Setelahserangkaian laporan “positif” tentang pribadi dan kepribadian PanglimaMiliter Baru Israel Aviv Kochavi yang memulai masa tugasnya pada awal Januarilalu surat kabar Zionis Yedioth Ahronoth edisi Jum&rsquoat (14/6/2019) menerbitkansebuah laporan panjang yang diklaim sebagai laporan eksklusif tentang “doktrinideologi perang Kochavi” dan rencana multi-years bernama “pendakian”.
Menurut laporanAlex Fishman panglima milier Israel yang baru ini adalah orang yang haus darahdan memiliki doktrin ideologi strategis baru yang menilai berbagai unit tentaradan kinerja mereka berdasarkan jumlah korban yang terbunuh oleh peluruanggotanya dengan mempertahankan sedikit mungkin amudinis yang digunakan.
Menurut laporanitu Kochavi meyakini keharusan “penghancuran sistematis musuh” yangberarti harus ada ratusan korban terbunuh setiap hari saat terjadi konfrontasimiliter berbeda dengan doktrin dan kinerja yang sejauh ini sudah berulang dalamberbagai konfrontasi yang menggempur pihak lain dan menguras kekuatannya untuk mengulurwaktu.
Fishmanmemaparkan profil Kochavi bahwa pria yang hingga Desember lalu menjabat sebagaiwakil kepala staf militer sebelumnya sebagai komandan wilayah utara dan kepaladivisi intelijen militer Aman itu memiliki doktrin ideologi baru untukmembunuh ratusan korban. Agar potret pertempuran dan hasilnya jelas. Yang bisamenghancurkan lebih dari 50 persen kekuatan musuh baik lawannya itu adalah Libanonatau Jalur Gaza.
Fishman menegaskanbahwa Kochavi memasukkan prinsip-prinsip ini dalam rencana multi-years untuk tentaraIsrael. Karena itu dia harus membatalkan atau merubah rencana operasional yang sebelumnyadisiapkan untuk menghadapi Hizbullah yang dia buat saat menjadi panglimakomando militer wilayah utara.
Namun demikianFishman mengatakan “Kelemahan utama dari rencana baru Kochavi ini terletakpada penerimaan tingkat politik dan dalam mengoordinasikan pelaksanaan rencanaini di hadapan tingkat politik.”
Rencana limatahun Gadhafi ini beerbeda dengan kebijakan panglima militer Israel sebelumnyaJenderal Gadi Eisenkot yang dikenal sebagai “Gideon” yang fokuspada pengurangan durasi wajib militer mengurangi hari-hari latihan pasukan cadangandemi mengintensifkan latihan tentara reguler memperkuat kekuatan pasukan daratdan lapis baja dan memulihkan daya tangkal Israel.
Di tengah-tengahdefisit anggaran negara penjajah Israel yang dalam beberapa bulan terakhirmencapai lebih dari 52 miliar shekel (sekitar 14 miliar dolar) maka rencanaKochavi ini membutuhkan lebih banyak anggaran untuk dianggarkan berbeda denganrencana Gideon pendahulunya. Rencana Kochavi ini juga mewajibkan pimpinan politikmengadopsi doktrin ideologi militer perang dan politik yang berbeda daridoktrin selama dua dekade terakhir.
Fishmanmengatakan bahwa rencana Kochavi ini akan tetap menggantung karena sampai akhirtahun ini akibat pemilu yang dijadwalkan pada 17 September mendatang tidakada yang bisa memutuskan nasib rencana itu kecuali hanya Netanyahu yang saatini sibuk dengan konflik untuk bertahan dengan skenario-skenario pembentukanpemerintahan berikutnya setelah gagal membentuk pemerintahan baru usai pemilupada 9 April lalu kendati meraih kemenangan besar dalam pemilu.
Menurut laporanYedioth rencana Kochavi ini menyerukan tingkat politik untuk mengadopsiberbagai pertimbangan politik seperti masalah tentang melemahkan atau tidaknyakekuatan gerakan Hamas sampai dimulainya pertempuran setelah itu tentara harusdiizinkan untuk melakukan serangan militer tanpa campur tangan dari tingkatpolitik. Hal itu untuk menekan kelipatan hasil operasi tempur dan untuk menjaminserangan beruntun dengan kekuatan tetap sehingga kekuatan musuh dapatdihancurkan secara efektif.
Menurutrencana keputusan akan dibuat ke tingkat politik untuk menentukan apakah inginmempertahankan kekuasaan Hamas atau tidak setelah musuh telah mengalamiserangan menyakitkan untuk kekuatan militernya sehingga harus membangunkembali kekuatan lagi maka lebih mudah di tingkat politik untuk membuatkeputusan. Doktrin ini secara praktis mencerminkan argumen sayap kanan Israelyang secara konsisten mengangkat slogan “Biarkan tentara menang” dalammenghadapi pemerintah-pemerintah kiri selama serangan-serangan yang dilancarkanoleh pemerintah Israel secara berturut-turut.
Fishmanmenambahkan bahwa Jenderal Kochavi pekan lalu mengumpulkan komandan militer(kolonel ke atas) untuk meninjau rencananya ini yang akan mulai berlaku padaJanuari tahun depan dan berlanjut hingga 2024. Fishman mengingatkan bahwa Kochavimenilai bahwa Hamas dan Hizbullah sedang melakukan operasi berbahaya (yaitupengembangan kekuatan militer) yang mereka sebut “pasukan terorisme”.
Menurut harianYedioth Ahronoth rencana Kochavi ini mencakup pembentukkan baru pasukan militerdan digunakan untuk menjamin penghancuran ribuan target setiap hari di tengah-tengahmempertahankan daya tembak yang konstan berupaya menyelesaikan pertempuran danmencapai hasil yang diinginkan dalam waktu sesingkat mungkin di tengahpenggunaan kekuatan yang tersedia di semua sektor dan pasukan khususnya pasukansiber pasukan darat dan manuver-manuver angkatan darat. Dalam konteks ini Kochavipercaya pada penguatan kekuatan pasukan darat dan peran mereka dalampertempuran.
Kokhavimenerjemahkan doktrin ini melalui keputusan keduanya sejak ia menjabat yaitumembentuk departemen untuk menentukan target yang akan dihantam selama perangdi masa depan dan untuk menyusun program dan rencana operasional yang akandapat mencapai dan menghancurkan target. Keputusan pertamanya adalah memperkuatpasukan militer yang dialokasikan untuk menghadapi konfrontasi militer di JalurGaza dan mengalokasikan 600 juta shekel untuk tujuan ini serta memasokperalatan dan senjata militer yang diperlukan.
Menurut doktrinKochavi yang baru ini dalam konteks pandangannya tentang agresi Israel diLebanon pada tahun 2006 dan Pertempuran Bint Jbeil targetnya bukan menduduki BintJbeil tetapi penghancuran pasukan musuh di wilayah tersebut. Dimana situasi sepertiitu juga berlaku untuk medan perang di Jalur Gaza. Kochavi percaya bahwa tanpapertempuran darat dan penghancuran pihak lawan pertempuran tidak dapatdiselesaikan seperti halnya di Beit Hanun di Jalur Gaza selama agresi “CastLead” pada tahun 2008. (was/pip)