Sejak awal diluncurkannyapawai kepulangan pada 30 Maret 2018 para wanita Palestina telah menjadi yangterdepan dalam demonstrasi-demonstrasi di perbatasan timur Jalur Gaza.
Peran perempuanterlihat jelas keikutsertaan mereka dalam pawai kepulangan melalui kehadiranmereka secara massif di berbagai wilayah perbatasan Jalur Gaza. Mereka ingin menyampaikankebanggaannya untuk negara dan tanah airnya.
Bersama denganlaki-laki anak-anak orang muda dan orang tua para wanita Palestinaberpartisipasi dalam pawai kepulangan pada hari Jumat lalu dengan mengusungtema “Wanita Palestina” sebagai bentuk penghormatan dan apresiasiterhadap peran mereka.
Di depan parademonstran wartawati Maryam Abu Daqqa mencoba untuk mencapai titik terdekatdari pagar pemisah di perbatasan timur Jalur Gaza untuk menjadi saksi ataskejahatan penjajah Israel terhadap rakyat Palestina.
Tidak pedulidengan bom-bom gas yang ditembakkan oleh pasukan penjajah Israel ke arah para demonstrandamai di timur propinsi Khanyunis di Jalur Gaza selatan lebih dari sekali Maryammengalami sesak nafas terekena tembak peluru gas air mata. Namun dia kembalilagi ke lapangan.
Tanpa lelahMaryam terus meliput peristiwa pawai kepulangan dari hari pertama dimulai pawaikepulangan di timur Khanyunis untuk mennyampaikan penderitaan rakyatnya diforum-forum global dan internasional.

Di sudut lain didalam area pawai Umm Haitsam al-Hindi bergerak di antara para demonstransambil memegang bendera Palestina di depan para tentara Israel.
Umm Haitsam adalahsatu dari para wanita Palestina yang meninggalkan jejak di kamp-kamp pawaikepulangan. Karakter dan kepribadiannya tidak absen dari pawai kepulangan.Meskipun harus menghadapi tembakan peluru organik dan gas air mata dia tetapteguh seperti gunung tak peduli dengan bahaya yang mengancamnya.
Pasukanpenjajah Israel menembak Ummu Haitsam dengan peluru eksplosif di pahanya danmemaksanya harus dibawa ke rumah sakit untuk menjalani perawatan.
Sementara itu relawanRamiyah Abu Mustafa bekerja di pos medis Kementerian Kesehatan di sebelah timurKhanyunis bersama rekan-rekannya yang melakukan pekerjaan dengan dedikasi dantekad yang tinggi.
Selama melakukantugas kemanusiaan untuk menolak para korban yang terluka di dalam pos medistentara Israel menembakkan bom gas beracun di rumah sakit lapangan tempat diabertugas sehingga menderita sesak nafas sangat parah.
Rasmiyah AbuMustafa dibawa ke Rumah Sakit Nasser setelah kondisinya sulit karena banyaknyagas yang dihirup. Setelah itu kembali lagi bertugas pada hari Jumat berikutnya.
Dengan seragam putihnyarelawan medis Maryam Sobeeh (22 tahun) bergerak cekatan di antara para korbanyang terluka di timur kota Khanyunis di Jalur Gaza selatan dalam pawai kepulanganuntuk menyelamatkan para korban. Dia memberi mereka pertolongan pertama danlayanan medis sesuai dengan kondisi dan situasi masing-masing korban yangterluka.
Maryam bertugasbersama dengan sejumlah rekan dan relawan di Kementerian Kesehatan. Mereka terusberada di tenda rumah sakit keliling di pawai kepulangan.

Ditengah-tengah para pemuda revolusioner Ummu Mundzir Najjar berdiri di depan paratentara Israel yang bersenjata lengkap untuk melukiskan semangat juang yangkuat dan kebanggaannya melawan penjajah Israel.
Dengan tekaddan kegigihan Ummu Mundzir menerebos gas air mata yang ditembakkan secaramassif oleh pasukan penjajah Israel arah para demonstran damai di perbatasan timurJalur Gaza tidak peduli mengalami luka atau terbunuh sekalipun.
Ummu Mundzirseperti orang-orang tua lainnya yang tidak berkecil hati karena usia tuamereka telah berpartisipasi dalam pawai kepulangan ini sejak 30 Maret 2018.Mereka bersikeras hadir dalam pawai-pawai kepulangan yang bejarak beberapakilometer dari tanahnya dan tanah nenek moyangnya di dalam wilayah yangdiduduki penjajah Israel.
Fenomena kehadiranpara wanita Palestina terlihat jelas di medan pawai kepulangan sejak pada hariJumat 30 Maret 2018 lalu yang aksi-aksinya masih terus berjalan dengan berbagaimacam bentuknya di berbagai tingkat mulai dari kehadiran mereka di barisanterdepan di antara para peserta pawai merawat par akorban yang terluka serta berpartisipasidengan menyediakan alat-alat sederhana sebagai bentuk revolusi membela tanahmereka yang diduduki penjajah seperti “Slingshot” (semacam ketapel)dan menyiapkan makanan. (was/pip)