Di setiap hari dari hari-hariorang Palestina dan di setiap rumah Palestina selalu ada cerita dan kisah. Kali inipahlawannya adalah seorang hafidz (hafal) dan muhafidz (guru penghafal) al-Qurandi masjid-masjid pemuda yang menjunjung nilai-nilai akhlak yang lulur danpenuntut ilmu.
Ahmad Muhammadal-Qara gugur pada hari Jumat (26/7/2019) akibat luka tembak di perut olehtentara Israel saat mengikuti aksi pawai kepulangan (Great Return March) ke-68 dan pembebasan blokade ditimur Khanyunis wilayah selatan Jalur Gaza.
Dia meninggalkanrumah usai shalat Jumat setelah membantu ibunya membersihkan rumah dan makansiang bersama keluarganya. Dia berangkat untuk mengikuti aksi pawai kepulangandi mana dia tidak pernah absen untuk berpartisipasi dalam aksi ini sejakdiluncurkan akhir Maret 2918 lalu.
Pemuda revolusionerini hadir di area demonstrasi di kamp pawai kepulangan di Khuzaa. Belum sempatmelakukan apa-apa ketika dia dikejutkan oleh peluru penembak jitu Israel yang menembusperut dan kakinya. Selanjutnya dia dipindahkan ke Rumah Sakit Eropa Gaza dalamkondisi kritis dan tidak lama kemudian diumumkan telah meninggal dunia pada Jumatmalam.

Di rumahnyasang ibu duduk untuk menerima belasungkawa atas kematian putranya. Sang ibudari awal sudah memperkirakan bahwa setiap kali putranya keluar untukmengikuti pawai kepulangan dia sudah tidak pernah berharap anaknya kembali pulangkecuali dalam keadaan syahid.
Menurut sang ibuAhmad adalah seorang Muslim yang menjunjung tinggi akhlak dan moral yang luhur.Dia menjelaskan bahwa putranya adalah seorang hafidz al-Quran dan bekerjasebagai muhafidz (gugur pengajar tahfidz al-Quran) di masjid kampung dekatrumahnya.
Sang ibu menceritakandia hanya bisa bersyukur memuji Allah dan menyerahkan semua kepada-Nya sertahanya berharap pahala atas kematian putranya.
Sang ibu menyampaikanpesan kepada perlawanan Palestina untuk membalas darah putranya dan tidakmelupakan darah yang mengalir di tanah kota Khuzaa. Dia menegaskan bahwa tidakdirinya tidak pernah menyesali kepergian putranya untuk mengikuti aksi-aksi pawaikepulangan di perbatasan timur Jalur Gaza.
Ahmad al-Qaraterkenal dengan suaranya yang merdu. Dia sering menyenandungkan nasyid-nasyidperjuangan untuk memberikan semangat kepada para pejuang perlawanan dan merekayang ikut dalam pawai kepulangan sampai akhirnya dia termasuk dalam barisanpara syuhada Palestina yang gugur di tangan para serdadu pengecut Israel.
Sementara itu salahseorang temannya Saleh al-Raqib menggambarkan Ahmad al-Qara sebagai pemudayang sopan dan beradab selain hafal al-Quran.
Al-Raqibmengatakan bahwa dua minggu lalu Ahmed menyelesaikan ujian terakhirnya diuniversitas di mana ia belajar di Fakultas Pendidikan di Universitas Al-Aqshadi Khanyunis.
Dia menceritakanbahwa Ahmad berharap mendapatkan gelar sarjana dan akan mengajak rekan-rekannyauntuk hadir dalam upacara wisuda. Namun menurutnya Ahmad telah mendapatkangelar tertinggi yaitu gugur syahid di jalan Alla. Begitulah keluarga melepaskepergian putranya Ahmad al-Qara.
Padagilirannya sang ayah menegaskan bahwa putranya menjadi martir untukmempertahankan tanah airnya darahnya tidak akan sia-sia. Dia menegaskan bahwa penjajahIsrael tidak akan bisa menghancuran tekad mereka dengan membunuh putranya.
Sebelum peristiwaini Ahmad al-Qara dilaporkan pernah mengalami cedera kaki pada 10 Oktober tahunlalu saat berpartisipasi dalam aksi pawai kepulangan di perbatasan timur JalurGaza. Namun hal itu tidak menghalanginya untuk terus berpartisipasi lagi dalam aksi-aksipawai kepulangan. (was/pip)