Tue 6-May-2025

Bassam Sayeh Berperang Melawan Kanker di Penjara Israel

Selasa 5-Februari-2019

Dia sedangberperang melawan dua macam penyakit kanker masing-masing lebih buruk dariyang lain. Yang satu menggerogoti tubuhnya hingga kurus. Yang satu lagi berusahamembunuh kehendaknya dan membelenggu kebebasannya. Akan tetapi dia terusmelawan keduanya dengan keteguhan dan tekad yang tak pernah lentur.

“Kesehatannyaburuk dan sangat buruk” kata Mona Sayeh eks tawanan yang telahdibebaskan dari penjara penjajah Israel saat menceritakan tentang kondisi suaminyaBassam Sayeh warga kota Nablus di Tepi Barat utara yang menderita kanker dipenjara penjajah Israel. Dia menggambarkan memburuknya kondisi kesehatan suaminyabelakangan ini sementara dia dilarang untuk mengunjunginya tanpa presedenapapun.

Dia bercerita denganpenuh rasa sakit dan keprihatinan yang mendalam tentang penderitaan yangdialami suaminya selama beberapa bulan terakhir. Dia menyatakan bahwa kesehatansuaminya sama sekali tidak baik yang juga berdampak pada kondisi psikologisnya.

Mona Sayehmengatakan “Bassam sekarang ini berada di penjara Israel Jalboa.Belakangan ini dia mengalami tekanan dan tindakan represif yang sangat parahdengan dalih ditemukan sarana komunikasi bersamanya. Akhirnya komunikasi denganpenjara ini menjadi sangat buruk. Kami terlambat mengetahui penderitaan Bassamterkait kondisi kesehatannya yang kritis.”

“Akusangat lelah”

Mona Sayehtelah meminta suaminya yang sakit di penjara Jalboa agar berjanji untuk tidakmenyembunyikan informasi apa pun yang berkaitan dengan kondisi kesehatannya dipenjara Israel. Suaminya sudah berusaha dengan berbagai cara untuk memberi tahudirinya tentang apa yang telah dideritanya di penjara. Mona mengatakan”Saya menerima telepon dari dia yang mengatakan kepada saya sepatah katayang membuat langit dan bumi gelap bagi saya. Dia mengatakan &ldquoMona.. Saya sangatsangat lelah.”

Keluarga Sayehberhasil mengunjungi Bassam pada tanggal 16 Januari 2019 lalu untuk meyakinkankondisi kesehatannya dan karena istrinya berada di luar negeri maka kunjunganini adalah satu-satunya cara untuk berkomunikasi istrinya dengan dia dari jarakjauh.

Monamenceritakan “Musibah datang bertubi-tubi pada keluarga saya. Saya telahmelakukan perjalanan jauh setelah ada upaya besar karena tadinya saya tidakdiizinkan untuk bepergian oleh pihak penjajah Israel. Saya harus mendampingi kakakperempuan saya yang kondisi kesehatannya memburuk. Dia tidak mampu menopanghidupnya sendiri dan merawat anak-anaknya secara bersama-sama. Pada saat yangsama saya menerima telepon dari Bassam yang mengatakan bahwa dia sangat lelah.Saya tidak bisa menggambarkan besarnya rasa sakit yang terjadi pada saya.”

Mona tidak tahubagaimana caranya kekuatan itu datang pada dirinya untuk memperkuat semangat suaminya.Dalam komunikasi yang berlangsung selama tiga menir itu Mona menjawab bahwadia (Bassam) harus tetap kuat. Jawaban itu ternyata telah meningkatkan semangatsuaminya.

Berita bagus

Di tengah-tengahsituasi tragis ini tanda-tanda kemajuan tampak membayangi di cakrawala. Beberapahari yang lalu ada kabar baik bahwa tubuh Bassam mulai merespom obat secara perlahan.Kondisi penjara Galboa sehubungan dengan komunikasi tawanan dengan keluargamereka juga mulai membaik secara bertahap.

Monamenjelaskan bahwa dirinya sudah 10 bulan tidak mengunjungi Bassam. “Sayabelum melihat Bassam sejak April lalu. Saya telah menerima izin kunjungan saatdalam perjalanan darurat ke luar negeri. Saya harus kembali mengunjunginyabulan depan untuk memastikan kesehatannya” katanya.

Dia menyatakanbahwa ketika berbicara dengan suaminya untuk pertama kalinya kelelahanterlihat jelas dalam suaranya. “Dia tidak bisa bergerak atau berjalantetapi situasinya agak membaik” ungkapnya.

Monamenambahkan &ldquoSekarang dia bisa berjalan di atas woker. Pergi ke kamar mandidengan bantuannya. Sudah bisa bergerak dan suaranya jauh lebih baik begitujuga gerakannya semakin membaik. Borok di tubuhnya sudah berkurang. Borok-boroknyasudah membaik. Tetapi kesehatannya belum membaik sepenuhnya.&rdquo

Dia mengatakanbahwa ini adalah rasa sakit yang paling parah yang menimpa Bassam sejak diadidiagnosis menderita kanker. Demikian seperti dikatakan suaminya.

Bassam Sayeh lelakuberusia 44 tahun ini saat ini berada di penjara Israel Jalboa setelahperjuangan panjang menghadapi pihak menejemen penjara agar bisa dipindahkan kesana setelah sebelumnya dia berada di penjara Ramleh.

Istrinyamengatakan bahwa secara psikologis Rumah Sakit Ramleh mempengaruhi semua orang yangada di dalamnya. Bahwa permintaan suaminya untuk dipindahkan dari RS Ramleh adalahsudah benar.Tawanan yang sehat di penjara Jalboa dapat lebih membantu danmenjaganya.

Tetapi istrinyamenjelaskan bahwa “Bassam” walaupun dia berada di “Galboa”namun dia masih berada di lingkungan yang tidak cocok untuk seorang tawanan denganpenyakit kanker darah dan tulang karena seccara kontinyu membutuhkan perawatanobat penghilang rasa sakit dan penyakitnya banyak.

Bassam Sayeh menderitamasalah paru-paru infeksi paru-paru masalah dalam bergerak kelemahan secara umuminfark miokard akut dan osteoporosis.

Meskipun sudahlebih dari tiga tahun ditawan Bassam Sayeh masih ditahan tanpa ada dakwaan danproses persidangan. Kejaksaan penjajah Israel meminta agar Bassam Sayeh dihukumpenjara dua kali seumur hidup ditambah 30 tahun. Bassam didakwa berpartisipasidalam perencanaan Operasi Itamar pada tahun 2015 yang mengakibatkan tewasnyadua pemukim Israel. Saat itu sedang sengit-sengitnya intifadhah al-Quds yangbaru saja meletus. (was/pip)

Tautan Pendek:

Copied