Kombinasikepolosan anak-anak dan keberanian seorang laki-laki membuat seorang bocahlaki-laki berusia 14 tahun Hassan Iyad Shalabi bergerak di antaralembaga-lembaga untuk mencari pekerjaan demi membantu keluarga besarnya setelahOtoritas Palestina memotong alokasi pengembangan sosial mereka. Namun dia telahpergi meninggalkan dunia sedang dalam jiwanyaada penyesalah orang yang lemahtidak mampu memenuhi kebutuhan keluarga.
Shalabi gugur setelahditembak penembak jitu penjajah Israel dengan peluru tajam di jantungnya saatmengikuti aksi damai pawai kepulangan dan pembebasan blokade pada Jum&rsquoat (8/2/2019)di sebelah timur Khanyunis wilayah selatan Jalur Gaza.
Video mengharukan
Setelahkematiannya sebagai martir para jurnalis dan aktivis di Facebook memviralkan video-videomengharukan yang menampilkan Hasan Shalabi dan saudara perempuannya yangmenggilnya sementara dia terbaring di lemari penympan mayit di Khanyunis. Diamemintanya untuk berdiri dan tidak berbaring selamanya dia bersumpah tidakakan mengganggunya untuk selamanya.
Namun videoyang paling mengharukan adalah video saat Hassan di sebuah lembaga sedang memintapekerjaan agar dia bisa membantu menghidupi delapan orang keluarganya setelahgaji ayahnya dipotong oleh Otoritas Palestina.
KemartiranHassan telah mengungkap sisi-sisi kondisi menyedihkan keluarga yang tinggal dikota Hamad di Khanyunis tersebut setelah tunjangan sosial yang hampir mencukupikebutuhan dasar keluarga mereka terampas.
Adik perempuan Hassanmengungkapkan bahwa mereka sering makan roti dengan garam atau makan roti keringdengan teh karena tidak ada alternatif makan lain.
Dengan suarabergerar adik perempuan Hassan mengatakan “Kami berangkat tanpa makansiang. Ibuku ingin memasak kacang lentil (semacam kacang koro). Tetapi merekaberkata berangkatlah apapun kondisi kita. Dia pun pergi untuk berpartisipasi dalampawai kepulangan tetapi dia kembali pulang sebagai martir. “
Perasaanmaskulinitas
Perasaanmaskulinitas Hassan Shalabi telah mendorongnya untuk bergerak ke mana-mana untukmencari peluang kerja apa pun meski jauh dari kurang untuk membantu memenuhikebutuhan keluarga. Dia pergi ke lembaga-lembaga restoran-restoran dan toko-tokotanpa hasil.
Di hari-hariterakhir dia merasa bahwa waktunya sudah dekat. Dia bilang kepada adikperempuannya. “Aku mencintai kalian. Aku merasa ada sesuatu yang akanterjadi. Mungkin aku akan mati syahid. Bila aku mati syahid kalian jangan menangisku.Aku akan berada di surga.”
Adapun ibunya menerimaberita tentang kesyahidan adanya dengan sikap menerima dan ridha. “Alhamdulillahapapun yang terjadi. Cukuplah bagi kami Allah. Dia sebaik-baik pelindung.&rdquo Namundia tidak henti-hentinya bertanya-tanya &ldquoKenama mereka membunuhnya?&rdquo
Sementara sang ayahmenurutkan “Hassan anak yang cerdas. Dia belajar di sekolah Hammad kelasVIII. Sniper penjajah Israel membunuhnya tanpa alasan atau sebab apapun. Cukuplahbagi kami Allah. Dia sebaik-baik pelindung.&rdquo (was/pip)