Tue 6-May-2025

Perlakuan Israel pada Pengunjung Al-Aqsha Beda di Media dengan Fakta

Minggu 12-Mei-2019

Setiap bulansuci Ramadhan puluhan dan bahkan ratusan ribu warga Palestina dari Tepi Baratdan wilayah yang diduduki penjajah Israel sejak tahun 1948 (Palestina &lsquo48)ramai-ramai menuju Masjid Al-Aqsha melawan segala rintangan dan penghalangpenjajah Israel yang diberlakukan untuk membatasi usia tententu bagi wargaPalestina yang diperbolehkan lewat. Sementara pihak penjajah Israel di mediamengeluarkan klaim-klaim kemudahan yang bertolak belakang dengan fakta dilapangan. Kenyataannya mereka memperketat dan membatasi mereka yang boleh lewatbahkan menolak mereka yang sudah memenuhi persyaratan.

Sejak Jumatpagi puluhan ribu warga Palestina dari Tepi Barat dan wilayah Palestina &rsquo48 berudahaberziarah ke Masjid Al-Aqsha setelah setahun penuh mereka dilarang memasukimasjid Al-Aqsha. Hal ini mereka lakukan demi memanfaatkan klaim-klaim kemudahanpenjajah Israel kepada warga Palestina untuk masuk ke Masjid Al-Aqsha. Yaitu denganpembatasan usia yang semula usia 60 tahun ke atas menjadi 40 tahun ke atas bagilaki-laki yang diperbolehkan masuk ke Masjid Al-Aqsha. Sementara untuk wanitatidak pembatasan usia.

Namun begitu merekatiba di pos pemeriksaan militer Qalandia pintu masuk utama Tepi Barat merekadikejutkan pembatasan keamanan luar biasa yang diberlakukan oleh penjajah Israeldan memperlambat warga untuk bisa lewat. Seperti diceritakan warga Palestina asalJenin yang keluar dari rumahnya langsung usai shalat subuh. “Waktu yangkami butuhkan agar bisa melewati pos pemeriksaan lebih dari tiga jam. Dan kamiharus melewati 4 pos pemeriksaan dengan kepadatan peziarah dan penyempitanjalan yang dilewati warga. Kondisi seperti ini tidak terjadi selama beberapatahun terakhir.&rdquo Dia bertanya-tanya “Di mana kemudahan-kemudahan yangdiklaim oleh penjajah israel?!”

Prosedurkompleks

Mereka yangingin memasuki Masjid Al-Aqsha terpaksa harus melewati beberapa pospemeriksaan. Begitu mereka tiba di pos pemeriksaan mereka segera memasuki areayang luas dengan pintu masuk dan keluar sangat sempit berakhir dengan dua pos militeryang dijaga oleh dua tentara Zionis yang memeriksa identitas setiap warga Palestinayang lewat. Untuk memastikan siapa saja yang boleh lewat sesuai dengan usiayang diizinkan serta memeriksa anak-anak untuk dipastikan bahwa usia mereka dibawah 16 tahun untuk bisa lewat.

Khaled Awaddari kota Jenin wilayah utara Tepi Barat mengatakan bahwa keberadaan duatentara itu hanya untuk memeriksa identitas puluhan ribu warga. Hal ini yangmenyebabkan penumpukan sejumlah besar warga. Jika mereka ingin kami lewat denganlancar mestinya mereka bisa menempatkan puluhan tentara untuk memudahkanperjalanan.

Setelah wargaselesai dari satu titik pemeriksaan dia bertemu dengan pos lain ratusan wargasudah menumpuk di gerbang masuknya. Untuk bisa lewat mereka harus menjalani pemeriksaanfisik. Setelah itu mereka harus melewati jalur labirin yang mengular sepanjang40 meter. Siapapun yang ingin sampai diujung harus melewati ini. Keluar darisitu setiap warga langsung disambut dengan portal elektronik sehingga harusmelepas semua logam yang dikenakan mulai dari sabuk celana koin dan logamlainnya. Setelah warga keluar sambil merapikan pakaian dan ikat pinggangnya dialangsung disambut dengan pos keamanan lain untuk pemeriksaan keamanan sesuaidengan nomor identifikasi jika yang lewat adalah eks tawanan maka dia dilaranglewat.

Pelecehan lansia

Muhammad Qatwarga Palestina berusia 60- tahun dari kota Madima di selatan Nablus wilayahutara Tepi Barat menunjukkan kemarahannya setelah menyudahi semua prosedurpemeriksaan tersebut. Kepada koresponden Pusat Informasi Palestina diamengatakan “Di tahun-tahun yang lalu kami cukup melewati satu pospemeriksaan kemudian kami langsung pergi ke bus untuk membawa kami ke MasjidAl-Aqsha. Dan sekarang saya harus melewati empat titik pemeriksaan keamanan.Di setiap titik terjadi penumpukan dan keterlambatan tanpa mempertimbangkan usiakami yang sudah renta?!”

Menurut MuhammadQat “Dengan semua rintangan dan hambatan ini penjajah Israel inginmembuat kami jera untuk datang kedua kalinya shalat di Masjid Al-Aqsha.&rdquo Namun diamenunjukkan tekad untuk tetap datang ke Masjid Al-Aqsha. Dia mengatakan “Kamiakan terus datang apa pun kesewenang-wenangan dan pelecehan yang kami terima. Al-Aqshaadalah aqidah kami. Kami akan melindunginya dengan segenap yang kami miliki. Kamiakan tetap bersiaga di dalamnya selama kami mampu.&rdquo

Pasukan penjajahIsrael mengembalikan ratusan warga yang ingin menuju Masjid Al-Aqsa meskipun sudahmemenuhi persyaratan masuk ke masjid dengan alasan untuk pencegahan keamanan. Merekajuga menangkap yang lainnya yang diketahui sebagai eks tawanan yang dibebaskandari penjara Israel. Seperti yang dialami eks tawanan Ali Shawana setelahmelewati dari pos pemeriksaan Qalandia.

IstrinyaAminah Thawil mengatakan “Kami terkejut pasukan penjajah israelmenghentikan bus yang yang membawa kami ke Masjid Al-Aqsha setelah melewati pospemeriksaan Qalandiya. Mereka menurunkan suami saya dari bus dan menangkapnya. Setelahitu mereka memberi tahu dia dibawa ke penjara Ofer.”

Terlepas darisemua hambatan dan rintangan yang diberlakukan penjajah Israel pada hari Jum&rsquoatpertama Ramadhan kemarin ada lebih dari 180 ribu jemaah berhasil mencapaiMasjid Al-Aqsha. Demikian menurut direktorat Wakaf al-Quds.

Dosen diUniversitas An-Najah Dr. Jabr Khudair al-Bitawi mengatakan bahwa penjajah Israelmengklaim memberikan kemudahan hanya untuk konsumsi media saja dan untukmenunjukkan wajah tolerannya terhadap agama-agama lain. Tetapi padakenyataannya mereka menghalangi dan melecehkan warga melalui semua prosedurpemeriksaan yang tidak perlu. (was/pip)

Tautan Pendek:

Copied