Mon 5-May-2025

Jelang Ramadhan Keluarga-keluarga di Gaza Kesulitan Makanan

Rabu 17-April-2019

Kedatangan bulansuci Ramadhan tinggal menghitung hari warga Palestina di Jalur Gaza hidup ditengah-tengah kondisi kemiskinan yang terus meningkat bersamaan dengan meningkatnyablokade dan semakin memburuknya krisis yang kompleks. Puluhan keluarga tidakmenemukan makanan untuk anak-anak mereka ditmabah kebutuhan dasar lainnyaseperti pendidikan kesehatan dan barang-barang rumah tangga lainnya.

Menurut BiroStatistik Pusat Palestina (pemerintah) lebih dari setengah populasi Gaza selamadua tahun terakhir telah menderita kemiskinan. Dalam laporan sebelumnya BPSPalestina menjelaskan bahwa 53 persen dari populasi Gaza adalah warga miskindan tingkat kemiskinan yang tinggi di Gaza terjadi pada saat blokade Israel terhadapJalur Gaza sejak tahun 2007 ditambah sanksi yang diberlakukan Otoritas Palestinasejak dua tahun lalu serta krisis produksi dan kelangkaan pekerjaan di pasar-pasallokal Jalur Gaza.

Seruan warga

Salah satukeluarga Palestina yang tinggal di kampung Syujaiya di sebelah timur Kota Gazamelalui Pusat Informasi Palestina menyerukan dunia dan para dermawanmengalihkan perhatiannya pada kondisi kampung Syujaiya dan kondisi warganya.

Ummu Saidwanita berusia 47 tahun ini menyerukan kepada orang-orang baik (para dermawan) didalam dan di luar negeri agar melihat kondisinya dan kondisi 12 anaknya dimana mereka semua tinggal di sebuah rumah yang luasnya tidak lebih dari 100meter. Mereka terdiri dari 7 anak laki-laki dan 5 anak perempuan.

Ummu Saidmengatakan kepada koresponden Pusat Informasi Palestina bahwa rumah merekayang terdiri dari dua kamar dan dapur kecil beratap pelat seng merupakanbangunan yang sudah sangat tua lebih dari 30 tahun lalu.

Dia mengatakanbahwa semua orang tahu kondisi anak-anaknya. Empat dari mereka belajar diuniversitas tanpa mampu membayar biaya. Mereka terancam dikeluarkan dariuniversitas karena hal ini. Dengan nada sedih dia mengatakan “Lihatlah bagaimanamereka berangkat ke kampus tanpa sarapan atau bahkan uang? Atau bangkan tanpatransportasi? Dengan terpaksa setiap hari mereka berangkat dan pulang darikampus dengan berjalan kaki.”

Wanita Palestinaberusia 40-an tahun ini menambahkan bahwa anak-anaknya malu dengan rekan-rekannyadi kampus. &ldquoMereka membutuhkan banyak kebutuhan yang saya tidak bisamenyediakannya bahkan layar televisi juga tidak ada di rumah kami.”

Ummu Sa&rsquoidmengatakan bahwa yang dia butuhkan tidak lebih dari renovasi atau pembangunan kembalirumahnya agar layak dihuni oleh anak-anaknya dan mereka dapat tinggal di sanaseperti keluarga lain.

“Kami berharapkepada Allah kemudian kepada orang-orang baik untuk membantu kami membangunrumah kami agar mereka hidup seperti manusia. Bahkan anak-anak saya ngiriketika salah seorang dari mereka pergi mengunjungi rumah teman kemudian menceritakankepada ibunya: teman saya memiliki kamar dan tempat tidur.”

Dia menuturkanbahwa hampir dipastikan tidak bisa menyediakan makan dengan cukup untuk anak-anaknyaapalagi daging hanya bisa makan di saat lebaran saja. Dia menegaskan yangsangat dia butuhkan bukan makanan meski serba kekurangan. Yang dibutuhkanadalah hidup dengan bermartabat di rumah yang bisa menampung dan bisa untukistirahat di dalamnya.

Ummu Sa&rsquoid menegaskansiap menjadi tuan rumah bagi para dermawan atau lembaga yang siap merenovasirumahnya memperbaiki kondisi anal-anaknya atau bahkan mempekerjakan darimereka agar bisa membantu keluarganya. (was/pip)

Tautan Pendek:

Copied