KamalKhatib wakil kepala gerakan Islam di wilayah Palestina terjajah mengatakankerjasama keamanan yang dilakukan otoritas Palestina dengan penjajah Israelmelemahkan pembelaan Tepi Barat terhadap al-Quds dan Masjidil Aqsha.
Dalamwawancara khusus dengan Pusat Informasi Palestina Khatib menjelaskanbahwa otoritas Palestina bisa dikatakan ada tiada kami tak menuntut banyakdari mereka selain menghentikan kerjasama keamanan dengan Israel.
Kerjasamakeamanan menghalangi kota-kota Tepi Barat membantu Masjidil Aqsha dan menjadibeban berat yang menghalangi warga Palestina di Nablus Hebron RamallahJenin Tulkarm dan lainnya untuk membela Masjidil Aqsha Mubarak.
Khatibmelanjutkan seandainya kerjasama keamanan tak ada maka semua warga kota-kotaPalestina akan melakukan aksi dan memaksa Israel mengevaluasi langkahnyaterhadap Masjidil Aqsha Mubarak.
DitegaskanKhatib bahwa kerjasama keamanan dan para pelakunya melayani kepentingan Israellebih banyak dibandingkan melayani rakyat Palestina.
Saathadir di depan Mushola Babur Rahmah Khatib menyebutkan bahwa penjajah Israeltak memiliki otoritas di Masjidil Aqsha dan hanya memiliki ilusi sajasehingga kami tidak akan rela menyerahkan al-Aqsha meski hanya dinding daninfrastruktur yang memiliki luas 144 ribu meter persegi.
Israeltak memiliki keberanian melakukan tindakan dungu kecuali setelah melihathidung bangsa Arab mencium tangannya bahkan kakinya. Disebutkan bahwa bangsaArab dan dunia Islam tidak akan pernah menyerahkan Masjidil Aqsha dan kotaBaitul Maqdis.
MenurutKhatib warga al-Quds memiliki keutamaan bersiaga dan membela al-Aqsha dengan ruhdan jasad mereka segenap warga Palestina diminta untuk berkumpul dan bersiagadi sekitar al-Aqsha.
Saatini kondisi beberapa Negara Arab dan Palestina cukup memilukan dimana MasjidilAqsha menjadi sasaran pelanggaran berat oleh pihak Israel dan kejahatan brutalterhadap warga dan jamaah yang bersiaga disana di lain pihak sejumlah pemimpindunia Arab duduk satu meja dengan pemimpin zionis dan melakukan normalisasihubungan antara Negara mungkin ini termasuk aib yang sulit dihapus olehsejarah ungkap Khatib.
Khatibmenegaskan pelanggaran ini terus meningkat di tengah keberadaan kerjasamakeamanan otoritas dengan Israel dan Mahmud Abbas selaku kepala otoritasnampaknya tak mungkin mencabut langkah ini.
Khatibpunbertanya kapankah tiba saatnya Abu Mazen (Mahmud Abbas) sebagai wakil otoritasmembela al-Aqsha? Sementara Israel dengan tenang melanjutkan pelanggarannyaterhadap al-Quds dan al-Aqsha terutama karena tak ada kecaman maupunpengingkaran dari otoritas.
PMIsrael Benyamin Netanyahu yang tengah menanti pemilu menggunakan pelanggaranterhadap Masjidil Aqsha untuk menaikan suaranya dalam pemilu dimana pentaspolitik Israel terbiasa memilih mereka yang menodai dan melecehkan kehormatanal-Aqsha sebagai pemenang. (mq/pip)