bassam Sayehtidak rela dengan apa yang terjadi terhadap keluarga Dawabishah dan kejahatanpembakaran yang dialami anak bayi itu berserta ibu dan kakak laki-lakinyasehingga dia bersama rekan-rekannya memutuskan untuk membalas kejahatan tersebutdengan cara yang setimpal dengan apa yang dirasakan orang-orang Palestina. Akhirnyadia bertransformasi dari berjuang melawan penjajah dengan kata-kata menjadirevolusioner yang berjuang dengan memanggul senjata.

Salah satupahlawan aksi Itamar

Dengan keheningandan ketulusan para mujahidin Bassam Saih adalah salah satu perencana aksi heroikItamar yang menebarkan kegembiraan dan kebahagiaan di kalangan orang-orang Palestina.

Brigade al-Qassamsayap militer Gerakan Perlawanan Islam Hamas membenarkan bahwa Sayeh adalahsalah satu komandan lapangannya. Dia telah gugur pada Ahad malam (8/9/2019) dipenjara penjajah Israel akibat kelalaian medis yang disengaja oleh pihakpenjara Zionis. Brigade al-Qassam menyebut Bassam Sayeh sebagai salah satu peledakintifadhah Al-Quds pada tahun 2015.

Brigade al-Qassamdalam pernyataan militernya mengatakan &ldquoKomandan lapangan Bassam Sayeh (47tahun) adalah salah satu pelaku aksi Itamar yang menjadi awal dimulainya intifadhahal-Quds pada 1 Oktober 2015 yang menewaskan dua orang Zionis.&rdquo

Al-Qassam menambahkan”Telah gugur seorang pejuang dan bukan sekedar perjuang seperti yanglainnya. Dia menyambut panggilan tanah air meskipun sakit agar menjadi argumenatas mereka yang sehat menjadi pengobar jihad dan perlawanan bagi rekan-rekannyadi Tepi Barat.&rdquo

Penangkapan danpenahanan

Bassam Sayeh ditangkapoleh pasukan pendudukan penjajah Israel pada 8 Oktober 2015 dan menghadapihukuman dua kali seumur hidup ditambah 30 tahun karena partisipasinya dalam operasiheroik Itamar yang dilakukan pada 1 Oktober 2015 di sebelah timur Nablus dimana dua orang pemukim Zionis termasuk seorang perwira senior tentara Israel tewas.Operasi ini dilakukan sebagai aksi pembalasan atas kejahatan yang dilakukanorang-orang Zionis yang membakar keluarga Dawabishah.

Pasukan penjajahZionis menangkap Sayeh ketika mengunjungi istrinya yang ditawan penjajah IsraelMona Sayeh. Pihak intelijen Zionis sengaja menunda penangkapannya karena sebelumnyasudah tahu bahwa dia dalam kondisi kesehatan yang sulit. Akan tetapi mereka berusahamembiarkannya dan mengizinkannya untuk mengunjungi istrinya untuk kemudianmasuk dalam perangkap (penangkapan).

Menurut keteranganmereka yang hidup bersama Sayeh dalampenjara begitu Sayeh tiba di kamp militer Salem untuk menghadiri persidanganistrinya dia secara tiba-tiba para serdadu penjajah Zionis langsung membawanyake lorong kemudian ditangkap dan digiring langsung ke barak penyelidikan diPetah Tikva.

Menderita banyakpenyakit

Sayeh menderitadua jenis kanker otot jantung lemah hati membesar dan adanya air diparu-paru. Dia diperlakukan seperti layaknya tahanan yang sakit pilek diPenjara Gilboa. Sebelumnya dia ditempatkan di rumah sakit penjara yang olehpara tawanan Palestina disebut sebagai rumah jagal Ramleh.

Pihak penjara Zionismemperlakukannya layaknya seperti pasien dengan penyakit selintas lalu. Hanya diberiobat penghilang rasa sakit dan pemeriksaan umum saja. Padahal semua orang tahu langkah-langkahkesehatan apa yang harus dilakukan terhadap pasien kanker yang tidak diketahuinasibnya kecuali oleh Sang Pencipta apakah bisa sembuh atau atau jadi musibah.

Bassam Sayeh dengantubuhnya yang sakit tidak rasional kalau dia itu dianggap menjadi ancaman bagipenjajah Zionis. Sebenarnya tidak ada alasan yang membenarkan untuk terusmenahannya. Terlebih berita terakhir yang secara berturut-turut menyebutkantentang kondisi kesehatannya menegaskan bahwa kondisinya sudah sampai padatahap yang mengancam kematiannya.

Yang pastiprosedur medis yang dia alami ini tidak lain adalah bentuk pembalasan atastuduhan bahwa ia adalah anggota sel al-Qassam yang melakukan operasi Itamaryang heroik itu.

Kelalaian medisyang disengaja

Belakangan BassamSayeh dipindahkan ke beberapa rumah sakit penjajah Israel termasuk Rumah SakitAfula kemudian dipindahkan ke Penjara Gilboa setelah berjuang dengan susahpayah namun akhirnya dia dipindahkan kembali ke rumah jagal Ramleh. Sayehmelakukan serangkaian tuntutan agar bisa kembali ke rumah sakit penjara Gilboasetelah dia mengalami berbagai penelantaran dan pelalaian medis secara sengajadi mana orang yang sakit kanker diperlakukan dan dirawat seperti pasien yangsakit pilek dan demam.

Sayeh sendirimengatakan kepada keluarganya bahwa pemindahannya ke Gilboa menggembirakandirinya. Karena dia bisa meminta bantuan kepada tahanan lainnya yang sehat tanpamerasa bersalah karena mereka tidak menderita sakit. Berbeda dengan di rumahjagal Ramleh yang menjadi tempat berkumpulnya para tawanan yang sakit dengan catatanmedis yang parah.

Belakangan diamenderita pembesaran hati dan meningkatnya pelemahan kerja otot jantung.

Bassam Sayehtermasuk tawanan yang tidak boleh mendapatkan kunjungan keluarganya. Istrinya MonaSayeh yang sudah dibebaskan dari penjara penjajah Zionis tidak diberi hakuntuk mengunjunginya sudah lebih dari setahun karena alasan “larangankeamanan”. Ibunya juga mengalami kondisi kesehatan yang sulit yangmembuatnya tidak dapat mengunjunginya secara berkala atau mengunjungisaudaranya (Amjad Sayeh) yang telah ditahan sejak 2002 dan dijatuhi hukuman 20tahun.

Bassam Sayehbekerja sebagai jurnalis di surat kabar Palestina. Dia berjuang dengan kata-kata.Namun ternyata itu tidak cukup dia akhirnya berjuang dengan senjata. Dia punyabanyak mimpi yang pantas dia jalani. Dia berobsesi untuk mendapatkan gelarsarjana di bidang media dan gelar master dalam bidang pembangunan politik.

Bassam adalahmanusia sama seperti semua orang lain yang mencintai kehidupan sebisa mungkindengan mudah. Dia berhak untuk mendapatkan kebebasan sebelum masa tahanannyahabis karena berbagai sakit yang diderita.

Meskipun kondisikesehatannya sangat serius tetapi penjajah Israel menolak semua seruan untukpembebasannya. Bahkan pengadilan Zionis menuntut hukuman dua kali seumur hidup ditambahtiga puluh tahun.

Bassam Sayehtelah gugur. Namanya akan selalu dikenang. Betapa tidak aksi heroik Itamarterus menuturkan legenda kepahlawanan sang mujahid. Bahkan dengan sakitnya diatelah memberikan pelajaran kepahlawanan yang akan menjadi contoh bagi merekayang ingin mengikuti dalam jihad dan perlawanan melawan penjajah Zionissekaligus menjadi kenangan yang menghantui penjajah Zionis. (was/pip)

Tautan Pendek:

Copied